Chapter 6 - Buku Pengetahuan

Start from the beginning
                                    

60 pergantian musim hutan. Itu artinya dia berumur 15 tahun.

"Anak itu mempelajari semuanya sendirian?"

"Ya. Semua pengetahuan yang katanya ribuan bab itu, ia mempelajari semuanya."

Aku tertegun. "Kenapa ... dia tidak mengajarinya kepada penduduk ...."

"Isolator hanya memikirkan diri mereka sendiri," jawab tetua dengan nada sedikit jengkel. "Kami ingin menghancurkan tradisi yang mengekang kami. Tradisi yang membuat para Isolator menjadi egois. Tradisi yang tidak memperbolehkan kami untuk pergi ke Bumi. Kami ingin menghancurkannya."

Aku bergeming, entah kenapa teringat dengan masalah keluarga yang Uly alami.

"Bagaimana cara anak-anak Isolator mempelajari pengetahuan yang diwariskan? Maksudku, apa mereka punya sebuah buku atau apalah, begitu ..." tanyaku lagi.

Tetua kembali mengalihkan pandangan ke monitornya. "Tunggu sebentar."

"Maafkan aku karena banyak tanya."

Tetua tiba-tiba tertawa. "Tidak apa-apa, Nak. Kamu baru saja bangun dari tidur panjangmu, tentu saja kamu ketinggalan informasi."

Dia lanjut mengutak-atik monitor. "Anak-anak Isolator punya Buku Pengetahuan. Tetapi bahasa dan huruf yang digunakan pada buku itu berbeda dengan yang digunakan penduduk biasa."

Pantas saja para penduduk tidak tahu dan tidak bisa belajar. Andaikan ada yang mencuri buku itu pun, mereka takkan bisa membacanya karena hanya Isolator yang bisa membacanya.

"Nah, ini dia."

Tetua menyuruhku mendekat untuk melihat monitor yang tadi diutak-atik. Aku pun berdiri dan menghampirinya.

Di monitor itu, terdapat tulisan dengan huruf aneh yang tidak kumengerti. Mungkin itu bahasa penduduk pulau ini yang ajaibnya kami mengerti apa yang mereka ucapkan setiap hari. Tapi yang ditunjukkan oleh tetua bukan huruf-huruf aneh itu.

Itu sebuah file dokumen dengan huruf latin.

Huruf latin, alfabet yang sangat umum digunakan di berbagai belahan dunia kecuali di negara-negara tertentu seperti Rusia, Jepang, Arab, dan negara lain yang mempunyai huruf dari bahasa mereka sendiri.

Aku sangat berharap isi dokumen itu tertulis dengan Bahasa Inggris, tapi itu tertulis dengan Bahasa Latin. Aku tidak mengerti itu.

"Sejak kalian Anak-Anak Bumi datang, aku mencari letak Buku Pengetahuan itu. Ternyata ada di dalam perangkat ini," kata tetua. "Bagaimana? Isi buku itu menggunakan bahasa Bumi, 'kan? Apa kamu paham?"

"Eng ... sepertinya ini Bahasa Latin dan aku tidak mengerti. Di Bumi ada berbagai macam bahasa dan kebetulan aku tidak terlalu memahami yang ini."

Ekspresi tetua berubah sedih. "Begitukah? Sayang sekali. Jika seperti itu maka kalian terpaksa mencari teka-teki lain tanpa bantuan buku ini."

"Tapi, aku akan coba bertanya pada teman-teman yang lain. Mungkin mereka ada yang paham."

Tetua terlihat kembali senang. "Kalau begitu tunggu sebentar. Aku akan menyalinkan buku ini ke perangkat lain."

Tetua kemudian berjalan menuju sebuah laci yang sudah begitu lapuk, mencari sesuatu. Dia lalu mengambil sebuah benda kecil yang mirip dengan flash drive lalu menghubungkannya ke monitor yang tadi. Beberapa menit kemudian, tetua mencabut benda itu lalu menyerahkannya padaku.

"Pencet saja tombol ini maka layarnya akan muncul." Tetua menunjuk sebuah tombol pada benda kecil yang ia berikan. "Kuharap kalian mengerti isinya."

"Baik, terima kasih."

¤¤¤

Setelah makan malam, kami semua berkumpul. Aku memberitahukan tentang Buku Pengetahuan pada semuanya, dan tentang para penduduk yang ingin menghancurkan tradisi mereka. Mereka sebenarnya sudah tahu, tapi aku menceritakannya lagi untuk berdiskusi.

"Bukankah bakal berbahaya?" Quilla menyahut.

"Para penduduk disini punya kekuatan aneh, jika mereka dibiarkan ke Bumi, mereka bisa saja melakukan tindak kriminal dan mencoba menguasai Bumi."

"Sepertinya kau terlalu banyak membaca cerita fantasi."

"Tapi itu benar juga," sahut yang lain.

"Namun mereka juga tidak ingin terus berada disini."

"Jangan lupa, mereka sudah menyelamatkan kita dan memberikan bahan makanan pada kita setiap hari. Ada baiknya kita membalas budi, 'kan?"

Teman-teman jadi ribut. Munculnya pihak pro dan kontra di antara kami tidak bisa dihindari. Apapun keputusan kami, memiliki risiko masing-masing.

"Aku sudah membacanya."

Helen, teman kami yang menguasai berbagai bahasa. Aku memintanya untuk menerjemahkan sedikit isi buku itu.

"Bagaimana isinya? Kau paham?" Semuanya antusias.

Helen mengangguk sambil menggulirkan layar hologram.

"Dilihat dari daftar isinya, ada seribu bab materi. Satu bab terdiri dari ratusan halaman. Nampaknya isi materi di buku ini adalah ilmu pengetahuan yang selama ini kita pelajari di sekolah. Setiap halaman terakhir dari satu bab memuat jawaban dan lokasi teka-teki yang kita temukan. Setidaknya itu yang kulihat dari bab 1 sampai 50.

"Ah, tapi aku tidak melihat seluruh babnya. Hanya beberapa. Halamannya terlalu banyak untuk kuperiksa sekali duduk. Judul babnya pun cuma berupa angka," sambung Helen.

"Tidak apa-apa, kita akan membaca dan menerjemahkannya bertahap."

"Astaga, kita baru menemukan lima puluh di antaranya dan kita butuh waktu tiga bulan untuk memecahkannya. Masih ada 950 teka-teki lagi?"

"Tapi karena adanya buku itu kita bisa langsung memecahkannya tanpa berpikir, 'kan? Kita hanya perlu berjuang untuk pergi ke lokasi semua teka-teki itu."

"Guys," panggilku pada semuanya. Mata mereka langsung tertuju kepadaku.

"Di antara kita, ada yang setuju dan tidak setuju untuk membantu penduduk pulau menghancurkan isolasi dan tradisi mereka. Tetapi, ayo kita pecahkan 950 teka-teki yang tersisa. Baru setelah itu kita berdiskusi dengan kepala dingin tentang apa yang akan kita lakukan setelahnya. Jangan ada yang berselisih hanya karena masalah ini."

Teman-teman saling pandang, hingga akhirnya setuju dengan saranku. Aku tersenyum senang.

"Baiklah, bagaimana kalau kita membagi kelompok?"

*

86 Days to Escape

.
.

**Eavesdrop**

"Di sini termasuk wilayah yang cukup berbahaya."

"Eve! Jangan ke sana!"

"Aku tidak mau mati di sini!"

~ Anakonda ~

TBC

10 Juni 2021
Izask

IsolatedWhere stories live. Discover now