28

20 5 1
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Malam ini bulan bersinar sangat terang ditemani bintang yang ikut bersinar diatas sana, terlihat indah saat wajah mendongak keatas menatap langit malam ini.

Kiana sedang duduk pada kursi yang menggantung bersama Nabila di halaman depan, menikmati sejuknya angin malam yang berhembus sedikit lebih kencang dibanding biasanya.

"Buna, Nabila seneng sekarang udah besar." Ujar gadis itu membuat Kiana menoleh menatap Nabila yang juga sedang menatapnya. Kiana tersenyum lalu mengusap pipi gadis itu lembut.

"Anak Buna udah besar ya?" Nabila mengangguk. "Pinter, jadi anak yang bisa membanggakan Buna, Oppa sama Omma ya."

"Iyaa, Nabila nanti jadi dokter ya Buna. Punya banyak uang terus kasih ke Buna deh."

Kiana tertawa mendengar jawaban putrinya, begitu menggemaskan ketika anak berumur 6 tahun sudah mengerti akan banyak uang.

"Boleh, tapi point utama sebagai dokter itu harus menyelamatkan nyawa orang lain, menyembuhkan penyakit orang lain, dan..."

"Nabila harus ikhlas kerjainnya, gaboleh semata mata Nabila lakuin itu karna uang."

"Terus kalo pasiennya malah meninggal gimana Buna?."

"Hidup dan mati seseorang itu ada ditangan Allah. Sebagai dokter, mereka hanya perantara yang Allah kasih untuk berusaha menyelamatkan nyawa seseorang. Kalau Allah berkehendak pasien itu meninggal, kita cuma bisa pasrah dan mendoakannya. Yang penting kita udah berusaha buat nyelamatin nyawa pasien, Nabila ngerti?."

"Ngerti Buna!."

Suara klakson mobil berbunyi nyaring membuat satpam rumah Kiana dengan cepat membuka gerbang. Mobil merah terlihat saat gerbang sudah terbuka lebar, mobil tersebut masuk sampai pekarangan rumah. Kiana menatap mobil tersebut, terlihat familiar namun gadis itu lupa dimana ia melihat mobil ini.

Sampai dimana sang empunya mobil keluar dari mobilnya. Gadis itu melebarkan matanya saat tau jika mobil itu milik Alby, bersama wanita dan lelaki paruh baya yang setara dengan Bunda dan Ayahnya.

Ketiganya melangkah mendekat membuat kedua gadis itu menuruni kursi dan juga melangkah mendekat, wanita paruh baya tersebut langsung saja memeluk tubuh Kiana sambil tertawa pelan sedangkan yang dipeluk hanya diam kebingungan.

"Kiana ya? Wahh cantik banget yaa, lebih cantik dari yang dibayangin." Kata wanita itu setelah melepas pelukannya.

Kiana hanya tersenyum canggung karna masih bingung mengapa Alby datang malam malam bersama seseorang yang Kiana yakin adalah orang tua lelaki itu.

"Hehe makasih Tante."

"Ini Nabila kan? Selamat ulang tahun ya cantik, ini hadiah dari Tante sama Om. Tapi dari Ka Alby belum tuh, nanti minta ya sama Ka Alby."

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 17, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Analby || MarkLeeWhere stories live. Discover now