26

20 6 0
                                    

•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dikelasnya, kini Alby sedang fokus pada soal Fisika yang telah diberikan oleh guru mapel. Keadaan kelasnya sangat hening karna kelas Alby merupakan kelas unggulan, yang tentunya hanya ada anak yang memiliki segudang prestasi bukan segudang masalah.

Alby hanya sekelas dengan Kenzo karna otak Kenzo Hampir mirip dengan Alby.

Soal demi soal telah ia kerjakan sampai pada akhirnya bel istirahat berbunyi membuat seisi kelas bersorak girang. Setelah bekerja keras, memutar otak untuk mengisi beberapa soal Fisika akhirnya mereka bisa mengisi energi yang sudah terkuras habis.

Alby segera meninggalkan kelas untuk pergi menemui Elvan dikelas untuk memberikan proposal pertandingan basket, namun untungnya lelaki itu berada di lapangan basket sekarang. Tanpa pikir panjang Alby melangkah menghampiri Elvan.

"Wihh ada apa nih ketos kesini?." Kata Elvan sambil mendribble bola basket dengan lengan kanannya.

Alby merogoh saku almamaternya, memberikan amplop putih yang pagi tadi diberikan oleh Reno. Lengan Elvan terulur mengambil amplop tersebut lalu membukanya.

Sebuah proposal tertulis untuk pertandingan basket setiap tahun dengan SMA HARAPAN. Elvan membaca dengan detail proposal tersebut lalu lengannya menadah pada Alby, entah apa maksud lelaki itu Alby tidak mengerti.

"Pinjem pulpen, pulpen gue dikelas." Kata Elvan.

"Ga bawa." Singkat Alby. Elvan mendecih pelan lalu memutar pandangan untuk mencari keberadaan Raka maupun Bayu, namun lelaki itu tidak menemukan keduanya.
Lalu mata Elvan menangkap sosok Kiana dengan membawa paper bag dilengannya  yang sedang berjalan di koridor yang tertuju pada kelas XII IPA 1 yang Elvan tau itu adalah kelas Alby.

"Kianaa!" Teriak Elvan membuat gadis itu menoleh. Lengannya ia gerakan sebagai isyarat 'Kesini.' gadis itu melangkah mendekat  pada kedua lelaki itu.

"Kenapa?."
"Punya pulpen? Pinjem dong sebentar buat tanda tangan ini." Kata Elvan.

Gadis itu tampak berfikir sejenak lalu merogoh saku seragamnya untuk mengambil pulpen miliknya, yang kebetulan gadis itu sedang membawanya.

"Makasih."

Lelaki itu langsung menanda tangani proposal tersebut lalu menyerahkan kembali pada Alby.

"Makasi yaa." Ujarnya memberikan kembali pulpen tersebut pada pemiliknya.
"Udah kan? Gue duluan."

Setelah Elvan pergi, kini hanya ada Kiana dan Alby dilapangan. Kondisi lapangan lumayan sepi karna para murid pasti sedang sibuk dikantin untuk mengisi perut mereka.

Gadis itu mengalurkan lengannya, memberikan paper bag coklat pada Alby. Lelaki itu menaikan sebelah alisnya bingung.
"Ini kemeja Ka Alby yang Kaka pinjemin pas Baksos kemarin."

Alby mengangguk pelan lalu mengambil paper bag tersebut dari tangan Kiana.
"Makasih ya."

"Oh iya. Itu jempol nya kepeleset atau gimana? Btw udah di follback ko haha."

Gadis itu tertawa lalu pamit untuk pergi ke kantin. Perutnya sudah mendemo ingin cepat diisi. Sedangkan Alby hanya terlihat bingung, sempat mencerna ucapan gadis itu sebelum akhirnya ia mengecek ponselnya lalu menyadari jika lelaki itu telah memfollow gadis itu tanpa ia sadari.

"Sial!"
.

.

.

.

.

Kini dikediaman Kiana, rumah itu sudah di hias sederhana dengan beberapa perpaduan warna pastel. Kue yang dibuat Kiana sudah tergeletak diatas meja kecil diruang itu.

Gadis itu sudah siap dengan dress putih pendek dengan lengan panjang miliknya yang sudah lama tidak ia kenakan, terlihat sangat cocok dan cantik.

"Nabila berdoa dulu ya, minta apa aja yang Nabila mau. Abis itu baru tiup lilin nya." Ujar Kiana memandu Nabila.

Nabila tampak bersemangat dalam berdoa, ntah apa yang gadis itu minta sekarang. Setelah selesai berdoa ia cepat cepat meniup lilin hingga padam yang langsung di sambut riuh tepukan tangan dari keluarga dan sahabat Kiana.

Kiana memang sengaja hanya mengundang sahabatnya saja, tidak mengundang teman teman Nabila disekolah karna acara nya ia laksanakan pada malam hari, khawatir akan kemalaman, jadi Kiana memutuskan untuk tidak meriahkan acara ulang tahun Nabila tahun ini. Kiana bersyukur Nabila tidak memprotes akan hal itu.

"Selamat ulang tahun yaa anak Buna." Kata Kiana mencium kedua pipi Nabila. Rasanya masih tidak menyangka jika Nabila sudah sebesar ini sekarang.

"Selamat ulang tahun ya cucunya Omma Buna, tumbuh jadi anak baik ya sayang." Ucap Rani memeluk Nabila seraya mengusap punggung gadis kecil itu. Rani pun tidak menyangka bahwa anak yang ia temukan dulu sudah sebesar ini sekarang. 3 tahun ia merawat Nabila sampai akhirnya ia meninggalkan Nabila bersama Putrinya dan sekarang ia sudah berumur 6 tahun.

"Selamat ulang tahun cucu Oppa Ayah, makin besar sekarang makin cantik nih. Jadi anak yang baik, yang selalu rendah hati dan anak yang rajin ya, supaya bisa kejar cita cita kamu. Nabila kalo udah besar mau jadi apa?." Tanya Aldo.

"Mau jadi dokter Oppa." Sahut gadis itu.
"Aamiin. Semoga kamu bisa gapai cita cita kamu."

"Happy birthday good girl. Keponakannya Tante."

Ketiga gadis itu memeluk Nabila. Mereka sangat sayang Nabila. Sangat sudah menganggap Nabila adalah bagian dari mereka. Nabila pun sama, merasa sangat beruntung berada diantara mereka yang sangat sayang padanya.

TBC!See you next part

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


TBC!
See you next part. 🍉💚

Analby || MarkLeeWhere stories live. Discover now