05

72 48 12
                                    

Sebagai ketua osis, sudah seharusnya Alby datang lebih awal

К сожалению, это изображение не соответствует нашим правилам. Чтобы продолжить публикацию, пожалуйста, удалите изображение или загрузите другое.

Sebagai ketua osis, sudah seharusnya Alby datang lebih awal. Sepagi ini Alby dan Kenzo sudah berada disekolah. Arlan, lelaki itu pasti harus menjemput Vania karna mengingat statusnya yang sudah tidak menjomblo. Sedangkan Angga, sudah dipastikan lelaki itu akan datang 15 menit sebelum bel masuk berbunyi. Angga lah satu satunya anggota osis yang TIDAK patut dicontoh.

Alby dan Kenzo baru saja keluar dari ruang kepala sekolah, dengan beberapa map yang berada dilengan keduanya. Salah satunya adalah proposal untuk kegiatan Bakti Sosial yang selalu diadakan setiap tahun.

Keduanya masuk kedalam Ruang Osis. Alby langsung mendudukan diri pada kursi yang biasa ia tempatkan, lengannya terulur untuk mengambil proposal yang sudah bertanda tangan, artinya kegiatan tersebut telah di ACC dan akan segera dilaksanakan.

"Lo udah sarapan By?" Tanya Kenzo yang sedang sibuk berkutat dihadapan komputer untuk membuat jadwal acara Bakti Sosial.

Alby menggeleng "Gue beli sarapan dulu deh buat lo" Kenzo bangkit untuk pergi membeli sarapan dikantin, namun suara Alby menahan pergerakannya.

"Gue aja, lo lanjutin aja tugas lo" Serkas Alby. Lelaki itu langsung pergi menuju kantin meninggalkan Kenzo yang sedang menatap kepergiannya.
.

.

.

.

.
Hari ini adalah hari selasa,  hari dimana Kiana harus menjalankan tugas Piket kelas dan artinya gadis itu harus datang lebih awal.

Jam masih menunjukan pukul 6 pagi. Sekolah masih terlihat sangat sepi. Hanya ada beberapa murid yang mungkin kebagian untuk piket kelas sama sepertinya.

Nabila? Karna Kiana harus berangkat lebih pagi Nabila akan berangkat sekolah bersama Bi Siti, dan pulang akan dijemput oleh Bi Siti seperti Biasa.

Kiana berjalan melewati koridor lantai satu untuk menaiki tangga yang menuju kelasnya yang berada dilantai dua.

Kiana melewati kantor guru, ruang BK, perpustakaan, UKS bahkan Ruang osis yang memang berada pada lantai satu. Tepat di depan ruang osis, pintu ruangan tersebut terbuka.
Muncul seorang lelaki dari balik pintu, Kiana terkejut karna lelaki itu adalah Alby.

Kiana lanjut berjalan dengan langkah yang cepat. Namun  tiba tiba lengannya tertahan.
Kiana membalikan tubuhnya dengan ragu ragu. Sampai akhirnya kedua matanya menangkap mata elang milik Alby. Kiana bisa merasakan aura dinginnya sifat Alby.

Jantung gadis itu berdebar kencang, Kiana masih canggung untuk bertemu Alby karena kejadian kemarin sore.

"A-ada apa ya ka?" Tanya Kiana sedikit gugup.
Alby melepaskan lengannya pada Kiana.
"Ikut gue!" Perintah Alby, lelaki itu berjalan mendahului Kiana, sementara gadis itu masih diam tidak bergerak. Tubuhnya seakan tiba tiba kaku. Namun ia berusaha untuk tetap tenang dan rilex. Kiana mulai menyusul Alby yang berjalan menuju taman belakang sekolahnya.

Setalah sampai di taman belakang sekolah Alby mendudukan diri pada kursi panjang berwarna putih yang berada di ujung taman. Sedangkan Kiana, gadis itu hanya berdiri disampaing bangku tempat Alby duduk sambil melinting jari jarinya. Kiana sangat gugup, sebenarnya mau apa Alby mengajaknya kesini?

Alby melirik pada Kiana yang masih berdiri tak jauh darinya. Ia hanya ingin ngobrol, bukan ingin memakinya. Mengapa harus terlihat gugup seperti itu? Ohya. Sejak kapan seorang Alby ingin bicara pada seorang gadis, terlebih hanya berdua saja?

"Duduk! Gausah tegang. Gue cuma mau nanya, bukan mau malak lo!"

Kiana dengan ragu duduk disebelah Alby. Kiana tau sifat Alby yang Dingin dan cuek pada apapun dan siapapun membuatnya merasa canggung dan gugup.

"Gue nggk mau basa basi!"

"Lo udah nikah dan punya anak?" Pertanyaan Alby sukses membuat jantung Kiana hampir copot, gadis itu membulatkan matanya. Apa, Menikah? Yang benar saja.

"Lo nggk mau jawab?" Tanya Alby lagi. Kiana sungguh bingung harus berkata apa sekarang. Jika ia bohong, sepertinya percuma karna Alby sudah memergokinya dua kali. Jika ia jujur, ia sungguh takut jika nantinya Alby akan mengeluarkannya dari sekolah. Masa depannya menjadi taruhan sekarang. Kiana masih ingin mengejar cita citanya menjadi seorang Dokter.

Analby || MarkLeeМесто, где живут истории. Откройте их для себя