Sayonara, Adiba

946 203 25
                                    

"Gua ga habis pikir sama improvisasi lo Deer, ide dari mana coba? Rencana awalnya kan ga begitu!" Adiba menggerutu, entah sudah berapa lama ia seperti itu.

"Udah, dinikmatin aja," bela Aditya sembari melirik Adeera dengan menaikkan kedua alisnya. "Iya kan Deer?"

Adeera mengangguk semangat. Walaupun ia yang paling banyak dimarahi hari ini, namun ia merasa puas dengan keputusannya. Setidaknya apa yang ia lakukan berhasil membuat Tamara dan Sakina pulang lebih cepat.

"Tadi, mahal Deer harga kecoanya?" Tanya Rama mencari topik lain. Berbeda dengan Adiba yang belum bisa berdamai dengan rasa kesalnya, rasa kesal Rama sudah lebih mereda. Bahkan ia terlihat lebih terbiasa dengan perilaku Adeera, buktinya ia mulai mau berbicara.

"Ngga. Adeera beli dua puluh ribu terus sama abangnya dikasih bonus mas."

"Kenapa katanya dikasih bonus?" Kali ini Aditya yang menyaut.

"Karena Adeera pelanggan pertama yang paling semangat dan ngga berhenti tersenyum selama dua puluh tahun abangnya jualan kecoa, keren kan?" tanya Adeera sumringah.

Aditya tertawa lalu mengusap kepala Adeera dengan cepat, sedangkan Rama hanya menggelengkan kepala sembari tersenyum.

"Kerudung aku jadi berantakan kak! Jangan kenceng-kenceng!" Protes Adeera seperti biasa.

"Kalian kok malah ketawa ketawa sih!" Lagi-lagi Adiba. "Ngga lucu tau! Deer, lain kali jangan kaya gini, ini ngga lucu bercandanya. Tuh liat, sekarang kita jadi dikunci sama Ayah kan di luar rumah! Udah lebih dari tiga jam loh ini."

Adeera yang semula tertawa jadi menunduk, merasa bersalah juga karena saudara-sauadaranya harus menanggung akibatnya. "Ma-maaf ya kak."

"Mana bisa juga ngga dimaafin!" Kata Adiba menghela napas dengan kasar.

"Ya udah dong Ba, jangan dimarahin terus Adeeranya. Dia tau kok dia salah," ucap Aditya menengahi.

"Ya emang harus tau kak!"

"Lagian dari tadi lo ngeluh terus. Rama daritadi diem. Gua diem."

"Tau deh!" kata Adiba akhirnya membuang muka.

Belum selesai berdebat, tiba-tiba terdengar isak tangis dari Adeera.

"Deera, kok nangis?" tanya Rama terlihat bingung.

"Lo bener-bener ya Ba," kata Aditya akhirnya mendekatkan posisi duduknya dengan Adeera, merangkul bahu adiknya, berusaha menenangkan.

"Ma-maaf," ucap Adeera terbata-bata karena menangis.

*krekkk

Adiba, Aditya dan Rama segera berdiri ketika pintu rumah terbuka. Bastiar melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap dengan serius, mengisyaratkan untuk segera masuk.

Tidak butuh waktu lama, ketiganya menurut. 

Sebelum benar-benar masuk, Bastiar menahan tangan Rama. 

"Kenapa?" tanyanya ketika menyadari Adeera masih saja diam.

"Nangis yah."

Bastiar menghela nafas pelan. "Iya ayah tau, dari sini juga kedengeran kalau nangis, tapi maksudnya kenapa?"

Rama menoleh sebentar, lalu kembali menatap Bastiar. "Tadi Adiba marah-marah terus ke Deera, terus debat deh sama Adit."

Bersamaan dengan jawaban Rama, Bastiar melepaskan tangannya pada lengan Rama. Ia akhirnya mendekati Adeera, ikut duduk bersila di lantai.

"Mau sampai kapan di sini?" tanya Bastiar setelah tangisan Adeera mereda.

Pelan-pelan kepala Adeera mengadah, ia mengusap hidungnya yang berair dan membersihkan kerudungnya yang mulai berantakan. "Maaf ya ayah."

My Other LoveHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin