Pertama Kali

6.9K 751 18
                                    

"Naik kereta yah?" Adeera menatap Bastiar yang masih sibuk dengan petugas kereta.

Bastiar mengangguk. "Pasti belum pernah?"

Adeera menggeleng.

"Pernah ke Jawa Tengah, ke Yogyakarta. Inget ga deer?"

"Oh, sama papah?"

Aditya mengangguk. "Tapi bukan kereta."

"Ayo." Ajak Bastiar, menggandeng Adeera.

"Gimana rasanya yah?"

"Kita lihat nanti ya." Jawab Bastiar membuat Adeera semakin penasaran.

Suara pemberitahuan kereta sudah terdengar, keretanya pun sudah mulai menempati tempat pemberhentian, membuat para penumpang yang sudah lama duduk akhirnya berdiri menyiapkan barang bawaan, termasuk Bastiar. "Itu keretanya."

Adeera menatap kereta itu, panjang sekali. Dikepalanya terbesit pertanyaan, mengapa dulu Mamah dan Papah ngga pernah mengajaknya naik kereta? Apa tiketnya lebih mahal dari pesawat?

"Ayo." Bastiar menggandeng Adeera, menyusuri gerbong kereta, mereka duduk di gerbong 1.

Setelah menaruh tas di tempat penyimpanan, Bastiar mempersilahkan Adeera duduk terlebih dahulu, sengaja di dekat jendela agar lebih terasa naik keretanya.

Sedang, Aditya yang semula berada di kursi depan, akhirnya diputar dan sekarang mereka berhadapan.

Dan benar saja Adeera langsung menatap ke Jendela, ini pertama kalinya ia naik kereta. Sebelumnya tidak pernah.

"Berapa lama ayah?" Tanya Adeera, masih belum lepas pada jendela kereta.

"Kira-kira 6 jam."

Adeera menengok kaget, "Lama banget yah!"

Bastiar tersenyum, lalu mengusap kepala Adeera. "Adeera ga bakal bosen."

"Kalau bosen?"

"Adeera bisa jalan jalan ke lorong kereta, makan di kantin, atau liat pemandangan di luar."

Adeera mengangguk.

"Ayah, keretanya jalan!" Ucap Adeera agak memekik, padahal umurnya hampir 17 tahun, tapi sensasi dalam hal "pertama kali" tetap yang paling menyenangkan.

30 menit perjalanan, Bastiar sudah tidur pulas, mungkin kelelahan setelah kegiatan yang padat akhir-akhir ini. Adeera berpindah duduk di samping Aditya yang menggunakan earphone-nya. Kursi sebelahnya sengaja Bastiar beli, sehingga Aditya leluasa duduk sendiri.

"Hm?" Aditya berdehem, merespon kehadiran Adeera.

"Bang, ga punya cerita gitu?"

Aditya menggeleng.

"Bohong! Pasti ada! Ayo cerita bang!" Adeera menarik-narik lengan Aditya, sehingga tubuhnya terguncang.

"Siap denger?" Tanya Aditya akhirnya membuka mata, menatap Adeera mantap.

Adeera mengangguk semangat. "Siap!"

"Ini tentang kereta... " Aditya memulai. "Namanya tragedi Bintaro 1987, semua orang tau itu adalah kecelakaan kereta paling mengerikan di Indonesia."

"Jalur tanah abang-rangkasbitung jadi mengerikan dan penuh darah, air mata sudah jadi bendungan karena tragedi itu. Akibat human error, kesalahan pembacaan sinyal yang bikin lebih dari 100 orang tewas mengenaskan dan lebih dari 200 orang luka luka."

Adeera bergidik ngeri, ia merinding semakin lama Aditya melanjutkan ceritanya. "Kak Adit,"

"Bahkan konon sampe sekarang, tragedi itu masih menyimpan bekas." Ucap Aditya melanjutkan, mengabaikan panggilan Adeera.

"Bekas?"

"Ngga semua yang tewas mengenaskan bisa tenang."

Adeera menelan ludahnya keras, sedang Aditya mengecilkan suaranya, membuat suasana semakin dramatis.

"Dan katanya, korban terbanyak ada dari gerbong 1. Gerbong paling membahayakan." Ucap Aditya menyelesaikan ceritanya.

Adeera tertawa pelan, "untung kita bukan.." mata Adeera tertuju pada nomer pada gerbongnya, nomer 1. "satu?"

My Other LoveWhere stories live. Discover now