Bendera Perang Rama

7.4K 784 14
                                    

"Deer?"

*hening*

"Deer, lu ngga mau makan?"

"Engga!"

"Yaudah buka pintunya."

"Engga!"

"Gua itung ya."

*hening*

"Satu,"

"Dua," Adeera melanjutkan sendiri.

"Gua serius nih."

"Kenapa ih?!" Tanya Adeera membuka pintu, seingatnya terakhir kali Aditya menghitung sampai tiga, pintu kamarnya sampai rusak karena di dobrak. Ia juga bingung bagaimana Aditya bisa sekuat itu.

"Makan." Jawab Aditya menyodorkan sepiring batagor, tetapi bukannya mengambil batagor itu, Adeera kembali masuk ke kamar. Membiarkan Aditya mengikutinya di belakang.

Keduanya berhenti ketika sama sama terduduk di bibir kasur. "Ngambek?" Tanya Aditya.

Adeera mengangguk, tidak bisa membohongi kakak pertamanya itu.

"Gara-gara Rama?"

Adeera mengangguk lagi, membuat Aditya tersenyum miring. "Deer?"

Adeera menoleh dengan wajahnya yang kusut.

"Lu boleh ngambek, Tapi ngambek sama makan ga ada hubungannya, so do't hurt yourself oke? Lu lupa, gimana khawatirnya mamah waktu lu ngambek dan gamau keluar kamar?" Aditya mulai bicara serius. "Umur lu udah berapa sih, masih harus diomongin. Sekarang udah ga ada mamah deer, dan lu udah milih hidup sama ayah."

Adeera menunduk, hampir menangis.

"Don't ever cry in front of me, i hate it."

Tapi Adeera masih menunduk.

"It so freaking not me, you cry and i don't know why, but i hate my self because seeing you cry. What a perfect brother." Aditya menggelengkan kepalanya.

Adeera mengadah pelan-pelan, ia tersenyum. Ia melupakan lagi satu hal, bahwa ia memiliki kakak yang begitu menyebalkan tapi juga menyayanginya diwaktu yang bersamaan.

"Suapin."

Aditya menoleh dengan Kening berkerut, namun tetap menyuapi Adeera dengan batagor yang ia bawa. Dan detik selanjutnya Adeera memeluk Aditya dengan erat.

"I know you love me."

"I'm not ready yet." Ucap Aditya menjaga posisinya, sebelum piring yang ia bawa jatuh karena saking terkejut dengan pelukan Adeera.

"Gausah pamer deh, mentang mentang nilai bahasa inggrisnya ga pernah dibawah 90." Adeera melepas pelukan itu, dan kembali cemberut. "Udah tau gue laper, tapi baru bawa makanan jam segini, mana batagor doang, ga kenyang."

"Bawel ya lu!"

Adeera meringis. Sedang tanpa ia ketahui Bastiar sudah sejak tadi memandangi keduanya dari pintu, menatapi kehangatan kakak beradik itu. Sekaligus bersyukur karena Allah memberikan kebahagiaan melalui kehadiran Adeera dan Aditya, termasuk Adiba walau ia memilih jalan yang lain.

"Ayah, mau bicara deer." Ucap Aditya ketika mulai sadar dengan tatapan Bastiar. "Kalau kita bisa maafin papah yang pergi tanpa pamit, kenapa kita gabisa maafin ayah cuma karena kehadiran Rama?"

"Tapi, kak-"

"Kita juga orang baru buat Rama. Dan yang lebih penting, gua yakin ayah lagi berusaha jelasin semuanya. Jadi, belajar jadi pendengar yang baik." Ucap Aditya setelah menepuk pundak Adeera, membiarkan Bastiar masuk dan menggantikan dirinya.

My Other LoveKde žijí příběhy. Začni objevovat