Resmi

7.1K 753 32
                                    

"Kakak, udah berapa lama pacaran sama kak Adit?" Tanya Adeera ketika keduanya sudah berada di mobil.

Diana yang semula fokus memperhatikan jalanan Kota Semarang, akhirnya menoleh ke arah Adeera dengan tersenyum. Keduanya mulai membuka pembicaraan. "Satu tahun."

Adeera mengangguk. "Tapi, kak Adit kan pindah ke Semarang? Terus pacarannya gimana?"

Diana diam sebentar, bertepatan dengan mobil yang mereka naiki berhenti pada lampu merah. "Semenjak Adit pindah ke Semarang, dia jadi ilang ilangan. Terus dua bulan ini, dia bener bener ngga ada kabar, ngga pernah ada."

Adeera mengangguk lagi. "Kak, pacaran itu buat apa sih?"

Diana tersenyum. "Karena sama sama sayang."

"Tapi, kalau sama sama sayang, kenapa kakak ngerasa kak Adit ngga ada? Aku sayang mamah, walaupun mamah udah ngga ada, mamah tetep ada, disini dan disini." Jelas Adeera menunjuk dadanya lalu berpindah ke pelipisnya, menunjukkan manusia memiliki tempat penyimpanan istimewa, di hati dalam bentuk perasaan dan di ingatan dalam bentuk kenangan. "Terus, sayang yang kak Diana maksud, sayang yang mana?"

"Hm," Diana terlihat berfikir. "Beda, Adeera."

"Apa bedanya?" Tanya Adeera masih penasaran.

Diana diam beberapa saat, ia tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

"Abis ini kemana ya, mba?" Tanya supir angkutan online ketika mobil berada di pertigaan, sekaligus melegakan Diana karena pembicaraan akhirnya dialihkan.

"Belok kiri pak," Adeera mengarahkan. "Nah, bentar lagi, di kiri jalan."

"Rehabilitasi?" Tanya Diana ketika mereka sampai.

"Kakak tanya sendiri sama kak Adit. Kata mamah, kalau orang sayang pasti sama sama mengerti." Ucap Adeera terdengar lebih dewasa dari Diana. "Yuk, kak."

Diana yang tampak semakin penasaran mengikuti Adeera dari belakang. Beberapa kali Adeera menyapa pekerja di dalam, menandakan tempat itu bukan tempat asing lagi bagi Adeera.

"Tunggu ya kak." Kata Adeera meminta izin untuk berbicara dengan penjaga rehabilitasi.

"Apa katanya?" Tanya Diana ketika Adeera selesai berbicara. Sejak tadi ia tidak mendengarkan, sibuk menerka nerka apa yang terjadi pada Aditya, pacarnya.

"Katanya, nunggu kak." Jawab Adeera.

Diana mengangguk, lalu memgikuti Adeera duduk di sofa panjang.

"Kak Adit!" Panggil Adeera ketika seseorang datang dari arah pintu yang lain, pintu yang memunculkan sosok Aditya.

Diana yang mendengar nama itu lantas mengikuti arah suara Adeera, ia langsung terpaku, tiba tiba saja tubuhnya berdiri dan menatap lurus pada sosok yang sudah lama menghilang, sosok yang ia rindukan sejak dua bulan lalu.

Langkah kaki Aditya berhenti beberapa saat, ia terpaku ketika menyadari Adeera datang tidak sendirian, tidak dengan Rama ataupun Bastiar. "Diana?"

"Kakak!" Adeera memeluk Aditya ketika lelaki itu sampai, hal yang selalu ia lakukan ketika datang kemari.

"Deera," Aditya menunduk, melepas pelukan itu dengan perlahan. "Gue mau ngomong sama Diana dulu, gapapa kan?"

Dari sorot mata Adeera nampak kekecewaan, tapi ia berusaha mengerti dengan mengangguk dan memilih menjauh.

"Kamu kenapa, Dit? Kenapa ngga ada kabar?"

Aditya memejamkan mata sebentar lalu menghela nafas, "Deer, jauhan lagi dong. Kalau tiga langkah doang sih sama aja."

My Other LoveWhere stories live. Discover now