Kesalahan Aditya

6.2K 729 17
                                    

"Adit!"

"Ini rumah saya! Patuhi aturan saya!"

Suara keras itu memaksa mata Adeera untuk terbuka. Sejak tadi ia menunggu kepulangan Ayah dan Aditya, hingga sekarang ia tertidur di sofa ruang tamu.

Pelan pelan matanya menatap jam dinding, sudah jam 1 pagi. Semenjak menerima telfon dari polisi, Bastiar terburu buru pergi. Hanya menitipkan pesan untuk jaga diri di rumah, dan jangan lupa mengunci pintu.

"Percuma Adit jelasin ke ayah, ayah ga akan percaya!"

Adeera kembali sadar dengan teriakan itu, ia berjalan menuju asal suara dan menemukan Adit dengan Bastiar sedang berhadap hadapan. Raut wajah mereka sungguh berbeda, saling menusuk dengan tatapan, bahkan Adeera tidak mengenali keduanya.

"Kamu bilang, saya ngga percaya sama kamu?!"

"Kamu di skors seminggu kemarin! Kamu ajak adek adek kamu bolos! Saya ngga percaya sama kamu?!"

"Ibu kamu sudah meninggal, kamu harusnya sadar itu Adit!"

Aditya mengadah mendengar kata kata itu, ini pertama kalinya Bastiar begitu marah, membentaknya bahkan menyangkutkan alamarhumah mamahnya.

"Astaghfirullahaladzim." Bastiar menyadarkan dirinya sendiri, tatapannya berubah yang semula penuh amarah menjadi penyesalan.

"Saya tau saya ini piatu. Mamah saya udah meninggal, dan papah saya ga peduli sama saya. Saya salah mengharapkan anda yang lebih baik! Anda ga ada bedanya sama papah saya yang pergi!"

Setetes cairan hangat mengalir begitu saja membasahi pipi Adeera. Kata kata yang Aditya ucapkan begitu menampar hatinya, seakan akan ia ikut merasakan kecewa.

"Kakak!" Adeera mengejar Aditya kedalam kamar, melewati Bastiar yang tampak menyesal sudah berkata seperti itu, walau ia tidak bermaksud demikian. Ia benar benar diluar kendali.

"Kak," Adeera menahan lengan Aditya, membuat langkah kakinya ikut berhenti. Namun diluar dugaannya, Aditya menepis tangannya dengan kasar. Ia bahkan tidak menoleh untuk merespon kekhawatiran Adeera sejak tadi. "Kak."

"Gue mau sendiri."

Adeera masih diam, kuat kuat ia tahan sesak didadanya sekaligus tidak membiarkan suara tangisnya terdengar.

"Lu ngga denger gue? Gue mau sendiri. Lu bisa pergi sekarang."

"A-aku."

"Pergi sekarang, Deer!"

Adeera kehabisan kata kata, ia melangkah menuju pintu dan menutupnya dengan pelan.

Tubuhnya langsung merosot, terduduk sambil salah satu tangannya ia gunakan untuk menutup bibirnya rapat rapat, tangisnya tiba tiba tumpah. Aditya tidak pernah seperti itu, setidaknya jauh setelah Papah pergi.

Tanpa gadis itu ketahui, Aditya mendekat kearah pintu, ia duduk menekuk kakinya, tidak seharusnya Adeera menangis apalagi karenanya, tidak seharusnya ia melampiaskan amarahnya pada adik kecilnya itu. Adeera pasti khawatir.

****

Bastiar terburu buru menuju ruang makan, pagi ini ia bangun terlambat hingga lupa menyiapkan sarapan.

"Adeera bikin susu sendiri? Maaf ya ayah tadi-"

"Aku bisa sendiri." Ucap Adeera memotong perkataan Bastiar, ia bahkan menghindari tangan Bastiar yang hendak mengusap kepalanya.

Gadis kecil itu kecewa, namun tidak bisa mengungkapkan apa apa selain bungkam.

"Mau ayah anter ke sekolah?" Tanya Bastiar menawarkan, menganggap semuanya baik baik saja.

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang