Pengertian

6.7K 710 27
                                    

"Mas Rama!" Bu Ratna beberapa kali mengetuk pintu kamar Rama. "Mas Rama!"

"Iya bu? Ada apa?" Tanya Rama akhirnya membuka pintu, ia baru saja tertidur lima belas menit yang lalu.

"Itu mas, mba Adeera badannya panas." Kata bu Ratna dengan wajah khawatir.

"Ha?!" Tanya Rama, rasa kantuknya mendadak hilang. "Sekarang dimana bu?"

"Di kamar mas."

Rama segera pergi ke kamar Adeera, menemukan gadis itu berbaring lemas dengan wajah yang pucat, bibirnya ikut bergetar.

"Kata bu Ratna Adeera panas, kenapa lebih keliatan kedinginan?" Tanya Rama heran.

"Ibu juga gatau mas, badannya panas banget, tapi sejak tadi minta selimut bilang dingin. Ini ibu udah kasih tiga selimut." Bu Ratna menjelaskan.

Rama ikut kebingungan, sesekali ia menatap Adeera khawatir. "Bu Ratna tolong bantuin Adeera siap siap ya. Kita ke rumah sakit sekarang."

"Iya mas." bu Ratna mengangguk.

Rama masuk ke kamarnya, ia mengambil handphone. Hampir jam sepuluh malam, ia tidak yakin untuk memesan taksi, pasti akan menunggu lama sedang keadaan Adeera tidak bisa dibiarkan lebih lama lagi.

"Telfon pak Bondi, iya." Rama mendapat ide, saat mengantar ayah ke bandara ia diberikan nomer supir kantor ayahnya itu, katanya kalau keadaan mendadak terjadi. "Duh, udah malem, ngga sopan." katanya lagi.

Rama semakin bingung, akhirnya dengan tergesa gesa ia menuju kamar Bastiar, membuka beberapa laci hingga akhirnya menemukan sebuah kunci yang Bastiar titipkan sebelum pergi. Ditatapnya kunci itu dengan lamat, ia menelan air ludahnya kuat kuat, menyakinkan dirinya sendiri. "Bismillahirahmanirrahim."

"Ayo bu." Perintah Rama ketika kembali ke kamar Adeera.

Bu Ratna dengan perlahan merangkul Adeera, menuntunnya untuk berdiri. Namun badannya begitu lemas, sehingga akhirnya terduduk kembali.

"Kenapa bu?"

"Badan mba Adeera, lemes banget mas."

Rama menghela nafas, ia ragu. Tapi akhirnya memutuskan duduk membelakangi Adeera. "Bu, bantu Adeera ya. Biar saya gendong."

Sekilas Adeera terlihat kaget, tapi badannya terlalu lemas untuk berkata banyak sehingga menuruti tuntunan bu Ratna.

"Maaf ya mas Rama." Ucap Adeera berusaha, suaranya pelan sekali tapi masih bisa terdengar oleh telinga Rama.

Kalau Adit disini, dia pasti ngelakuin hal yang sama. Begitu pikir Rama.

***

"Rama." Sebuah suara membangunkan Rama yang masih tertidur, membuat matanya perlahan lahan terbuka. Rama baru terlelap jam 2 dinihari, ia susah tidur karena khawatir dengan kondisi Adeera.

"Ayah?" Rama menatap ayahnya samar samar, masih mengantuk. Dilihatnya jam sudah pukul setengah lima pagi. Adzan subuh sudah berkumandang sepuluh menit yang lalu.

"Sholat berjamaah subuh, ya."

Rama mengangguk. Ia segera ke kamar mandi.

"Ayah kapan dateng?" Tanya Rama setelah melipat sajadah. Seingatnya selama perjalanan menuju rumah sakit, Rama sempat memberikan handphone-nya pada bu Ratna, meminta untuk segera menelfon ayah.

"Adeera gimana, Ma?" Tanya Bastiar mengalihkan pertanyaan Rama. Ia langsung pulang ke semarang setelah mendapat kabar Adeera masuk rumah sakit.

"Masih nunggu hasil dokter yah, mungkin pagi dokternya kesini lagi."

My Other LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang