Usaha Rama

6.9K 797 36
                                    

Rama menatap langit langit kamarnya dengan sayu, berusaha menahan kantuk. Ia teringat ketika dirinya tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan Adeera ketika dirinya baru datang ke rumah.

Lalu teringat pula ketika dirinya tidak sengaja masuk kedalam kamar Adeera. Ia melihat sebuah mading kecil bertuliskan "Kejahatan Rama." dan isinya adalah tempelan tempelan kecil tentang sikap Rama padanya. Membuat Rama miris, bahkan beberapa ada yang Rama tidak sengaja, tapi ternyata menyakitkan buat Adeera. Adik tirinya.

"Lu itu kakaknya Deera!" Ucap Adit dihadapannya.

"Kakak tiri." Jawab Rama tidak peduli.

"Kenyataannya bokap lu nikah sama nyokap gue, dan sekarang kita keluarga. Sampe kapan lu ga bisa nerima itu semua!" Ucap Adit semakin emosi. "Lu pikir cuma elu doang yang susah buat nerima anggota keluarga baru?! Kita itu sama, Ram!"

Rama diam, berusaha mengalihkan pandangannya, menolak kebenaran perkataan Aditya.

"Oh, mungkin beda. Bedanya, gue, Deera dan Adiba, berbesar hati buat nerima bokap lu, karena kita semua sayang nyokap kita. Gue ga pernah liat nyokap gue senyum lagi sebelum kenal sama bokap lu . Gue yakin ayah bisa bahagiaan mamah. Dan keyakinan gue, Deera dan Diba yang bikin kita sayang sama bokap lu!"

Adit menatap Rama dengan tajam, ia tidak menyangka Rama akan meninggalkan Adeera sendirian di halte. "Sayang banget, ayah Bastiar punya anak yang ngga sayang sama dia. Yang gamau nerima keputusan bokapnya cuma karena mikirin dirinya sendiri, yang gamau liat bokapnya bahagia."

"Makasih udah buktiin ke gue, kalo kedewasaan itu bukan di ukur dari jumlah umur. Lu ngga lebih dewasa dari anak seumuran Deera."

Rama menghela nafasnya pelan. Apa yang dikatakan Adit benar benar menusuk hatinya, membuatnya kesal dan kagum di waktu bersamaan, kesal karena ia harus diceramahi habis habisan karena bertengkar dengan Adit, kagum karena menyadari betapa Adit menyangi adiknya itu, menyangi Adeera.

Mata Rama berpindah pada jam dinding, sudah jam 12 malam dan ia belum terlelap, masih sibuk dengan pikirannya.

"Kenapa sih, ayah bawa mereka ke rumah?"

"Mereka saudara kamu juga, Ma."

"Tiri, ayah. Saudara tiri."

"Tiri atau kandung itu hanya status, kan? Kalian tetap saudara."

Rama diam, ia masih sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Ia sudah tahu kedatangan ayah kesini hanya akan membahas keluarga barunya, lagi dan lagi. Bernegosiasi agar Rama menerima, tapi sejauh ini sia sia.

"Dari awal aku cuma setuju ayah menikah. Tapi punya saudara tiri itu beda cerita. Apa kata temen temen nanti?"

"Bukannya dari dulu kamu selalu pengen punya saudara? Apa yang harus di khawatirkan?"

"Tapi bukan tiri."

"Rama," Panggil Ayah menepuk pundak Rama. "Kamu belum coba. Temui mereka dulu. Apalagi setelah kamu ketemu Adeera, dia lucu sekali."

Rama diam. Masih kukuh dengan pendiriannya.

"Kalo kamu mau pulang, ayah akan urus. Siapa tau kalo kamu sekolah di Semarang, ketemu saudaramu terus, jadi cepet akrab."

Semenjak percerain kedua orangtuanya, Rama memang memilih sekolah asrama. Ia menghindari bertemu Bastiar, pengalihan perasaannya karena benci terhadap keputusan orangtuanya yang ia pikir sepihak. Dan sejak beberapa hari yang lalu, Bastiar sudah meminta Rama untuk bersekolah di Semarang, untuk bertemu dengan saudara saudaranya.

My Other LoveWhere stories live. Discover now