Semarang?

6.9K 823 9
                                    

Bastiar menenggelamkan kepalanya pada lipatan tangan di atas setir. Pagi ini, ia baru saja mengantar Aditya, Adiba dan Adeera ke bandara. Cepat sekali rasanya, padahal baru semalam mereka berpelukan, dan mulai saling mengerti satu sama lain. Tapi Bastiar harus menerima nasib bahwa pelukan saja tidak akan membuat ketiganya membatalkan kepindahan mereka.

Lelaki itu sudah lebih dari 30 menit berdiam diri di parkiran, entah memikirkan apa, atau mungkin tidak tahu harus kemana.

Sampai akhirnya suara ketukan jendela mobil mengusiknya.

Ketukan pertama masih Bastiar hiraukan, mungkin satpam bandara yang hendak mengusirnya atau alih alih ingin peduli karena sejak tadi Bastiar belum juga pergi.

Hingga ketukan yang ketiga, dan kali ini dengan terpaksa membuat lelaki itu mengangkat kepala dan menoleh.

"Ayah!"

Kening Bastiar berkerut, ia melihat arloji, memastikan ini adalah waktu yang tepat untuk keberangkatan menuju Singapore. Dan benar saja, ia malah berhalusinasi.

"Ayah! Buka!"

Sekali lagi Bastiar menoleh, ia membuka pintu dengan tatapan meminta penjelasan? Ada Adeera dan Aditya sejak tadi menatapnya dari luar, Adeera bahkan tersenyum lebar. Lalu sedetik kemudian memeluk Bastiar.

"Ayah!"

Bastiar tidak membalas pelukan itu, ia balik menatap Aditya yang tak jauh di sampingnya.

Adeera melepas pelukan itu, masih menyeka air matanya. Ia malah semakin sedih melihat Bastiar berjalan sendiri menuju pintu keluar. Andai saja Ardan juga menawarkan Bastiar untuk tinggal bersama mereka.

"Yuk, dek." Ajak Aditya seraya menggandeng tangan Adeera. "Kalau liburan kita masih bisa main kesini, kan?"

Adeera mengangguk. Lalu memilih melanjutkan perjalanan.

"Kak," Panggil Adeera, setelah ketiganya duduk di ruang tunggu. "Apa kita jahat?"

Aditya menoleh, "Jahat?"

"Kita disini bertiga, tapi ayah sendirian." Tanya Adeera, matanya mulai berair lagi. "Apa kita jahat?"

Aditya diam.

Adiba yang berada di sebelahnya diam diam juga berpikir. Apakah ia juga jahat?

Adeera yang tidak mendapat jawaban lalu menunduk,"Kita pasti jahat ya?"

"Deera, mau tinggal sama ayah?" Tanya Adiba membuka suara.

Adeera menoleh, tidak mengangguk ataupun menggeleng.

"Iya?" Tanya Adiba lagi.

"Tapi kangen papah."

"Kalau liburan masih bisa main kesana, kan?" Tanya Adiba mengikuti perkataan Aditya.

"Tapi,"

"Semuanya udah berubah, papah ngga sembunyi lagi." Jawab Adiba berusaha tersenyum. "Papah pasti ngerti, sama kaya Ayah yang selalu ngerti."

Bibir Adeera kian lama kian tertarik sempurna, membentuk senyum yang indah. Namun tak lama pudar kembali, "Kak, Diba?"

Adiba menggeleng, "Jujur, hati gue emang udah terbuka buat ayah. Tapi jauh, rasa sayang dan keinginan gue lebih besar untuk kembali ke papah."

Adeera tersenyum lagi, ia langsung memeluk Adiba.

"Maaf ya."

Adeera mengangguk.

My Other LoveWhere stories live. Discover now