Rindu

13K 1K 212
                                    

"Kak, Adiba!" Adeera memekik senang, ia langsung berhambur kedalam pelukan Adiba. "Kakak!"

"Selamat ulang tahun." Adiba balas memeluknya erat, tidak mau terlepas. Dibandingkan dengan saat berpisah, Adiba terlihat lebih cerah. Ia benar benar menjalankan kehidupannya dengan bahagia, kehidupan yanga ia pilih. "Be the best version of you, lil sister."

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun!" Ucap Adiba, bahkan dua gadis itu sampai berlompatan dan berputar sambil sesekali tertawa, seperti anak anak kecil yang baru bertemu.

"Adiba?"

Adeera dan Adiba memberhentikan putarannya, keduanya menoleh dan menemukan Bastiar, Rama dan Aditya yang sudah memperhatikan mereka.

"Kak Adit, peluk!" Adeera berbisik seraya melotot.

Saat itu juga Adit memeluk Adiba, tembok yang menghalangi keduanya seakan runtuh begitu saja. Hubungan mereka benar benar membaik walaupun harus terpisahkan oleh jarak yang tak dekat. Membuktikan bahwa kilometer hanyalah satuan ukuran, bukan penghalang yang berarti atas sebuah hubungan. Karena yang terpenting adalah, ketika mereka bersama.

"Kangen." Ucap Adiba berbisik, ia mengeratkan pelukannya sekilas.

Mereka berpelukan tidak lama, Adiba menyelesaikannya lebih dulu lalu mencium punggung tangan Bastiar, memeluknya sekilas. "Ayah." panggilnya sudah fasih.

"Adiba anak ayah." Bastiar langsung menyambut pelukan Adiba dengan senyuman lebar, ini benar benar hadiah, bukan hanya untuk Adeera, tetapi juga dirinya.

"Adiba, apa kabar?"

"Sholatnya sudah lima waktu kan?"

"Ngajinya sudah sampai mana?"

"Adiba sehat, kan?"

"Sekolahnya baik baik aja kan? Temen temen disana baik semua kan?"

"Adiba makan apa disana?"

Bastiar memegang kedua pundak Adiba dengan erat, memberikan banyak pertanyaan seperti wartawan yang haus akan informasi.

Adiba menganggukan kepala dengan semangat berkali kali, menunjukkan ia baik baik saja. "Iya iya iya, semua iya ayah."

"Alhamdulillah." Bastiar tersenyum, selama ini mereka hanya melakukan hubungan secara virtual, sesekali melakukan panggilan video untuk mendengar Adiba mengaji. Satu diantara tiga permintaan Bastiar sebelum Adiba pergi.

Jaga sholat, jaga al qur'an dengan mengaji dan hafalan, dan yang terakhir jaga hati.

"Yang ini, dipeluk juga ngga?"

Rama yang merasakan arah pembicaraan Adiba, jadi salah tingkah, ia menunduk menahan malu, membuat Aditya dan Bastiar tertawa, bahkan Adit langsung menghampirinya.

"Kenalin, ini Rama. Rama ini Adiba."

Adiba tersenyum, begitupula Rama yang akhirnya tersenyum tipis, karena selanjutnya ia sudah berpura pura dingin lagi.

"Gimana, Ma? Aslinya lebih cantik?"

Rama menoleh cepat ke arah Bastiar, kaget dengan ucapan ayahnya yang kelewat jujur. Walaupun belum menutup aurat seperti Adeera, Adiba memang terlihat lebih cantik ketika bertemu langsung. Ayah benar.

"Ayo masuk Adiba, kita makan di dalam. Bu Ani sudah masak hari ini." Ajak Ayah.

****

"Ini kamar kamu, Deera?" Tanya Adiba ketika memasuki kamar Adeera, karena belum menyiapkan kamar kosong, alhasil Adiba akan tidur bersama Adeera.

Adeera mengangguk semangat. "Ayah, mas Rama sama kak Adit yang dekorasi."

"Oh ya?" Adiba terkejut.

Sekali lagi Adeera mengangguk.

"Kamu pasti seneng banget disini, dikelilingi orang orang yang sayang sama kamu."

Adeera tersenyum. "Kak Adiba juga pasti seneng disana kan? Sama ayah terus."

Adiba mengangguk. Keduanya memiliki cara bahagia masing masing. "Boleh pinjem sisir?"

Mata Adeera menoleh ke arah meja di samping kasurnya, tempat Adeera meletakkan sisir dan langsung memberikannya pada Adiba. Kakak perempuannya itu belum berubah, masih gemar menyisir rambutnya yang bahkan sudah lurus dengan cantik.

"Oh, iya. Ini hadiah dari papah. Papah ngga bisa dateng, masih ada kerjaan di kantor." Adiba menyerahkan kotak besar yang dibungkus kertas berwarna biru, warna kesukaan Adeera. "Ada rekaman ini juga." Tambahnya, seraya memberikan telefon genggamnya.

Adeera menatap seseorang di layar segi empat itu, Ardan mengucapkan selamat ulang tahun untuk pertama kalinya setelah mereka terpisah dan tidak saling berkomunikasi. Setelah sekian lama ia merindukan suara itu, menyanyikan lagu selamat ulangtahun dengan apa adanya, namun terdengar begitu istimewa. Membuat pipi Adeera mulai basah dengan air mata.

Tiba tiba saja gadis itu merindukan keluarganya yang dulu, dimana mengucapkan ulang tahun tidak perlu secara virtual akibat jarak jauh seperti ini, karena kedua orangtuanya akan menyanyikan lagu itu ketika ia bangun di pagi hari, bersama Aditya dan Adiba yang membawa kue tart kesukaan Adeera. Rasanya ia ingin berkunjung pada masa lalu, Adeera ingin pulang ke rumah, tapi ia sadar, rumahnya kini bukan lagi tempat atau alamat, ia sudah menjelma menjadi kenangan tak berjejak.

My Other LoveWhere stories live. Discover now