Bagian 02

55.2K 5.8K 198
                                    

Bagian 02

•°•°•

"Mami! Mami, tega ninggalin Ressa sendirian disini. Katanya cuma sehari, tapi ini udah tiga hari. Pasti Papi, kan, yang punya rencana kayak gini? Ninggalin Ressa, terus kalian jalan-jalan berdua!" omel Ressa saat panggilannya tersambung.

Ronal yang kebetulan menerima panggilan, menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Ressa berniat membuat gendang telinga Ronal rusak, "Eh eh eh, tuduhan tanpa bukti gitu bisa dikatakan fitnah, loh. Kalau difitnah kayak gini, mending beneran aja Papi ajak mami kamu jalan-jalan sebulan nggak pulang. Biar kamu tau rasa, sendirian di rumah, nggak ada yang ngurus!" Ronal mengomeli Ressa.

"Papi.. Jangan gitu dong. Kalian kok tega banget ninggalin Esa sendirian disini," rengek Ressa.

"Cowok kok gini sih. Jangan letoy kayak jeli gitu ah, Papi nggak mau akuin kamu anak kalo kayak gitu," ancam Ronal agar putranya berhenti merengek seperti itu.

"Makanya pulang! Papi gimana sih, udah anak dikunciin dikamar. Perginya lama."

"Ini mau pulang. Kamu tunggu aja, papi punya kejutan buat kamu." ujar Ronal.

"Kejutan? Awas aja kalo Mami hamil ya! Esa nggak terima! Kalau beneran Mami hamil, Esa bakalan cekik tuh bocah," ancam Ressa. Ia tidak suka anak kecil, tangisannya membuat telinga Ressa sakit.

"Tunggu Papi pulang, kamu dicoret dari kartu keluarga," Ronal memutuskan panggilannya setelah mengatakan hal itu. Sesaat setelahnya, Amira dan Morana kembali dari toilet. Bertepatan dengan panggilan para penumpang pesawat yang berangkat dari Surabaya menuju Jakarta.

"Udah?" Tanya Ronal.

Dua perempuan itu mengangguk. Morana memutuskan untuk ikut bersama mereka. Setelah berdebat panjang dengan diri sendiri, akhirnya Morana memilih pindah. Biar bagaimanapun, mereka orang tuanya. Dan ia adalah tanggung jawab Ronal dan Amira. Selain itu, kasih sayang Amira yang tulus, memperlakukan Morana  layaknya putri sendiri membuat Morana tak tega menolak. Wanita itu mengingatkannya dengan sosok Lina.

Sementara dilain tempat, Ressa mengamuk sendiri karena penasaran dengan kejutan yang diucapkan Ronal. Tidak mungkin maminya hamil kan? Ia tidak menerima hal itu.

Ressa menggeleng cepat, "Nggak nggak nggak! Nggak mungkin, Mami nggak mungkin hamil!" pekiknya tertahan.

"Tuan muda, sarapan anda sudah siap. Sebaiknya anda sarapan, nanti anda terlambat." Dayu —kepala pelayan di rumah itu menyadarkan Ressa dari pikiran negatifnya.

"Paman! Mami nggak mungkin hamil, kan?"

"Mungkin saja, tuan muda," jawab Dayu.

"Wah, nggak bener, nih!" Ressa melahap rotinya dengan kesal, lalu meneguk susu dengan tidak sabaran, alhasil ia tersedak.

"Hati-hati, tuan." Dayu memberikan kain untuk membersihkan mulut Ressa yang belepotan karena minuman.

Ressa segera bangkit, menyambar kunci motornya lalu keluar dari rumah. Kalau ia terus di rumah, maka sampai sekolah ia akan terkena hukuman karena terlambat.

Mengendarai motornya dengan ugal-ugalan agar cepat sampai disekolah dan ia tidak dihukum.

Ressa memarkirkan motornya di samping motor teman-temannya yang lain.

MORANA DUVESSA Where stories live. Discover now