Part 36

2.5K 102 0
                                    

Sepulangnya Papah dan Raymond setelah Radith akhiri dengan cepat perbincangan yang membuat kepalanya semakin sakit, Radith kembali membanting tubuhnya.

Tiba-tiba dia teringat Ladyra, kenapa dia mendatangi rumahnya saat Radith meninggalkannya begitu saja malam itu, kenapa dia menceritakan semuanya pada Papah, kenapa Ladyra mengakui adanya pihak ketiga dipernikahan mereka.

Bagaimana kabar Ladyra hari ini, apa dia baik-baik saja, apa dia menjalani hidupnya seperti biasa, apa Ladyra sudah melupakannya?

Radith mengusap wajahnya lelah, membuang jauh-jauh pikiran yang baru saja terlintas dikepalanya, tentang bagaimana jika dia mendatangi rumahnya dulu dengan Ladyra, hanya sekedar memastikan, apa wanita itu benar-benar sudah bahagia tanpanya.

Lalu bagaimana jika Ladyra dan Fadly sudah menemukan kebahagiaan mereka satu sama lain? Apa yang kemudian akan Radith lakukan? Lalu Radith tertawa, menertawai kebodohannya sendiri. Bahkan untuk menjawab pertanyaan dari kepalanya sendiri pun Radith tak bisa.

Hawa panas mulai keluar dari dalam tubuh Radith, dan kepalanya benar-benar sakit. Radith mendengus panjang, dia tidak suka terlihat lemah seperti ini.

Ting!

Suara bell dikamarnya berbunyi. Tiba-tiba Radith merasa privasinya menginap dihotel ini sudah tidak terjaga lagi. Ini semua karna orang-orang suruhan Papahnya yang bisa menemukannya dengan mudah.

Tanpa repot-repot untuk melihat siapa yang datang, Radith langsung membuka pintu kamarnya dan otomatis kakinya mundur satu langkah setelah melihat siapa yang datang. Betapa terkejutnya Radith saat mendapati Ladyra lah yang berdiri dibalik pintu kamarnya.

"Lady...." Radith tiba-tiba kehilangan kata-katanya.

"Boleh aku masuk?" Tanya wanita itu, dan dari apa yang Radith lihat Ladyra baik-baik saja, persis seperti dulu saat dia meninggalkannya. Mengetahui Ladyra baik-baik saja sudah cukup untuk Radith.

Radith memberikan jalan untuk Ladyra masuk, dan sebelum dia menutup pintu kamarnya, tangan Radith bergetar, pandangannya terasa samar. Tahan, tunggu sampai Ladyra pergi, jangan sampai Lady melihatnya tumbang.

Ladyra duduk diatas tempat tidur yang menghadap ke balkon, padahal tepat didepannya terdapat sofa nyaman yang bisa dia duduki. Radith bingung, tidak tau harus melakukan apa setelah ini.

"Saya ngga punya minuman, cuma ada air mineral botol dari hotel." Radith menyerahkan satu botol minuman berukuran 300ml yang langsung diterima Ladyra.

Radith ingin bertanya pada isterinya, maksudnya mantan isterinya, dari mana dia tau bahwa Radith menginap dihotel ini bertepatan dengan berdentingnya ponsel Radith.

Dari Raymond,
Sebagai permintaan maaf gue karna udah nampar lo tadi. Enjoy your time, tell Ladyra how much you love her.

Raymond. Dia yang memberitahu keberadaannya pada Ladyra, kenapa Raymond selalu mencampuri urusannya. Radith bahkan belum sanggup untuk melihat wanita ini lagi, usahanya untuk menghindar selama ini menjadi sia-sia.

"Kamu... Kapan pulang?" Tanya Ladyra pelan .

"Sorry?" Bukannya tidak mendengar, tapi Radith tidak mengerti maksud dari kata pulang yang Ladyra tanyakan.

"Balik ke New York, atau stay disini?"

Radith mengusap leher bagian belakangnya sambil menduduki tubuhnya disofa nyaman, dan ada sedikit ekspresi terkejut diwajah Ladyra saat mengetahui Radith tidak ingin duduk didekatnya lagi.

Radith masih belum mampu menahan tangannya untuk tidak menyentuh Ladyra jika mereka duduk berdekatan. Menjaga jarak dari wanita itu terasa lebih baik.

"Saya udah ngga punya tempat disini."

Radith nyaris menyalahkan dirinya saat Ladyra tertunduk sedih mendengar jawaban Radith barusan.

"Kamu punya rumah disini, Dith. Rumah kita." Raut sedih bertambah dalam terlihat diwajah Ladyra.

Radith tersenyum tipis, tapi Ladyra masih bisa menangkap senyuman sinis itu, dan sekali lagi, hatinya terluka.

"Saat saya memutuskan untuk pergi dari sana, rumah itu udah bukan lagi milik saya, termasuk isi didalamnya." Lagi-lagi Ladyra merasa tertampar, dia sadar yang dimaksud isi adalah dirinya.

Satu tetes air mata turun membasahi pipi Ladyra. Shit! Apa-apaan sih lo, Dith! Stop nyakitin Ladyra!

"Semua salah aku," Ladyra mulai terisak. "Aku wanita paling bodoh yang udah sia-siain kamu. Aku nyesel, Dith. Aku minta maaf." Isakan itu berganti menjadi tangisan.

"Loving someone is not a crime." Kata Radith berusaha menenangkan, "Mungkin saya juga yang salah, sejak awal kamu memang ngga pernah mau nikah sama saya, tapi ego saya keterlaluan, saya mau milikin kamu, berusaha memperbaiki hubungan kita yang sudah lalu." Pandangan Radith semakin samar, napasnya sudah tidak beraturan, dan keringat sudah mulai bermunculan dikeningnya.

"Tapi perkiraan saya salah, saya pikir dengan pernikahan ini saya sudah jadi pemenangnya. Tanpa saya sadar, justru saya lah pecundangnya." Radith menghapus peluhnya yang semakin banyak.

"Dulu.. Saya mengira Fadly lah yang merusak hubungan kita, dan saat ini terjadi lagi untuk yang kedua kalinya, ternyata sekali lagi saya salah, sayalah orang ketiga untuk hubungan kalian."

Radith mendengar tangisan Ladyra semakin kencang, dan Radith tidak tahan untuk tidak bangkit, menghampiri Ladyra, dan memeluknya untuk menenangkan.

Sekali ini saja, biarkan ego Radith yang menang. Radith ingin memeluk Ladyra, dan mungkin bisa jadi ini kesempatan terakhirnya.

"Hei hei, kenapa nangis." Radith menepuk punggung Ladyra menenangkan, dan menghapus air matanya yang jatuh berulang-ulang.

"I'm really sorry, I know it's my fault, it was my mistake. Forgive me." Tangisan Ladyra semakin pecah, tidak tau lagi harus dengan cara apa dia memohon maaf pada Radith, dia sudah benar-benar keterlaluan.

"Bisa kita... stop pembicaraan ini? Saya lelah... saya butuh... istirahat." Ladyra menatap Radith curiga, kalimat Radith terputus-putus, dan setelah diamati kening Radith basah oleh peluh.

"Kamu kenapa, Dith?" Refleks tangan Ladyra mengecek suhu tubuh Radith yang ternyata panas tinggi.

Radith hanya menggelengkan kepalanya yang terlihat lemah, "Saya belum tidur, jadi kepala saya... sakit. Boleh kita lanjutin... besok?"

"Cuma karna belum tidur ngga akan bikin kamu panas tinggi gini, Dith. Kita kerumah sakit, ya."

Ladyra menarik tubuh Radith untuk mengikuti langkahnya, dan Radith hanya menurut saja, mungkin dia ingin menolak, tapi untuk sekedar berbicara saja rasanya Radith sudah tidak bisa.

Disepanjang perjalanan Radith memejamkan matanya, entah tidur, atau memang sengaja menghindari percakapan dengan Ladyra.

Rasa bersalah masih saja menghujam Ladyra, dia tidak akan berhenti hingga Radith memaafkannya, hingga dia bisa menyelamatkan pernikahannya.

My Ex - My NextOù les histoires vivent. Découvrez maintenant