Part 35

2.5K 96 2
                                    

Sofia at The Gunawarman cukup sepi sore itu, seperti sengaja di reservasi untuk membiarkan mereka bertiga berbicara.

Radith hanya memesan Equil saat Papah menawarinya makan, Radith sedang tidak dalam mood bisa untuk makan disatu meja yang sama dengan orang yang baru saja mencaci dan menamparnya.

"Satu tahun yang lalu," Papah memulai pembicaraannya, Radith hanya melirik sekilas lalu kembali tak perduli. "Saat kamu datang menemui Papah dan bilang... Kalau kamu ingin menceraikan Ladyra, Papah langsung mencari tau." Lanjutnya yang kemudian mendapat jawaban berupa kekehan mengejek dari Radith.

Radith merasa lucu, ternyata Papahnya pun sudah tau alasan yang sebenarnya tentang perpisahan Radith dan Ladyra. Tapi Papah sama sekali tidak berdiri dipihaknya, justru membela Ladyra mati-matian.

"Dan saat Papah udah tau, Papah masih memaksakan kehendak Papah atas pernikahan hasil dari perjodohan ini." Ucap Radith yang tak bisa menahan tawanya lagi, tapi dari sorot matanya sangat menjelaskan bahwa perbincangan ini sama sekali tidak lucu.

"Dengerin dulu, Dith." Sela Raymond pelan.

Radith mengalah, dia butuh mengumpulkan tenaga ekstra untuk melawan Papah dan Raymond nanti.

"Lalu Ladyra datang kerumah kita." Lanjut Papah yang membuat Radith membeku ditempatnya.

"Dia datang bersama Ibunya, menanyakan keberadaan kamu yang Papah pun waktu itu ngga tau kamu ada dimana.

"Ladyra cerita semuanya ke Papah, termasuk soal Fadly."

Radith semakin tidak mengerti, kerutan dikeningnya bertambah dalam.

"Kamu sudah memberi dia kesempatan untuk bicara, kan?"

Radith menggelengkan kepalanya, bukan untuk jawaban atas pertanyaan Papahnya tadi, tapi karna dia semakin tidak mengerti kemana arah percakapan ini.

"Kalau Papah sudah tau, kenapa Papah masih memaksakan pernikahan ini? Perjodohan ini ngga akan berhasil kalau salah satunya tidak menerima. Hargai perasaan Ladyra, kalau dia ngga mau nikah sama saya, dipaksakan seperti apapun hasilnya akan tetap sama.

"Apa lagi yang harus saya lakukan? Apa lagi yang harus saya korbankan untuk kepentingan yang kalian sebut atas dasar nama keluarga?! Saya sudah cukup mengorbankan hati saya untuk pernikahan ini, apa saya harus mengorbankan seluruh hidup saya juga untuk menjaga nama baik keluarga yang tidak merangkul saya sama sekali?!" Emosi Radith kembali memuncak. Demi Tuhan dia tidak ingin membicarakan Ladyra disaat tubuh dan pikirannya dalam kondisi lelah. Karna dalam keadaan lelah semua yang kita ucapkan cenderung berbanding terbalik dengan perasaan.

Papah kemudian menegakkan tubuhnya, menatap manik mata Radith dalam-dalam. "How about you, then? You have feeling for her, don't you?"

Telak. Radith tak bisa menjawab. Tiba-tiba rangkaian kalimat yang sudah tersusun rapih dikepalanya mendadak hilang.

Raymond ikut menatapnya, menunggu jawaban dari mulut Radith yang sejak tadi selalu membantah ucapan Papahnya. Tapi dia tidak bersuara sekarang, dan tanpa perlu menjadi paranormal sekalipun Raymond sudah tau jawabannya.

"Sebelum pernikahan ini terjadi, hal yang sama sudah pernah saya jalani, Pah. Ladyra menyukai laki-laki lain." Suara Radith terdengar sedikit bergetar, ini adalah masa lalunya, masa lalu yang tidak ingin dia ingat kembali. Apa membuka luka lamanya saja belum cukup? Kenapa harus menambahkan luka baru dengan cara mengorek kembali masa lalu itu.

"Tapi itu dulu, Dith." Kali ini Raymond yang terdengar tak sabaran untuk menjelaskan.

"Gue ngga lihat perbedaannya, dan pernikahan ini gue yang jalanin, gue yang tau perasaan Ladyra seperti apa. So, I let her go, she should be happy, right?"

Radith harus mempertahankan argumennya, tidak boleh ada celah untuk Papah maupun Raymond untuk mencampuri hidupnya termasuk pernikahannya yang diambang perceraian.

Radith jelas mengerti perasaan Ladyra, karna perselingkuhan untuk yang kedua kalinya sudah bukan dalam tahap main-main.

Ladyra mencintai Fadly. Walaupun Radith masih tidak bisa menerima kenyataan itu, tapi Radith harus melepaskan apa yang dia inginkan untuk seseorang yang justru tidak menginginkannya.

Love is hurt, I know. So, I let her go. Ulangnya lagi untuk meyakinkan diri.

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang