Part 22

2.3K 98 0
                                    

Orang bilang pertemuan kedua itu lebih berbahaya dari pertemuan pertama, karena kalau dalam pembuatan bom rakit, pertemuan pertama untuk perencanaan, pertemuan kedua untuk peracikan. Sama dengan keluarganya yang kini sedang menentukan tanggal berapa dia dan Radith akan menikah.

Sekali lagi, ME-NI-KAH.

Ternyata Radith sudah memberitahu Mami kalau dia sudah melamarnya kemarin, jadi selang tiga hari kemudian, Mami mengajak orangtua Radith kembali bertemu untuk membicarakan masalah yang lebih spesifik.

Mulai dari hotel, wedding organizer, jumlah tamu undangan, souvenir, dan teman-temannya. Ladyra pusing mendengarnya, ditambah hanya ada dia sendiri disini, Radith berhalangan hadir karna harus menghadiri rapat yang tak bisa dia tinggalkan.

Dan mau tak mau Ladyra menuruti dan menerima semua usulan mengenai pernikahannya.

Beberapa jam dalam hidup Ladyra pada hari ini dihabiskan untuk mengurus pernikahan yang ternyata sangat memusingkan. Dia belum pernah menikah, of course! Jadi dia tidak mengerti sama sekali dan Mami selalu memarahinya setiap ada kesalahan yang dia buat. Ngeselin!

"Iya nih, masih." Dyra menghentak kakinya seraya menaiki anak tangga menuju kamar saat Radith menghubunginya.

"Udah dipilih semua?" Tanya Radith lagi dari sebrang sana.

Dyra tetap mengangguk walau Radith tak melihatnya. "Udah, tinggal nikahnya aja."

"Kok kayak kepaksa, sih?" Terdengar suara kekehan pelan dari Radith. Kampret!

"Kamu kalau cuma mau bikin aku kesel, besok aja deh. Aku capek tau." Dyra membanting pintunya secara berlebihan. Membuat Radith bertanya suara apa barusan.

"Siapa yang bikin kamu kesel sih, saya kan cuma nanya soal semua persiapannya." Radith merubah nada suaranya menjadi satu level lebih lembut, yang tiba-tiba membuat Dyra tenang mendengarnya.

"Kan aku juga udah jawab." Dyra me-loud speaker ponselnya agar dia bisa melepas baju dan menggantinya dengan piyama.

"Kamu udah mau tidur?"

"Belum." Dyra terpaksa mengencangkan sedikit suaranya karna dia dan ponselnya terpisah cukup jauh.

Hening sejenak, dan itu memberikan Dyra kesempatan untuk memakai piyamanya dengan cepat. Dan setelah itu dia kembali mengambil ponselnya dan menon-aktifkan loud speaker, baru saja ingin menanyakan keberadaan Radith, pria itu sudah berkata terlebih dahulu.

"Can you help me?"

Dyra mengerutkan keningnya. "Help what?"

"Open the door. Saya didepan rumah kamu."

Sontak Dyra terbangun setelah baru saja dia berbaring. Wtf! Radith ada disini?!

"Kamu ngapain malam-malam kesini?! It's midnight already, Radith!"

Dyra panik. Bukan, bukan karna dia sudah mengganti baju dengan piyama hello kity andalannya, bukan juga karna dia takut malu tampil kusam, tapi karna dia masih malu jika harus bertemu Radith setelah lamaran dan ciuman maha dahsyatnya.

"Oh.. Gitu." Terdengar suara Radith berubah menjadi lemas, campuran antara kecewa dan mungkin lelah.

Secepat kilat Dyra mendekati jendela dan membukanya sedikit untuk mengitip, tepat pada saat itu sosok Radith muncul dari halaman rumahnya dan menjauh menuju mobilnya.

"Yaudah kamu istirahat aja." Setelah itu terdengar suara langkah kaki Radith sedang menuruni tangga kecil menuju pagar.

"I bring Sushi for you, saya letakkin dibangku depan. Eat them." Lanjutnya lagi yang sudah membuka lalu menutup pintu mobilnya kembali.

Kali ini Dyra yang merasa kecewa. Apa dia sudah keterlaluan? Apa dia harus menahan Radith agar tidak pulang?

Dyra sudah tidak bisa melihat sosok Radith lagi, tapi Dyra bisa mendengar suara deru mobil dari ponsel jauh lebih jelas.

"Drive safely." Hanya itu yang Dyra katakan. Bodoh!

"Tutup jendelanya, dingin."

Ucapan Radith sontak membuat Ladyra tersipu malu. Dia ketahuan. Seperti anak SMA yang sedang didatangi pacarnya tapi malu untuk menemui karna tidak percaya diri dengan piyamanya.

Setelah memastikan mobil Radith pergi, Ladyra cepat-cepat turun menuju pintu rumahnya. Seperti kata Radith tadi, diatas meja sudah tergeletak bungkusan besar berlogo Sushi Tei berisi 1 kotak bento dan tiga jenis sushi platter yang berbeda.

Diatasnya terselip memo kecil berwarna merah muda.

Thank you for agreed to be my everything.

Hanya itu, hanya berisi sederet kalimat sederhana yang bisa saja dia temukan di google. Tapi Dyra bahagia, bahagia hanya karna rayuan Radith yang murahan. Dia pasti sudah gila.

Dan seperti kisah-kisah lainnya, Radith dan Ladyra menikah, yang hanya dihadiri oleh keluarga dan kerabat terdekat dengan alasan mereka tidak mau pernikahan dengan hasil jodoh-jodohan ini dibesar-besarkan. Ballroom yang sudah sempat orangtua mereka bicarakan berganti dengan dekor indah yang disetting ditaman belakang rumah Dyra.

Dan tidak ada yang berubah sejak pernikahaan itu terjadi. Radith masih bulak-balik NYC dan Ladyra masih sering bergosip santai di Plaza Indonesia bersama sahabatnya. Yang berubah hanya ada yang melingkar dijari manisnya, cincin bermahkotakan berlian sejenis blue shappire yang sangat indah sebagai tanda bahwa gadis ini sudah memiliki bodyguard pribadi bernama suami.

My Ex - My NextTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang