Part 10

3.3K 153 1
                                    




Setelah memarkir mobilnya dengan sempurna di pelataran parkir penthousenya, Radith dan Dyra turun dengan membawa beberapa paper bag dengan logo brand dunia kelas satu. Selain melirik restoran yang Dyra suka, dia juga melirik beberapa toko baju, tas, dan jam tangan.

Tangannya gatal untuk tidak membawa pulang semua barang yang dijual disana, dengan dalih kalau barang ini sudah masuk ke Indonesia harganya akan jauh lebih mahal. Dan Radith hanya menggeleng kepalanya tak percaya dengan alasan klasik itu. Tapi Radith tetap menemani dan membayar semua yang Dyra beli.

"Kayanya gue mesti beli koper satu lagi deh buat barang-barang ini." Dyra menghitung jumlah bawaannya yang tidak cukup dihitung dengan jari kedua tangannya.

Radith hanya melirik sekilas setelah menekan tombol lift. "Pakai koper gue aja."

"Emang lo ngga balik lagi ke Indo?" Tanya Dyra dengan terlalu cepat.

Radith kembali menoleh dan tersenyum penuh arti. "Ini pertanyaan untuk koper atau untuk gue?"

Dyra membulatkan matanya. Gue nanya apa emang tadi?

"Ge-er lo! Kan lo tadi nawarin koper lo, terus nanti lo pakai apa pas balik ke Jakarta?!"

"Oh." Dyra tau, 'oh' yang dilontarkan Radith tadi mengandung jenis ejekan sebesar 85%. "Koper gue ngga cuma satu kok." Lanjutnya sambil memasuki lift yang mengantarkan mereka ke penthouse.

"Penthouse ini ada tiga kamar. Yang dua ini masih kosong, kamar gue yang dipojok sana. Terserah lo mau pakai kamar yang mana." Jelas Radith mengenai kamar. "Pantry nya sebelah sana, toilet sebelah sana. Disitu ruang istirahat, ada sofa, TV, sama alat musik gue, kalau lo mau pakai, silahkan."

"Gue ngga bisa main musik." Tandas Dyra cepat.

"Oh oke." Radith tersenyum geli. "Kalau lo bosen, tinggal buka pintu kaca itu aja, disitu ada balkon, ngga terlalu besar sih, tapi ada sofa bed disana. Bisa buat santai sambil baca majalah atau ngopi."

"Gue ngga suka baca majalah, apalagi ngopi." Balasnya lagi.

"Kayanya banyak yang ngga gue tau dari lo." Radith melirik Dyra yang kebetulan lirikannya berbalas.

"Makanya kita jangan sampai nikah, banyak perbedaan diantara kita. Gue ngga bisa ngebayangin gimana jadinya kalau kita beneran nikah. Tiap hari berantem kali, ya?"

Radith memilih tidak menanggapi, dia justru membalik badan dan berjalan menuju pintu kamarnya meninggalkan Dyra yang masih berdiri ditempatnya. Dia sudah memegang handle tapi masih belum membukanya. Dan sekali lagi Radith menoleh.

"Karna kita banyak perbedaan, justru gue makin tertarik buat nikahin lo."

Setelah mengucapkan isi hatinya, Radith membuka lalu segera menutup pintu kamarnya kembali. Melepas jas, dasi, dan membuka tautan dua kancing teratas kemejanya dengan senyum. Dyra diluar sana sedang melancarkan aksi hujatan demi hujatan yang ditujukan padanya soal perkataannya barusan. Tapi Radith sama sekali tidak perduli.

Dulu mereka pernah berpacaran, dan kala itu Radith kebobolan. Dan karna Tuhan sudah berbaik hati memberi kesempatan kedua untuknya, kali ini Radith bersumpah tidak akan menyia-nyiakan kesempatan. Dia pasti akan menikahi gadis itu. Apapun caranya, dengan apapun resikonya.

My Ex - My NextWhere stories live. Discover now