Part 18

2.2K 112 2
                                    

Rasa lelahnya yang duduk selama berjam-jam diatas pesawat tidak sebanding dengan rasa khawatirnya karena tidak bisa menghubungi Ladyra sejak kemarin lusa. Jadi dia melakukan semua proses pekerjaannya dengan waktu yang sangat cepat. Apa yang seharusnya belum dia kerjakan sudah dia kerjakan disela-sela waktu yang masih dia miliki, bahkan dia tidak perduli jika dia harus melupakan jam tidurnya sekalipun.

Dia hanya ingin kembali ke Jakarta secepat mungkin.

Ralat. Dia ingin bertemu dengan Ladyra secepat mungkin.

Tapi yang didapatinya setelah kembali ke Indonesia, Ladyra tidak berhasil dia temui. Yang membuatnya lebih kecewa adalah, Ladyra pergi bersama dengan seorang pria. Dengan pria yang memiliki nama yang sama dengan pria yang dulu sempat menjadi sosok menyebalkan karna sudah mencuri apa yang menjadi miliknya.

Apa pria itu adalah pria yang sama?

Apa mereka masih menjalani hubungan?

Apa Fadly menjadi semua alasan kenapa dia tidak ingin menikah dengannya?

Pertanyaan-pertanyaan itu kini bersarang dikepalanya, membuat Radith ingin menghantam kepalanya pada benda keras agar pemikiran itu segera menghilang.

Getaran yang berasal dari tempat tidurnya membuat Radith terhempas kembali pada kenyataan. Tanpa melihat siapa yang menelpon Radith langsung menjawab. Dan disana terdengar suara perempuan yang juga dirindukannya.

"Ooommm Radiiiitthhh, Eva udah sembuuhhhh."

Radith tersenyum, suara ini selalu berhasil membuat perasaannya kembali ke titik dimana dia bisa merasa lega walau seluruh urusannya masih terasa mencekik untuknya.

"Hai Eva sayang, Om juga kangen."

Dan perbincangan singkat antara Radith dan Eva malam itu berlanjut dengan pertemuan di Grand Indonesia keesokan harinya tepat di jam makan siang.

"Eva sibuk nanyain kamu kapan pulang, kangen katanya." Kata wanita cantik berambut panjang yang bagian bawahnya bergelombang indah natural. Kacamata yang dipakainya tak melunturkan kecantikan matanya yang berwana cokelat terang.

Radith tidak menjawab, hanya tersenyum senang tanpa bisa mengalihkan tatapannya dari Eva yang kini mulutnya sudah berantakan karna saus pasta rasa kari yang dipesannya.

"Dia udah sembuh total? Waktu itu DBD nya udah ditahap yang serius." Tanya Radith pada wanita cantik tadi yang kini sedang membersihkan mulut Eva dengan tisu.

"Udah, untungnya ada kamu, kalau ngga aku ngga tau deh nasib Eva sekarang gimana."

Radith mengusap kepala Eva beberapa kali sambil lalu menjawab, "Kamu yang terlalu sibuk sampai ngga tau anaknya sendiri lagi sakit."

Verlly Charista, nama wanita cantik itu. Salah satu karyawan diperusahaannya yang ditemui Radith sedang bertaruh nyawa dengan perut besar yang terduduk dilantai dengan keringat yang mengucur deras diseluruh wajahnya.

Waktu ditanyai Radith kemana suaminya, dia menjawab tidak memiliki suami. Dan Radith merasa tidak perlu bertanya lebih jauh lagi, dengan segera dia membawa Verlly ke rumah sakit terdekat untuk melakukan persalinan. Dan terlahirlah Eva. Eva Charista.

Sejak saat itu keduanya menjadi dekat, bahkan Verlly melepaskan embel-embel 'bapak' untuk memanggil Radith mengingat Radith adalah boss nya. Dan Radith dengan Eva pun sudah seperti Ayah dengan anak.

"Yang penting dia sudah sembuh sekarang. Dan aku ngga mau kebobolan lagi soal kesehatan Eva."

Radith mengangguk setuju, "Anak lebih penting dari pekerjaan. Kamu bisa nunda satu-dua pekerjaan untuk anak, karna besok masih bisa diselesaikan. Tapi kalau soal anak, belum tentu besok kita masih memiliki kesempatan yang sama seperti sekarang."

Inilah yang disukai Verlly. Sosok kebapakan Radith yang sangat perhatian, itulah sebabnya kenapa Eva lebih menyukai Radith dari pada Verlly ibunya sendiri. Dan tidak bisa dipungkiri rasa suka itu pun pernah tumbuh dihati Verlly.

Tapi Verlly sadar, ada batas tinggi yang dibuat Radith untuk menjaga hatinya, menjaga hatinya agar tidak dimasuki siapapun selain wanita yang selama ini Radith sukai. Jadi Verlly menyerah.

"Oiya sama aku mau kasih ini." Verlly menyodorkan sebuah surat beramplop putih. "Mungkin waktunya memang kurang pas kalau dibicarakan di restoran." Lanjutnya.

Radith membuka kemudian membaca dengan kerutan didahi. "Kamu mau resign?"

Verlly mengangguk sambil tersenyum.

"Kenapa?" Tanya Radith dengan nada kecewa.

Alih-alih menjawab, Verlly justru mengangkat tangan kirinya dan menunjukkan cincin berlian yang sudah melingkar dijari manisnya.

"Eva akan punya Ayah." Jelasnya.

"Oh God. Nice to hear that, really!" Ucapnya kemudian mengusap kepala Eva. "Congratulation." Lanjutnya.

"Thank you." Balas Verlly dengan wajah bahagia.

Ada yang ingin Verlly katakan sebenarnya, tapi tidak bisa dia ucapkan.

Bagaimana dengan kamu, Radith? Apa kamu sudah berhasil menemukan tuan puteri untuk kisah kamu? Kamu sudah terlalu lama menunggu, apa wanita itu masih belum sadar betapa dia dijadikan pasokan oksigen untuk menopang hidup kamu? Atau memang kamu yang tidak pernah mengatakan kalau kamu bisa hidup sampai saat ini karna ada namanya sebagai alasan?

Radith, it's not crime to love someone. Just tell her.

My Ex - My NextWhere stories live. Discover now