Part 7

3.3K 154 1
                                    




Setibanya dirumah, Radith merenggangkan otot lehernya yang terasa kaku setelah melakukan serangkaian meeting yang bahkan membuatnya melupakan makan siang. Dasi berwarna senada dengan jas yang dikenakannya pun ikut melonggar setelah ditarik paksa. Dia butuh napas yang sebenarnya, yang melegakan paru-parunya.

"Dith," Radith menoleh dan tersenyum pada Mamahnya yang muncul dari dapur.

"Meeting lagi?" Radith hanya menangguk sebagai jawaban, seakan tidak sanggup lagi untuk berbicara.

"Kamu kacau banget keliatannya. Benar kan pilihan Mamah jodohin kamu, biar kamu ada yang urus."

Tatapan Radith yang sejak tadi menyendu berubah menjadi sinis. Harus ya dibicarain lagi?!

"Gimana Ladyra menurut kamu?"

Here we go!

"Nice."

"Terus?"

"Ya.. Ngga ada terusnya."

Mamah memukul lengan Radith keras hingga dia meringis. "Kamu tuh mau nikah sama dia, masa kamu nilai dia cuma sebatas nice?"

"Mah, saya capek, boleh ngga kita lanjutin lagi besok?"

"Kamu udah punya nomor handphone nya?"

"Maaahhh."

"Oke-oke, istirahat sana."

Radith pergi meninggalkan Mamahnya secepat yang dia bisa, memastikan Mamah tidak mengikutinya dan segera menutup pintu lalu dikunci ganda. Setelah memastikan tidak ada suara Mamah yang masih terdengar ditelinganya, Radith melempar tubuhnya keatas ranjang.

Mendadak pikirannya ikut melayang pada sosok Ladyra yang baru saja ditanyakan Mamahnya. Radith memang pernah menjelaskan kalau mereka satu kampus dan berstatus sebagai teman, Radith tidak berniat menceritakan bahwa mereka pernah menjalin hubungan lebih dari teman. Dan apa pendapat Mamah nanti jika sampai tau kalau mereka pernah menjalin sebuah hubungan.

Memang bukan urusannya sama sekali tentang apa pendapat Mamah mengenai seorang Ladyra yang dulu sudah membuangnya seperti sampah, tapi Radith memilih jalan paling lurus untuk meminimalisasikan dirinya berada dalam jurang mematikan.

Tapi memang Ladyra tidak banyak berubah. Masih seperti dulu. Dan membuat perasaan itu nyaris mencuat kembali. Perasaan tak tahu diri yang sama pengecutnya seperti dulu.

Sejak tau bahwa wanita itulah yang akan dinikahinya, dia yang sudah memikirkan 1001 alasan untuk menolak, berubah menjadi 1001 alasan untuk meyakinkan. Kalau Ladyra memang benar ingin menghentikan perjodohan ini, dia akan membiarkannya. Tapi lima lawan satu, sudah jelas kan siapa yang akan tertawa bahagia.

******

"New York?!" Ladyra nyaris teriak histeris.

"Loh, memangnya kamu sama Radith ngga ada kontak gitu?"

Ladyra geram, seharusnya dia sudah tau akan seperti ini. Baru kemarin mereka membicarakan soal rencana pembatalan pejodohan yang belum mendapatkan hasil akhir, dan sekarang pria itu pergi ke luar negri dengan kedok mengurus perusahaan selama tiga minggu!

"Ngeselin banget sih tu orang!" Dyra nyaris membanting gelas tinggi berisi susu putihnya dengan kesal.

"Hush! Dia calon suami kamu." Bentak Mams.

"Calon suami macam apa yang ninggalin calon istrinya disini sendiri?!"

Mami yang sejak tadi sibuk dengan omelete yang masih berada dipenggorengan, menoleh dengan senyum penuh arti kearah Dyra, membuat Dyra mengerutkan keningnya tak mengerti dengan ekspresi Maminya yang berubah secara drastis.

"Kenapa? Kamu kangen sama Radith? Mau ketemu?"

"Kangen? Yang benar aja!" Ladyra bangkit dari meja makan menuju kamarnya kembali, dia masih butuh tidur. Dia harus memanjakan kepalanya agar otaknya bisa bekerja dengan benar untuk menyusun strategi penolakan perjodohan yang sudah seenaknya dilaksanakan kedua orangtuanya.

My Ex - My NextWhere stories live. Discover now