CHAPTER 1🎃

4.4K 223 7
                                    

Saat Davin sedang menghitung detik demi detik berlalu di jam dinding ruang tamu rumahnya, dia sangat menantikan kepulangan mama dan papanya dari luar kota. Padahal ini adalah hari ulang tahunnya, untung saja ada tetangga sekaligus sahabatnya sejak kecil bernama Vero menemaninya di rumah . Jadi dia tidak merasa kesepian di hari spesialnya ini.

Tiba-tiba terdengar suara nada dering dari handphone mencuri perhatiannya, lalu Davin beranjak dari sofa untuk mengambil handphonenya yang dia letakkan di buffet. Entah kenapa ketika akan mengangkat telfon itu, perasaan Davin tidak karuan seolah-olah ada sesuatu hal yang baru saja terjadi. Tetapi Davin berusaha tenang dan mengangkat telfonnya.

"Halo?dengan siapa?" tanya Davin. Karena nomor yang tertera tidak dia kenali.
"Benar ini Davin?" orang asing itu malah bertanya balik kepada Davin.
"Iya benar. Ada apa?"
"Ini saya Novi rekan kerja mama kamu. Saya mau kasih kabar kalau mama sama papa kamu sekarang lagi di rumah sakit," ujar orang asing yang bernama Novi. Memberikan sebuah kabar buruk di hari bahagia Davin.

"Kenapa mama sama papa aku di rumah sakit?mereka kenapa?" tentu saja Davin resah. Badannya sudah mulai berkeringat dingin.
"Kecelakaan lalu lintas. Saya harap kamu kesini secepatnya di rumah sakit Mawar," ujar Novi terburu-buru lalu segera mematikan telfonnya.

Davin kembali ke sofa dengan tatapan sendu, seketika dunianya terasa hilang. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, Vero pun tentu saja khawatir dengan keadaan Davin.
"Bro ayo kita ke rumah sakit sekarang. Gue ambilin jaket lo yang di kamar ya?" Vero beranjak dari sofa lalu menuju ke kamar Davin mengambilkan jaket.

Perasaan Davin gundah, dia khawatir akan keadaan mama dan papanya. Daripada pikiran buruk berlalu lalang dipikirannya, dia memutuskan untuk pergi ke rumah sakit bersama Vero. Ternyata sesampainya disana, Davin mendapatkan kabar yang lebih buruk lagi.

Kenyataan pahit harus dia terima, kalau mama dan papanya sudah dipanggil oleh Tuhan terlebih dahulu. Ini pasti akan selalu teringat diingatannya, karena hari kematian orangtuanya tepat pada hari ulang tahunnya. Miris sekali.

Davin benar-benar terpukul, sejak kejadian itu semuanya berubah. Davin yang awalnya berkepribadian aktif dan selalu ceria, seketika menjadi pribadi yang sangat tertutup. Berusaha melewati hidup, mencoba sesuatu baru walaupun sepertinya tidak bisa melakukan apa-apa.

********

Sinar matahari mulai masuk melewati jendela kamar Davin, otomatis Davin terbangun. Davin paling risih jika dia tidur ada sesuatu hal yang memancar, jadi sinar matahari lah yang membantunya untuk bangun di pagi hari. Namun hari ini beda dari sebelumnya, rumah sebesar ini terasa sepi karena orang tuanya sudah tidak ada.

Pahit memang, tetapi Davin berusaha menerimanya. Mau tidak mau, selain bersekolah Davin harus mencari pekerjaan paruh waktu. Sebenarnya Dara, ibu dari Vero pernah berjanji kepada mama Davin untuk selalu menjaga dan merawat Davin. Meskipun begitu Davin merasa tidak enak, karena tidak selamanya Davin harus bergantung kepada kedua orang tua Vero.

"Bro nebeng dong," pinta Vero ketika Davin sudah siap dibaluti dengan seragam sekolah dan melewati rumahnya.
"Ya udah naik aja," jawab Davin dengan ketus.
"Galak amat. Smile dong bro!" Vero mencontohkan Davin bagaimana caranya untuk tersenyum.

Sebenarnya, Vero tahu kenapa sifat Davin berubah drastis seperti ini. Tetapi sebagai sahabat yang sudah seperti saudara sendiri, Vero berusaha untuk membuat Davin melupakan kesedihan yang mendalam itu dan menjalani kehidupan baru.

"Hmm.. smile," Davin menunjukkan senyum palsunya setelah itu menyalakan mesin sepeda motornya.
"Mantap," Vero mengacungkan kedua ibu jarinya setelah itu duduk di sepeda motor Davin.

Membutuhkan kurang lebih waktu setengah jam, mereka telah sampai di SMA Nusantara dimana itu adalah tempat mereka bersekolah. Tahun ini adalah kenaikan mereka kelas 11, jadi mereka harus mencari kelas 11 jurusan bahasa yang baru.

"Dimana ya kelasnya bro?" tanya Vero kebingungan.
Davin hanya diam karena sudah melihat tulisan "XI Bahasa" letaknya diseberang dekat dengan ruang kepala sekolah. "Tuh disitu," Davin berjalan begitu saja.

"Eh tungguin dong," teriak Vero lalu berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Davin.

Akhirnya mereka sampai di kelas baru mereka, sepertinya ada beberapa murid yang diacak karena jurusan bahasa memiliki dua kelas. Tujuannya mungkin agar bisa berbaur dengan yang lainnya.

"Bro," panggil Vero kepada Davin.
"Hm?" respon Davin sambil menyiapkan buku-bukunya.
"Ngopi yuk pulang sekolah?" ajak Vero.

"Nggak bisa," jawab Davin dengan singkat.
"Kenapa?"
"Gue mau cari kerja paruh waktu," jawab Davin.

"Ngapain bro? Nanti nilai lo nggak bertahan karena pusing bagi waktu," Vero mengungkapkan pendapatnya.
"Gue yatim piatu Ver! Gue harus bertahan hidup," bentak Davin. Dia kesal karena Vero tidak mengerti tentang keadaannya sekarang.

"Sorry," ujar Vero meminta maaf karena merasa telah menyakiti perasaan Davin. "Yaudah gue temenin cari ya?" sambungnya.
"Terserah lo," jawab Davin.

Halo readersku!
Aku akhirnya bikin cerita baru, gimana chapter pertama "ZOMBIE" ini?
Kasih pendapatnya ya, butuh kritik dan saran yang membangun🙏.
Jangan lupa follow, read, vote dan comment ya! Supaya aku makin rajin up-nya.
Mampir juga ke cerita-cerita aku sebelumnya😆.
Thankyou!

- Happy Reading🎃-

ZOMBIE [ COMPLETED ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang