Prolog

11.5K 964 19
                                    

Dua orang perempuan tampak berjalan beriringan, salah satu dari mereka membawa sebuah buku catatan dengan bibir komat kamit seperti menghafal sesuatu.

"Kita ke percetakan besok saja, aku tidak bisa kalau malam ini, aku harus pergi menemui nenekku," ucap perempuan yang memegang buku tanpa mengalihkan fokusnya dan tetap terus berjalan.

"Tenang saja, aku bisa pergi sendiri nanti," sahut yang satunya.

Park Hyeso, perempuan yang berjalan sambil menyelipkan kedua tangan ke dalam kantong jaketnya menanggapi ucapan teman sedivisinya, Areum.

"Tapi ini sudah malam Hyeso, kau lupa tadi kita baru selesai meliput kasus pembunuhan? Kau tidak takut?"

Perempuan yang bernama Areum itu menutup buku lalu menyimpannya dalam tas sambil terus berusaha mengimbangi langkah kaki Hyeso.

"Okay akan kuingatkan lagi padamu, kalau aku ini Hyeso! Aku tidak takut pada apapun!" Balasnya dengan nada angkuh sambil mengangkat dagunya tinggi-tinggi.

"Hh terserah.." Areum hanya bisa menghela nafas menanggapi betapa keras kepala temannya yang satu ini.

Malam ini mereka berdua baru pulang dari kantor redaksi setelah hampir seharian penuh meliput kasus pembunuhan. Hal itu membuat dirinya dan Areum terpaksa berada di lapangan dalam waktu lumayan lama untuk mendapat informasi penting tentang kasus tersebut.

Beberapa menit kemudian Hyeso dan Areum berpisah tepat diperempatan jalan menuju ke apartemen mereka masing-masing.

"Sampai jumpa besok pagi!"

Areum sempat melambaikan tangannya pada temannya itu yang sedang memperhatikan dirinya dengan tersenyum. Hyeso kemudian melanjutkan langkahnya saat Areum sudah tak terlihat.


Ditempat lain,

Terlihat seseorang laki-laki tengah menikmati segelas wine dengan menyesapnya perlahan. Mata tajamnya seolah mengintimidasi anak buahnya yang kini berdiri didepannya seraya menyodorkan tablet ditangannya.

"Ah ternyata dia mencoba menyebarkan informasi tentang misi kita?"

Tersenyum miring setelah selesai melihat isi tablet tersebut.

"Apa perlu kami bereskan sekarang juga bos?" Ujar anak buahnya.

Lelaki itu meletakkan gelas berisi wine ke atas meja sebelum bangkit berdiri.

"Tidak perlu, aku sendiri yang akan membereskannya"

Dia Kim Taehyung. Lelaki yang memiliki tatapan mata setajam elang itu melangkahkan kakinya dengan diikuti anak buah kepercayaannya, Min Yoongi.


Disisi lain, Hyeso benar-benar pergi ke tempat percetakan setelah sempat membersihkan tubuhnya di apartemen. Malam itu jam sudah menunjukkan pukul 10 lebih. Beruntung didekat apartemennya ada sebuah tempat percetakan yang buka 24 jam. Sebuah tempat percetakan buka 24 jam? Aneh memang tapi nyatanya ada.

Suasana sekitar yang sepi membuat Hyeso sedikit meremang. Dia memang merasa gelisah sejak tadi, perasaannya seakan berkata bahwa akan lebih baik jika dia pergi ke percetakan besok pagi saja.

Namun terlambat, Hyeso samar-samar sudah melihat kelip lampu dari papan nama tempat percetakan itu. Dia mempercepat langkahnya.

"Jangan bunuh aku! Tolong ampuni aku!"

"Tidak ada alasan untuk membiarkanmu tetap hidup."

Sayup-sayup Hyeso mendengar suara itu dari dalam tempat percetakan. Langkahnya memelan seiring semakin dekat dengan tempat itu.

Setelah sampai tepat didepan pintu yang masih tergantung tanda open, Hyeso bergegas masuk. Dia tidak menemukan satu penjagapun disana, hingga kemudian matanya menyipit melihat sebuah cahaya yang sepertinya berasal dari salah satu komputer dibalik rak majalah. Hyeso berjalan mendekat.

Dan apa yang ada didepan matanya kini membuat tubuhnya membeku.

Dia tidak salah lihat, seorang lelaki dengan pakaian serba hitam itu sedang menodongkan pistolnya tepat dikepala si pemilik tempat percetakan yang bersimpuh didepannya.

Hyeso merasa jantungnya makin berdetak lebih cepat saat lelaki dengan pakaian serba hitam itu menoleh padanya, lalu tersenyum tipis.

"oh hai? ternyata kau kedatangan pengunjung ben,"

dorrr

Mata Hyeso seketika melebar, dia terkejut bukan main. Ya, lelaki itu menembak pemilik tempat percetakan yang biasa disebut Ben tepat dikepalanya. Darah segar mengucur deras bersamaan tubuhnya yang limbung.

"ups aku tidak sengaja menarik pelatuknya, maaf nona kau harus melihatnya."

Hyeso terlalu shock sampai tidak mendengar apa yang lelaki itu katakan, matanya tidak berkedip sama sekali menatap tubuh yang kini tergeletak dengan darah segar yang terus merembes dari kepalanya. Hingga tiba-tiba lelaki itu sudah ada tepat didepannya dengan mata yang menelisik tajam. Mengangkat pistolnya dan mengarahkannya tepat di dagu Hyeso, hingga kepalanya sedikit terdongak.

Benar, lelaki itu adalah Kim Taehyung. Dia Melangkah lebih dekat dan membisikan sesuatu yang semakin membuat nafas Hyeso memburu.

"Sepertinya aku harus kehilangan satu peluru lagi,"

Saat itulah Hyeso menyesal karena tidak menuruti kata hatinya untuk pergi ke tempat percetakan besok saja. Seharusnya sekarang dia menikmati malamnya dengan segelas coklat hangat, bukan malah berdiri tepat didepan ambang kematian seperti ini.

Dia takut, sungguh. Tapi tubuh dan lidahnya seolah kelu untuk sekedar mengucap kata tolong atau bahkan berlari menghindari Sosok didepannya. Tapi jujur, Hyeso masih ingin hidup lebih lama.

"Pembunuh!" Desis Hyeso.

Beberapa detik kemudian dia merutuki mulutnya sendiri. Lelaki itu tampak menaikkan sebelah alisnya, dan terkekeh pelan.

"Kau seorang reporter?"

Hyeso mengeryit bingung, bagaimana lelaki ini bisa mengetahui profesinya? Seakan tau yang dipikirkan gadis didepannya, Taehyung mengedikkan dagunya pada buku dan name tag ditangan Hyeso sambil menurunkan pistolnya.

"Berarti ini keberuntungan untukmu, melihat pembunuhan secara langsung."

Taehyung mengedipkan sebelah matanya, lalu berjalan keluar meninggalkan Hyeso.

Brukk

Hyeso jatuh terduduk setelah terdengar bunyi pintu tertutup. Bersimpuh didepan mayat pemilik tempat percetakan. Tubuhnya sungguh lemas sekarang, dia tidak pernah membayangkan hal seperti ini akan terjadi dalam hidupnya.

Hyeso bersyukur kalau dirinya masih hidup sekarang, bisa saja lelaki tadi menembaknya juga seperti apa yang telah dilakukannya pada pemilik tempat percetakan ini.

Dengan nafas yang tersenggal dan tangan bergetar dia mengambil ponselnya dan segera menghubungi kantor polisi.

------

Hallo ini first storyku, semoga kalian suka, dan jangan lupa tinggalin jejak yaa. Really need your support😍

Tbc.

Mr. Black - Kim TaehyungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang