Rembulan Pun JeoulesMengintip Malam Pertama Fatimah dan Syaidina Ali

1 0 0
                                    



Ketika doa ini usai dilafadzkan,

'Bismillahi Allahumma Innii Asaluka Khaira Haa' Wa Khaira Maa Jabaltahaa A'laihi Wa A'uzubika Min Syarri Haa' Wa Min Syarri Maa Jabaltahaa A'laihi'"

( Dengan nama Allah, ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikannya dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari kejelekannya dan apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya.)

Romansa cinta 'pernikahan langit' dimulai, dua kasih kini memadu cinta dalam labirin asmara dua cinta, langit seekan memayungi kesaduhan cinta mereka, aroma syurga memenuhi atmosfer ruang peraduan dua insan, yang dimabuk cinta. Sayup angin seakan berbisik manja, menasbihkan keagungan mahligai peraduan dua cinta penghulu syurga. Dua orang yang Rasulullah kasihi dan cintai kini telah terikat dalam sebuah ikarar cinta yang hakiki, cinta yang dibalut tauladan dan akhlak mulia.

Kini biarlah dua belia menikmati bunga-bunga malam nan syahdu.

"Wahai Ali suamiku, kini telah halal aku atas dirimu dan engkau atas diriku." Fatimah bermisik manja. Ia pun tak putus menyanjung sang Imam dalam hidup-nya," Sungguh aku bersyukur Ayahku telah memilih pria tampan, cerdas lagi soleh."

"Aku pun merasakan hal yang sama, wahai Fatimah, wanita yang lama aku pendam perasaan cintaku pada-nya. Allah telah mengikatkan cinta suci dalam ikatan pernikahan kita."

"Wahai suamiku, bolehkah aku berkata jujur ."

"Silahkan wahai istriku...."Jawab sang Imam.

"Wahai suamiku, sebelumnya maafkan aku. Tetapi biarlah aku jujur kepadamu, tahu kah kamu, sebelum kita menikah aku telah memendam perasaan cintaku pada seorang pemuda dan aku pun yakin, bahwa pemuda itu pun memedam perasaan yang sama denganku, tetapi Ayah-ku menikahi aku dengan engkau, Sekarang aku adalah istri-mu, dan engkau adalah imam ku, kini aku ikhlas melayani-mu, mendampingi-mu, membahagiakan-mu, mematuhi dan menta;ati-mu, marilah kita jalin rumah tangga yang di Ridhai Allah dan Rasul-nya."

Mendengar hal tersebut Ali merasa bersalah bercampur bahagia, ia merasakan bahwa Fatimah memilihnya karena terpaksa atas permintaan Rasulullah yang tak lain adalah Ayah kandung Fatimah sendiri, Ali pun bangga dengan Fatimah yang begitu ta'at dengan apa yang menjadi keputusan sang Ayah, atas dasar keimanan. Tetapi Ali memendam kesedihan ketika mengehatui bahwa sebelum-nya Fatimah sudah menyimpan perasaan cinta-nya dengan pemuda lain.

Namun, Ali tahu bahwa air mata Fatimah adalah air mata Rasulullah juga, sungguh ia tidak merelakan Fatimah terluka perasaannya hanya demi mempetahankan keta'atannya dan mengorbankan perasaan wanita yang jasadnya diharamkan menyentuh neraka. Ali pun termenung dengan ucapan wanita yang kini disampingnya, Ali tertegun dan terdiam.

"Wahai Ali suamiku, Astagfirullah bukan maksud ku melukai perasaan mu, atau mau menyakitimu, Demi Allah aku hanya ingin jujur kepada-mu dan tak usah kau pikirkan apa yang aku ucapkan. "

Ali masih terdiam dan samar mendengarkan apa yang Fatimah ucapkan. " Fatimah istriku, engkau tahu telah lama aku memendam perasaan cintaku padamu, kini aku telah menikahimu tetapi tak sedikitpun aku menyentuhmu, jangan...janganlah engkau mempertahankan apa yang tidak engkau cintai dan memaksakan untuk menyayangiku, aku rela pemuda itu menikahimu, karena aku yakin ia tidak akan melukai perasaanmu, dan aku yakin ia akan membahagiakan mu, sungguh aku tak ingin cinta-mu bertepuk sebelah tangan. Sungguh aku sangat mencitaimu, dan tak ingin perasaan mu terluka."

Fatimah pun meneteskan air mata dan tersenyum dengan ketulusan pemuda yang kini dihadapannya, ia kagum dengan keikhlasannya dan cinta yang dilandaskan keimanan. "Wahai istriku bolehkah aku tahu siapakah pemuda itu?"

Baiklah akan kuberi tahu. Sekarang ia berada disisiku, aku sedang memeluk mesra pemuda itu, tapi kok dia diam saja ya, padahal aku memeluknya sangat erat dan berkata-kata manja padanya, aku sangat mencintainya dan aku pun sangat bahagia ternyata memang dugaanku benar, ia juga sangat mencintaiku..."

Ali berkata kepada Fatimah, "Jadi maksudmu...?"

Fatimah pun berkata, "Ya wahai cintaku, kau benar, pemuda itu bernama Ali bin Abi Thalib sang pujaan hatiku".

Subhanallah, Betapa Indahnya Kisah Cinta antara Ali Bin Abi Thalib dan Fatimah Az-Zahra. Maha Suci Allah, Dia-lah yang mengatur segalanya. Dia-lah yang telah mengatur jodoh, rezeki, pertemuan, dan maut dari setiap insan di dunia.

NIKAH AJA DULU, JALAN PINTAS KAYA RAYAWhere stories live. Discover now