BARISAN PATAH HATI

21 0 0
                                    

Berapa lama anda mengenal si dia? Enam, tujuh bulan atau satu, dua, tiga tahun?! Cukuplah selama itu kita merasakan bagaimana hati gelisah diburuh rasa rindu, dihantui cemburu, dan dibutakan rasa kepada dia yang kita curahkan segenap jiwa, rasa dan raga hanya untuk seseorang yang memang kita anggap sebagai inspirasi dan ruh dalam segala bentuk tindak-tanduk hidup yang kita jalani.

Sekalipun peluh bercucuran membasahi tubuh, waktu seakan tak lagi berharga, kepala berputar menjadi kaki dan kaki berbalik menjadi kepala,semata-mata kita lakukan untuk sang kekasih yang namanya memenuhi setiap inci darah yang mengalir.

Dalam rentan waktu yang sedemikian rupa, betapa batin ini selalu khawatir dengan ketidak pastian, karena terjebak dalam prosesi penjajakan yang hanya mengedepankan egois dan sisi perasaan yang buta. Pacaran atau ta'aruf yang terlalu lama, sama halnya merusak diri sendiri. Betapa tidak.Bukankah semakin lama kita bermain dengan perasaan, maka semakin kita terhanyut dalam logika perasaan yang tidak wajar.

"Dan kebanyakan mereka hanya mengikuti dugaan. Sesungguhnya dugaan itu tidak sedikitpun berguna untuk melawan kebenaran. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan" ( QS. Yunus : 36)

Perasaan-lah yang menjadi gerbang pembuka disaat jiwa dibuahi cinta, ia mampu melantunkan ketenangan, namun juga mampu memenjarakan kebenaran yang hakiki dalam sebuah gelombang cinta. Sampai akhirnya membelangakan mata hati untuk membuka tabir tentang dongeng yang sering kita dengar, cinta itu buta tidak mesti ada jika kita mampu merawat perasaan kita untuk tidak terlalu bergejolak sebelum saatnya tiba.

Lahirnya rindu, keresahan, gundah, kegelisahan, dendam dan ribuan bahkan jutaan hasrat yang timbul dari perasaan mampu mematikan hati nurani. Eksistensi perasaan yang begitu berlebihan, dan mempercayai perasaan sebagai penentu dari logika cinta, mampu melemahkan kita. Kenyataannya, lantaran patah hati, banyak yang memilih untuk menyelesaikan hidupnya di ujung silet, seutas tali dan berbagai cara lain untuk menghancurkan bahkan memusnahkan diri sendiri.

Perasaan yang memuncah sadar atau pun tanpa disadari akan timbul rasa menghamba, hingga akhirnya rela mengorbankan sesuatu yang memang tidak pantas untuk diserahkan sebagai bentuk kesetiaan, bukti pengorbanan yang salah kaprah. Terbukti, munculnya barisan 'sakit hati' dan komunitas yang mengatasnamakan patah hati.

NIKAH AJA DULU, JALAN PINTAS KAYA RAYAWhere stories live. Discover now