La Ilaha Illa Al-isyq

8 0 0
                                    


Asma'ul Husnah yang menyimpan sembilan puluh sembilan nama-nama agung, walau pada kenyataannya lebih dari itu Allah menyimpan seribu satu asma-Nya selain yang kita kenal selama ini. Terlepas dari kepentingan mazhab dan kontroversi mengenai do'a ini, Jawsyan Kabir memiliki keagungan sastra yang begitu dahsyatnya, yang mencakup 1001 asma Allah, di dalam do'a yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin, Ali bin Abi Thalib terselip Asma Allah selain sembilan puluh sembilan tersebut.

"Wahai yang paling dekat, dari segala yang terdekat.Wahai dari yang paling mencintai dari segala yang mencinta. Wahai yang paling melihat dari segala yang melihat, wahai yang paling mengetahui dari segala yang mengetahui, wahai yang paling mulia dari yang termulia..."

Secara keredaksian kata, "Yaa Ahabba min kuli habib..." ini membuktikan bahwa cinta itu menjadi bagian dari ruh asma dan zat Allah sendiri. Di kalangan Sufi yang menenggelamkan dirinya dalam bahtera cinta yang mendalam, mengalami guncangan dahsyat hingga mencapai ekstase, mengucapkan syahadat yang menggemparkan: ana al-haqq (Akulah Kebenaran)!; la ilaha illa al-isyq (tiada tuhan selain Cinta); subhani maa adzama syaani (Mahasuci aku, alangkah besarnya keagungan-Ku)!; laisa jubbatin siwa Allah (Tiada yang ada dalam jubahku kecuali Allah)!; anna rabbakum fa' buduunii (Akulah Tuhanmu, taatilah aku). Jadi, ketika "keakuan" Sufi keluar atau sirna (fana), maka "Ke-Aku-an" Tuhan yang abadi

akan masuk sehingga "mengabadikan" sang Sufi (baqa) bahkan sebelum Sufi itu meninggalkan dunia, mereka telah merealisasikan perintah Nabi, mutu qabla an tamutu—"matilah engkau sebelum engkau mati." Kematian berarti leburnya sifat-sifat seseorang dalam Sifat-sifat Tuhan. Karenanya ada pepatah Sufi mengatakan "Tiada kebaikan dalam cinta tanpa kematian."

Namun kita tidak membahas terlalu jauh mengenai pejewantahan cinta menurut kacamata sufi. Orang mungkin berkata cinta telah menjadikan cinta itu kekuatan yang membawa alam semesta menujuh eksistensinya, memotivasi aktivitas setiap makhluk hidup dan membangun penyatuan di tengah-tengah keberagaman. Puncaknya, Cinta adalah Tuhan sebagai Pencipta, Pemelihara dan tujuan alam semesta; Satu Realitas yang mengungkapkan dirinya sendiri dalam bentuk yang tak terbatas.

Menafsirkan Tuhan bukan sebatas dari sudut pandang asma-asma yang memang sedari kita masih duduk di bangku Sekolah Dasar, hanya mengenal 99 Asma Allah . Pada kenyataannya Allah adalah bagian dari Asma itu sendiri. Tak bedanya dengan Wujud, Qidam, Baqa', dan lain sebagainya, Allah memiliki Asma yang melebihi dari 1001 sifat yang ada pada-Nya, termasuk salah satunya cinta.

Metode School of Love atau Mazhab Cinta yang diusung Fahruddin Iraqi, seorang Sufi kelahiran Irak, mengaplikasikan cinta sesungguhnya adalah cinta pada Tuhan, karena segala sesuatu adalah pantulan dan bayang-bayang Nya. Jenis cinta tersebut dikarenakan orang memahami yang ada hanyalah Tuhan dan cinta untuk-Nya semata, sementara yang lainnya meyakini adanya keterlepasan eksistensi dari segala objek keinginan dan mengarahkan cinta terhadapnya.

Tidak dapat dipungkiri, pada hakikat-nya wujud cinta yang kita berikan untuk orang lain kenyataannya akan kembali kepada diri sendiri. Pada prinsipnya, manusia secara fitrah menyukai keindahan, pujian dan sanjungan, kesemuanya menjadi bagian dari rasa itu sendiri yang kita poles dalam gincu cinta.

Bohong, jika ada diantara kita yang sehat akal dan pikiran tidak tertarik dengan paras nan mempesona, tubuh yang begitu indah, walau pada kenyataannya tak ada satu pun keindahan dan pesona itu memiliki barometer yang baku dan dijadikan satuan standar Internasional, sebab dalam hal ini kita berbicara rasa, ini terbukti ketika seorang juri dalam kompetisi ajang pemilihan model rata-rata memiliki perbedaan dalam memberikan nilai yang pantas bagi para kontestan, dan kesemuanya itu memiliki sisi lain ketika memandang, indah dan mempesona itu acuannya seperti apa?!

Maka dari itu-lah Jalaludin Rumi membagi cinta manusia menjadi dua bagian. Cinta manusia dapat dibagi menjadi dua, yaitu; "cinta sejati" ('isyq haqiqi) atau cinta pada tuhan dan "cinta imitasi" ('isyq majazi) atau cinta terhadap segala yang selain-Nya. Akan tetapi dalam pengujian yang lebih dekat, orang melihat cinta sesungguhnya adalah cinta pada Tuhan, karena segala sesuatu adalah pantulan dan bayang-bayangNya.

Sedangkan adanya perbedaan antara dua jenis cinta tersebut dikarenakan orang memahami yang ada hanyalah Tuhan dan cinta untukNya semata; sementara yang lainnya meyakini adanya keterlepasan eksistensi dari segala objek keinginan dan mengarahkan cinta terhadapnya.

Cinta imitasi atau cinta semu ('isyq majazi) merujuk kepada cinta kepada makhluq, yang ditujukan demi pemenuhan keinginan nafsu rendah seseorang. Dalam cinta semu memiliki beberapa prinsip, salah satunya adalah keindahan fisik dan eksternal seorang laki-laki atau perempuan dikenal dengan husn. Husn inilah yang membangkitakan nafsu dikalangan kaum muda. Tidak ada pengaruh yang lebih besar dalam dunia materi, ia menyebabkan orang-orang bertindak secara tidak rasional.

Sedangkan Fahruddin Iraqi sendiri menjabarkan bahwa hakikatnya cinta itu hanyalah sebagai wujud semata. Cinta merupakan sumber pencinta dari sang kekasih. Kata arab pencinta ('asyiq) dan yang tercinta (masyuq) berasal dari akar kata cinta ('isyq). Keterkaitan cinta itu sendiri adalah dengan sorang pecinta dan kekasih, yang tak lain adalah wujud Allah itu sendiri.

Sebaik-baiknya cinta adalah, menyandarkan perasaan itu semua kepada sang pemilik cinta itu sendiri, yakni Allah SWT. Jika sudah kita serahkan itu semua kepada Allah, maka tak ada lagi kata kecewa, dendam, cemburu yang menyiksa diri. Ketika tak jodoh, maka akan berlapang dada untuk melepas kepergiannya, dan jika Allah pertemukan kita, maka bertemu lah dalam mahligai cinta yang Halal. Ingat! Jangan berlebihan mencintai makhluk, sebab tak ada satu pun di dunia ini yang kekal, sadarilah bahwa ada perjumpaan pasti ada perpisahan, ada malam pasti akan berganti siang, akan seperti itulah semua silih berganti, yang kekal hanyalah sang pemilik pertemuan yang abadi.

NIKAH AJA DULU, JALAN PINTAS KAYA RAYAWhere stories live. Discover now