Nahkoda Handal Berbekal Keimanan

1 0 0
                                    


Lautan tak selamanya tenang, adakalanya arah angin yang mampu menggoyahkan layar, badai yang secara tiba-tiba muncul di tengah perjalanan, ombak yang berusaha menghantam perahu dan tidak sedikit pula parahu yang karam di tengah perjalanan, belum lagi perompak yang berusaha membajak perahu, maka dari itu peranan seorang nahkoda amat diperlukan, bukan saja piawai mengendalikan kemudi, tetapi mampu membaca keadaan atau menentukan sikap disaat menghadapi ganasnya cuaca, dan tahu mengambil langkah yang tepat disaat mengalami masa-masa sulit, sehingga bahtera tetap melaju di tengah kondisi terburuk sekalipun.

Seorang Nahkoda mesti tahu kemana arah angin, dia cukup tangguh melawan ombak dan badai sekalipun, melindungi penumpang dari kemungkinan terburuk yang akan terjadi, ia pun harus bisa menangkan keadaan, sertifikasi seorang Nahkoda bukan hanya di atas kertas, tetapi ia cukup memiliki kemampuan memahami kondisi bahtera yang dikemudikannya, agar tak karam di tengah perjalanan, dan mampu menghadapi badai yang pasti akan berlalu.

Seperti itu pula gambaran seoarang Imam dalam rumah tangga, ia mampu membawa arah kemana rumah tangga hendak dibawa sampai tujuan, seorang suami pengemban missi tersebut, rumah tangga bukan sebatas di atas buku nikah semata, tetapi biduk rumah tangga tak seindah yang kita bayangkan, seorang Imam dalam rumah tangga harus memiliki pembekalan Iman, sebab di pundaknyalah amanah Allah itu dipikul, ia mampu menasihati istri untuk tetap tenang dalam menghadapi rona kehidupan, sabar dalam keimanan, bersyukur atas karunia yang telah Allah berikan.

Seorang suami hendaklah ia memahami kewajibannya, memprioritaskan apa yang menjadi tugas utama, bukan saja memberi nafkah, tetapi mampu membimbing sang istri untuk menjadi wanita seutuhnya, merasa tenang bila berada di sisi-nya, memberikan pengertian dan pembekalan aqidah, memperindah akhlak bukan saja paras nan menawan tetapi juga bagaimana cara mempercantik sang istri dengan adab, ini bukanlah satu hal yang mudah. Dibutuhkan kesabaran, yang ekstra dan semua dimulai dari diri sendiri. Pancaran keimanan tersebut-lah Insyallah dapat diserap dengan mudah.

Ketahuilah bahwa eorang istri bagaimanapun baik sifat asalnya, tetap saja dia adalah seorang perempuan yang lemah dan asalnya susah untuk diluruskan, karena diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, ditambah lagi dengan kekurangan pada akalnya. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

"Sesungguhnya perempuan diciptakan dari tulang rusuk (yang bengkok), (sehingga) dia tidak bisa terus-menerus (dalam keadaan) lurus jalan (hidup)nya" H.R Muslim (no. 1468).

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam menyifati perempuan sebagai:

"...Orang-orang yang kurang (lemah) akal dan agamanya" (H.R Bukhari (no. 298) dan Muslim (no. 132) )

Maka seorang istri yang demikian keadaannya tentu sangat membutuhkan bimbingan dan pengarahan dari seorang laki-laki yang memiliki akal, kekuatan, kesabaran, dan keteguhan pendirian yang melebihi perempuan. Oleh karena itulah, Allah Ta'ala menjadikan kaum laki-laki sebagai pemimpin dan penegak urusan kaum perempuan.

Seorang laki-laki yang beriman tentu akan selalu menggunakan pertimbangan akal sehatnya ketika menghadapi perlakuan kurang baik dari orang lain, untuk kemudian dia berusaha menasehati dan meluruskannya dengan cara yang baik dan bijak, terlebih lagi jika orang tersebut adalah orang yang terdekat dengannya, yaitu istri dan anak-anaknya. Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda:

"Janganlah seorang lelaki beriman membenci seorang wanita beriman, kalau dia tidak menyukai satu akhlaknya, maka dia akan meridhai atau menyukai akhlaknya yang lain" H.R Muslim (no. 1469).

Semoga Allah menyertai kita dengan pasangan hidup yang saling Ridho dan me-Ridhoi, hinga akhirnya Rahmat Allah senantiasa menyelimputi rumah tangga kita, saat ini dan masa-masa selanjutnya, rumah tangga yang saling kasih-mengasihi.

NIKAH AJA DULU, JALAN PINTAS KAYA RAYAWhere stories live. Discover now