23 🐄 Membuka Pintu

3.3K 773 401
                                    

Ini foto yang dijadiin cover 😍 witwiw!

Oops! Această imagine nu respectă Ghidul de Conținut. Pentru a continua publicarea, te rugăm să înlături imaginea sau să încarci o altă imagine.

Ini foto yang dijadiin cover 😍 witwiw!

Apa kabar? Hehe maaf kemarin nggak up padahal target terpenuhi 🙏

Bab ini 300 komen lagi ya 😘 bisa dong bisa ya, oke semangat semuanya!

Selamat membaca ❤

🐄🐄🐄



“Jadi gimana, Nish?”

“Gimana apanya sih, njir?”

“Ini... gimana? Gue pake apa?”

Arvin hampir menangis, sementara di seberang sana tawa setan seseorang terdengar menggema. Demi apa pun, itu sangat menyebalkan di telinga, tapi dia terpaksa. Arvin tidak mempercayai siapa-siapa.

“Pakai lotion, Arvin. Atau... Hamam bilang pakai sabun, tapi gue juga nggak yakin sih.”

“Kok nggak yakin?” Arvin langsung sangsi, padahal dia hampir mengambil botol lotion dan sabun mandi. “Lo biasanya pakai apa?”

“Gue? Haha gue mana perlu yang kayak begitu, gue kan pake lendir asli, original, no KW-KW kayak lotion apalagi sabun mandi.”

Sinting. Arvin mengumpat dalam hati. Panggilan telepon itu terputus secepat Arvin mendengar suara ketukan pintu kemudian sosok gadis manja yang sedang dalam mode singa laparnya muncul.

Duh, mau apa lagi sih dia? Arvin bahkan belum tuntas dengan urusan pribadinya sejak tadi. Dia masih mencari cara.

“Aku mau es krim sama cokelat.” Juwi cemberut, matanya sembab. Apa dia habis menangis selepas Arvin meninggalkannya barusan?

“Em... beli sekarang?” Arvin gelagapan. Masalahnya, di sekitar kaki ada yang menonjol, tapi bukan bakat.

“Iya.”

Juwi menjawab singkat lalu berjalan meninggalkannya keluar kamar. Dia sudah mengenakan hoodie untuk melapisi kaus dan celana pendek yang malah membuatnya tampak seperti tidak pakai celana ke mana-mana. Namun Arvin tidak bisa mencegahnya, atau dia akan diterkam karena Juwi sedang dalam mode singa.

“Kenapa perempuan harus jaga pakaian dan mengurangi kebebasan? Baju seksi yang kami pakai mengundang nafsu dan syahwat laki-laki? Terus itu salah kami? Yang punya nafsu siapa? Laki-laki bukannya manusia, ya? Setahu aku manusia itu punya otak dan pikiran yang perlu dijaga.”

Arvin tidak berani menegur Juwi lagi setelah itu, lagi pula statusnya belum jadi suami. Jadi, ya sudah, memangnya Arvin bisa apa? Dibanding takut mengundang nafsu laki-laki, Arvin lebih ke... tidak rela gadis cantiknya dinikmati sama-sama oleh orang asing di luar sana. Tapi Juwi mana mau mengerti, dia bisa berbuat sesukanya.

Oh, My Juwi! ✔Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum