9 🐄 Kebohongan Baru

4.6K 955 403
                                    

Neng ngapain blusukan ke semak-semak? 🤣

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Neng ngapain blusukan ke semak-semak? 🤣

Makasih untuk komentar yang ramai di bab kemarin jadi membuatku termotivasi rajin nulis dan apdet gengs 😚😘

Bab ini ramaikan juga ya komen in line-nya ❤

🐄🐄🐄


Mengambil kuliah jurusan Farmasi berarti harus rela dengan ujian kekuatan tangan demi menyusun laporan praktikum yang ditulis manual. Juwi tidak tahu kenapa dosennya menuntut hal semacam ini padahal mereka bisa menggunakan laptop untuk menghemat waktu dan tenaga. Memangnya hanya tugas ini saja yang harus dikerjakan? Juwi agak keteteran dengan laporan praktik ditulis tangan. Ini bahkan sudah jam sepuluh malam, dan dia belum bertemu lagi dengan Arvin usai mereka makan.

Sudah memasuki jam malam, mereka tidak boleh bertemu lagi sampai besok pagi. Wah, kenapa Juwi sepertinya kecewa dengan peraturan yang dia buat sendiri?

Perhatian Juwi teralihkan karena getaran ponsel di sebelah bantal yang ia himpit dengan tangan. Matanya terpana sejenak kala melihat nama Arvin tertera, rasanya agak aneh menerima panggilan telepon dari pemuda itu. Bicara dengannya dan—

Juwi terkesiap dan buru-buru mengangkat panggilan dari Arvin.

“Halo, Neng.”

“Halo. Ada apa, Kak?” Juwi langsung bertanya tanpa basa-basi, dia masih belum ingin keasyikannya menulis laporan tadi terganggu, bahkan oleh Arvin sekalipun.

“Eh... nggak.” Arvin terdengar gugup. “Aku ganggu nggak? Kamu lagi nugas? Jangan bergadang, ya. Nggak baik buat kesehatan, soalnya itu investasi jangka panjang. Kamu—”

“Kak Arvin,” panggil Juwi sambil tersenyum geli mendengar rentetan kalimatnya barusan. “Aku nggak bergadang kok.” Dia menyambung ucapannya masih sambil tersenyum.

“Ohh... gitu.” Di ujung sana, Arvin juga tersenyum kesenangan. “Eh... tapi aku ganggu nggak nih?”

“Nggak juga, ada apa, Kak?”

Nah, pertanyaan itu yang membuat Arvin merasa dirinya tengah mengganggu gadis ini. Memangnya kalau pacar menelepon harus selalu ditanya ada apa, ya? Arvin jadi bingung sendiri mau jawab apa. Dia kan hanya ingin mengobrol, meski tinggal berdekatan toh Juwi tidak membolehkan Arvin datang ke kamarnya pukul segini.

“Heum... nggak ada apa-apa, sih. Cuma pengen ngobrol aja. Kan aku gak boleh datang ke tempat kamu jam segini. Udah masuk jam malam. Kalau teleponan gini, nggak ganggu, kan?”

Terdengar suara oohhhh panjang di ujung sana. Arvin makin semringah, rupanya dia memang tidak mengganggu Juwi. Hanya saja, seperti yang Juan bilang, gadis ini jarang bicara jika itu tidak pentingTerutama di telepon, dia jarang mau mengobrol atau bercerita panjang lebar. Apalagi dengan orang yang tidak akrab dengannya.

Oh, My Juwi! ✔Where stories live. Discover now