20 🐄 Sedikit Goyah

3.7K 832 531
                                    

Semoga jidat secerah masa depan ya Pin, ganteng bener dah heran 🤭😍

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Semoga jidat secerah masa depan ya Pin, ganteng bener dah heran 🤭😍

Uh, target kemarin terpenuhi. Makasih!

Bab ini juga yuk! 300 komen in line, bisa?

Bisa yaaaa!

Selamat membaca ❤

🐄🐄🐄

“Vin, bisa bareng Cakra, kan? Kalian searah.”

Arvin melirik gadis itu. Ini sudah malam, kampus mereka mulai sepi, dan Arvin setuju. “Ya udah,” ucapnya singkat. “Yuk, Ca!”

“Beneran nggak papa, ya?” Cakra mengekori langkahnya. “Gue bisa pesen ojol sih, Vin.”

“Mendung, bentar lagi hujan. Kasihan Mamang ojegnya.”

“Yeu!”

Keduanya berjalan tergesa menuju pelataran parkir di gedung manajemen. Selain gelap karena merangkak larut, sepertinya sebentar lagi hujan akan turun. Arvin memeriksa arloji di pergelangan tangan dan memastikan bahwa pacarnya pasti belum makan malam karena menunggunya pulang. Dia harus bergegas.

“Lah, pulang bareng?” Jimmy bertanya-tanya sendiri dari kejauhan. Dia juga baru selesai rapat untuk acara Fisiphoria bersama HIMA fakultas Fisip, beda tempat dengan Arvin dan Cakra. “Nah, kan... mereka bilang susah nyari cowok setia, belum tahu aja Jimmy tinggal di mana,” ucapnya sambil menggelengkan kepala lalu masuk ke mobilnya.

Arvin menekan klakson saat lewat di depan mobil Jimmy yang lampunya menyala tanda ada kehidupan di sana. Acara benar-benar di depan mata, mereka semua disibukkan dengan rapat, pertemuan, pematangan rencana, konsep, maintenance, dan yang lainnya.

“Gue anter sampai mana nih, Ca?” tanya Arvin saat mobilnya keluar dari area kampus dan harus berhenti di lampu merah. Apartemen Arvin tidak jauh, tapi mereka harus ambil jalur memutar karena letaknya sejajar dengan gedung universitas.

“Gue di Prayagung, Vin. Sebelah kanan jalan, turunin aja di kiri depan, ya. Biar gue nyebrang sendiri.”

“Puspa Prayagung?” tanya Arvin bingung. “Gue di sana, lantai 5.”

“Gue di lantai 7.” Cakra tersenyum. “Wah, apa ini yang disebut takdir?”

“Takdir apa?”

“Takdir, ketemu lo lagi, teman lama di SMA, reuni.” Gadis itu tersenyum, matanya menatap hamparan jalan yang ramai dengan kendaraan dan lampu warna-warni di depan mereka. “Bandung,” gumamnya sambil tersenyum simpul.

“Sebentar, ya.” Arvin buru-buru meraih ponsel yang dia simpan di saku celana. Pemuda itu langsung menekan ikon dial untuk menghubungi kekasihnya. Tidak ingin kekanakan, tapi Cakra perlu tahu kalau Arvin sudah menjalin hubungan dengan seseorang, jadi dia tidak akan menanggapi percakapan soal itu. Mereka hanya masa lalu yang kebetulan kembali bertemu.

Oh, My Juwi! ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora