8 🐄 Membuka Rahasia

4.8K 995 611
                                    

Hai!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hai!

Agaknya komen in line semakin menurun di bab kemarin 🤔

Bab ini semangatin yuk! Komen di paragraf yang banyak yaaa 😚❤

Selamat membaca

🐄🐄🐄



“Zaman sekarang mah gampang, kalau mau kulit kenceng  dan awet muda tinggal pake borax aja. Iya, kan?”

“Botox, Muti!”

Juwi terkekeh sambil membereskan alat-alat praktikum di lab usai mata kuliah Farmasetika hari ini. Mutiara, salah satu teman sekelas sekaligus sekelompoknya begitu polos dan agak terkesan salah jurusan sebab bukan hanya kali ini dia salah menyebutkan zat atau jenis obat yang terbilang umum untuk masyarakat awam. Kadang Juwi mempertanyakan apa Muti tidak salah memilih farmasi sebagai bidang keahlian yang akan digelutinya jika membedakan borax dan botox saja dia kesulitan.

“Pake borax mah biar kamu bengeut-nya kayak bakso, Mut. Nggak jadi awet muda, beracun yang ada.” Astrid ikut menimbrung setelah menyelesaikan acara beres-beres di kelompoknya.

“Rara!” teriak seseorang dari pintu lab yang terbuka. Itu Andrea. Gadis itu tergopoh-gopoh berlari ke arah Juwi. “Itu siapa? Yang di depan itu siapa?”

“Siapa?” Juwi balik bertanya. Apa mungkin Davin?

“Ih, nggak tahu aku mah. Pokoknya dia nyariin kamu pake nama Juwi, orangnya nunggu di depan, Ra. Ganteng pisan! Nggak ada lawan. Kang Davin lewat pokoknya.”

“Kang Davin lewat mana, emang? Kok lewat aja sih kayak tukang siomay.”

“Pacar kamu?” sahut Astrid buru-buru, padahal Juwi ingin bergegas menemui orang itu. “Tempo hari kita pernah nguping obrolan kamu sama Kang Davin, Ra.”

Juwi tidak menjawab dan hanya mengintip dari jendela untuk memastikan. Sosok pemuda yang akhir-akhir ini berkeliaran di sekitarnya terlihat menunggu. Arvin Wijaya Pradipta. Dengan setelan kemeja berlogo Fendi di saku kiri berwarna hijau pudar tengah berdiri dan bertemu tatap dengannya. Dia tersenyum sekaligus melambaikan tangan untuk menyapa Juwi.

“Tunggu sebentar, ya.” Juwi memberi isyarat sampai Arvin mengacungkan ibu jari tanda mengerti.

Dadanya berdebar tak keruan. Juwi menahan senyumnya sendiri, tidak menyangka jika dia akan mengalami hari seperti ini. Dijemput pacar ke fakultasnya sendiri, rasanya masih seperti mimpi. Terlebih itu Arvin, orang yang tidak pernah ada dalam daftar rencana masa depan Juwi. Semuanya masih seperti kejutan.

“Pacar kamu, Ra? Gusti... kasep pisan! Mirip sama siapa itu artis Korea? Si ganteng tea gening, yang suka nyanyi lagu omamamay... omamamay...”

Oh, My Juwi! ✔Where stories live. Discover now