13 🐄 Berkembang Baik

4.7K 896 617
                                    

Arvin and Jimmy in frame 😌

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arvin and Jimmy in frame 😌

Semoga tidak membuat seseorang salah paham lagi yes

Anyway, bab kemarin fantastis! Makasih untuk apresiasinya, aku semangat banget nulis dan up hari ini 😍😚

Semoga bab ini juga ya, jangan sampai sepi please~

Happy reading

🐄🐄🐄

Sudah bulan ke berapa sekarang? Arvin lupa menghitung. Semua berjalan dengan baik, kehidupan kampus, percintaan dan keluarganya cukup seimbang. Merantau di Bandung bersama orang yang dia sukai membuat Arvin paham dengan cepat apa itu tanggung jawab dan hidup mandiri. Meski awalnya dia seorang anak manja yang terbiasa disediakan segala kebutuhannya, sejak tinggal dekat Juwi semua tidak sama lagi. Arvin adalah laki-laki dan dia lebih tua, insting melindunginya tumbuh cukup mudah.

Mereka membagi tugas rumahan demi memperoleh lebih banyak kemudahan yang saling menguntungkan. Arvin bertugas mengumpulkan baju kotor mereka dan mengantarkannya ke laundry, lalu belanja bahan makanan seperti mie, telur, bumbu dan olahan siap saji agar tidak selalu membeli makanan jadi, menyetok camilan dan minuman untuk 2 kulkas di masing-masing unit, sementara Juwi kebagian tugas mengolah bahan makanan dan beres-beres kamar. Dia punya bakat terpendam untuk merapikan ruangan, Arvin memberi tanggung jawab membersihkan kamarnya pada Juwi juga.

“Apa, Mam?” tanya Arvin sambil menjepit ponselnya dengan bahu kanan. Saat ini dia sibuk mengambil cucian di kamar Juwi. “Sibuk nih gue.”

“Ngapain?” tanya Hamam pelan. “Gue kangen, Vin. Jarang banget kita kumpul bareng.”

“Nanti kita ngumpul pas gue balik ke Jakarta.” Arvin juga pernah ada di posisi Hamam, yang merasa kesepian dan rindu teman-teman. Namun sekarang agak mendingan, Arvin sudah berhasil adaptasi dengan lingkungan barunya.

Meski yang benar-benar dekat hanya Jimmy, tapi dia cukup senang karena dijadikan kepala suku oleh teman-teman sekelas. Entah atas dasar apa mereka melakukannya.

“Lagi ngapain sih, Vin?” tanya Hamam lagi, seperti tak puas dengan jawabannya tadi.

“Oh, gue lagi numpuk cucian buat dibawa ke laundry,” ujar Arvin.

“Semoga nanti baju kotor lo sama baju kotor Juwi menyatu dalam ember yang sama setelah kalian terikat janji pernikahan. Witwiw... romantisnya.” Hamam bersiul riang dan Arvin terkekeh.

Tidak perlu menanti janji pernikahan, sekarang pun baju kotor mereka sudah tersimpan dalam keranjang yang sama. “Padahal nanti kalau udah beneran terjadi, boro-boro mikir romantis, yang ada ngedumel mulu banyak cucian,” kata Arvin—setengah curhat, karena itu yang acapkali terjadi.

Oh, My Juwi! ✔Where stories live. Discover now