18 🐄 Asumsi

3.5K 803 348
                                    

Hai, libur sehari ada yg kangen? 🤭

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, libur sehari ada yg kangen? 🤭

Komentar yang banyak dong di paragraf, biar up tiap hari 😘

Selamat membaca

🐄🐄🐄



Berapa jam Arvin ketiduran usai kedatangan Danish tadi dan menyelesaikan laporan praktikum Juwi? Sekarang dia baru terjaga saat langit sudah gelap, lampu kamar dinyalakan dan jam dinding menunjukkan ini pukul 7, Arvin kelaparan, dia belum makan malam. Kedatangan Danish ke unitnya selalu berujung dengan kerusuhan hingga membuatnya kelelahan.

“Neng,” panggil Arvin dengan langkah terhuyung menuju unit pacarnya. Hidung Arvin awas membaui sesuatu yang Juwi gemari. Tidak ada siapa-siapa di sana, tapi sepertinya seseorang sedang di kamar mandi, hanya meja tempat mereka makan bersama sudah tertata dengan setumpuk makanan di atasnya. “Surabi oncom lagi.” Arvin bergumam.

Oncom erat kaitannya dengan Davin. Bahkan di kontaknya Arvin menyimpan nama pemuda itu dengan sebutan Davin oncom. Dia bukan hanya mahasiswa kedokteran, tapi seorang kurir multifungsi karena kerap kali mengantar paket berupa oncom dan kawan-kawannya untuk Juwi. Hanya oncom, tidak pernah yang lain. Apa pikirnya dunia ini hanya ada Juwi dan oncom kesukaannya saja?

“Oh, hai, Kak.” Juwi menyapa saat keluar dari kamar mandi berbalut kimono handuk dan menemukan Arvin dengan wajah khas bangun tidurnya tengah berdiri, memasukkan dua tangan ke saku.

“Davin oncom lagi?” tanyanya sinis yang hanya dibalas Juwi dengan senyuman manis.

“Dia kebetulan lewat di tukang surabi langganan aku terus beli dan dititip ke lobi.”

Ya, terus saja begitu. Siklusnya terulang terus menerus.

“Kamu tahu nggak sih kalau orang kayak kakak juga bisa cemburu?” tanya Arvin hati-hati, dia ingin Juwi tahu itu meski di matanya mungkin Arvin bukan lelaki sejati.

“Ke... cowok?” Juwi mengonfirmasi. “Kok bisa?”

“Kakak bahkan cemburu pas lihat teman kakak dapat teman baru, apalagi kamu.”

“Kayak ke Kak Danish gitu?”

Arvin membuang napasnya agak keras. “Kakak sama Danish tu—”

“Terikat hubungan nggak biasa? Hubungan yang istimewa?” Juwi buru-buru menyerangnya, menirukan ucapan Danish tadi.

“Selama kakak nggak ada, dia ngomong apa aja?” tanya Arvin curiga.

“Nggak penting. Yang jelas dia bantuin aku pake kutek dan ngerjain laprak jatahnya Kakak.” Juwi menyandarkan tubuh dan menunjukkan kuku cantik hasil karya Danish di jari tangan. “Kak Danish baik juga ternyata.”

Arvin tersenyum kecil dan menurunkan bahunya yang terasa tegang sejak tadi. “Neng, orang baik itu banyak versinya. Nggak selalu harus kelihatan lemah lembut, sopan dan ber-attitude. Kadang yang kelihatannya nggak ada akhlak juga bisa lebih baik dari dugaan kalau kita berusaha mengenalnya.”

Oh, My Juwi! ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang