42 - Janji

7.6K 1K 5.8K
                                    

HIII, KANGEN GAK?? Absen dulu sesuai angka kesukaan kalian yukk!🦋

Akhirnya Boo ada sedikit waktu senggang di tengah hecticnya tugas & ujian kuliah😩 Boo belum selesai urusan kuliahnyaaa, tapi mau update karena kangen kalian, kangen comment kalian yg manja gemas imut, jadiii harus ramein okaaayyy???!! Mwah⋆𐙚˚

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belumm??🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama yaa!🥰💛

‼️11K COMMENTS & 1.5K VOTES FOR UPDATE🫶🏻🫶🏻  dan ramein comment tiap paragraf yaaa‼️ Jangan jadi silent readers yaa sayang-sayangkuuu💋

Chapter yang sangat panjang untuk mengobati rasa rindu. Tarik napas pelan-pelan, siapin hati kalian, siapin tissue juga🥹🤧 (kalau ada instruksinya putar playlist Hipotesis, diikutin yaa)

———

Untuk apa berjanji, jika pada akhirnya kau ingkari? — Hipotesis

———

MELIHAT pemandangan yang terpampang di depan, Syaila bergidik ngeri sambil memegang rambut indahnya. "Demi apa, sih, beneran dipotong sependek itu?!" serunya dengan mata membulat sempurna.

Hari ini pemotongan rambut Capaska putra dan putri sesuai dengan aturan yang berlaku. Sebelum melakukan hair cut, para hair dresser berkoordinasi dengan pembina juga pelatih. Memang potongan rambut pendek sudah menjadi aturan Paskibraka, untuk wanita panjangnya 3 jari di bawah daun telinga dan untuk laki-laki panjang rambut 0-1 cm.

Rasa cemas dan was-was menghampiri seluruh Capaska, terlebih Syaila yang sangat tidak siap rambutnya akan di potong bob sebagai salah satu syarat yang wajib mereka penuhi untuk menjadi Paskibraka.

Saat gilirannya tiba, dengan berat Syaila melangkah menuju bangku eksekusi pemotongan. Bisa gadis itu lihat ekspresi tegang teman-temannya yang bahkan menangis tak rela.

"Mami maafin Syaila rambut kebanggaan keluarga kita yang hitam legam dan tebal setebal duit Papi dan Mami ini harus dipotong," ringis Syaila dalam hati dengan detak jantung yang terus terpacu.

Ini momen paling menyeramkan bagi Syaila karena rambutnya tidak pernah dipotong sependek ini, bahkan gadis itu tak mampu membayangkan akan seperti apa dirinya jika berpenampilan dengan rambut baru.

Begitu helai-helai rambutnya mulai jatuh berguguran, Syaila merasa napasnya semakin berat. Rambut adalah mahkota bagi gadis itu, dan kini mau tidak mau harus ia relakan, bahkan tangis tertahannya juga tak akan menghasilkan apapun.

Melihat keadaan yang ricuh dan begitu ramai, Pelatih Januar berujar kencang, "Ini merupakan salah satu pengorbanan yang harus dilakukan demi sebuah sejarah akan kalian ukir. Biarlah pengorbanan ini menjadi amal. Jangan menangisi rambut kalian yang akan atau sudah dipotong, menangis-lah kalau kalian tidak memberikan yang terbaik. Kalian harus bangga karena tidak semua remaja seusia kalian memiliki pengetahuan dan kesempatan yang sama. Ingat, rela dan korbankan rambut kalian demi Indonesia!"

———

Penobatan garuda kali ini diberikan pada kamar Agi dan Fabian, salah satu kamar terlabil dikarenakan kadang memperoleh garuda pertanda kamar terbersih, tapi tak jarang juga mendapat telur busuk pertanda kamar terkotor.

"Ayo duduk yang rapi, jangan pada lari-larian aja!" seru Pembina Ulfi saat beberapa Capaska putra malah kejar-kejaran setelah penobatan. Mengingat tak lama lagi tanggal 17 tiba, kini selain fokus latihan mengibarkan dan menurunkan bendera yang adalah tugas mereka, menjaga penampilan juga mereka perhatikan. Apalagi yang putra, justru paling semangat saat beauty class tiba!

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang