31 - Realita

47.2K 7.2K 42K
                                    

SIAPA YANG SENENGG? Absen dulu sesuai asal daerah kalian yukk!🦋

Coba comment jam berapa kalian baca chapter ini?!👈🏻

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama yaa!🥰💛

This chapter is really somethinnn😋

———

Fisik bukan segalanya, tapi first impression dimulai dari fisik — Hipotesis

———

🎵Scan and play music playlist Hipotesis: Indonesia🎵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎵Scan and play music playlist Hipotesis: Indonesia🎵

PEMILIHAN Lurah Desa Sentosa dengan 54 orang warga dimulai. Seluruh Capaska dibagi menjadi 3 kelompok. Satu kelompok berisi 18 orang, dan masing-masing kelompok menunjuk dua orang perwakilan dalam bentuk pasangan untuk maju dalam pemilihan lurah. Dari kelompok Syaila, yang maju adalah Fabian dan Intan.

Ketiga pasangan calon lurah harus melakukan kampanye, meyakinkan para warga bahwa mereka layak menyandang gelar tersebut. Tapi kampanye Calon Lurah Desa Sentosa tentunya berbeda dan unik, tidak hanya berkoar-koar tanpa isi. Para pelatih menyiapkan 6 jenis daun dan mereka harus mengambil filosofi dari daun yang pilih.

"MANTAP, KEBANGGAAN MEITI INI WOOHOO!!" Meiti berteriak ricuh begitu Fabian memilih daun cemara dan Intan memilih daun kayu manis. "TUH LIAT, DAUNNYA AJA YANG PALING MANTEP, PASTI ARTINYA—"

"Meiti!" tegur Syaila menarik turun tangan gadis itu yang terangkat ke atas sedang bersorak. "Apa coba artinya?" sela Syaila menggoda, membuat Meiti memanyunkan bibir karena sebenarnya gadis itu tidak tahu juga ingin jawab apa.

"Pelan-pelan ih jangan malu-maluin, tuh diliatin yang lain!" Mendengar itu, Meiti mengacungkan ibu jarinya pertanda mengerti.

Salah satu calon lurah dari kelompok lain menjelaskan filosofi dari daun nangka, "Belajar dari daun nangka, saya ingin menjaga keutuhan dan kekeluargaan Desa Sentosa." Meiti menyoraki, "HUUUU!!! Jawaban apaan tuh!" Syaila tak dapat menahan ketawanya mendengar nyinyiran Meiti.

"Mei, tega banget asli," tukas Syaila menyenggol gadis itu. "Beneran Meiti, Sya, gak persiapan tuh orang. Pasti asal jawab yang kelintas di otak doang." Meiti membela diri. Memang para warga dipersilahkan untuk memberi dukungan ataupun sebaliknya untuk mengintimidasi dan menciutkan nyali lawan.

Naufal bertepuk tangan meriah saat Fabian maju ke depan, "TUNJUKKAN PADA DUNIA KAU PANTAS, BIAN!!" Syaila mendorong pelan Naufal yang berdiri rusuh. "Naufal, gue iket juga lo ya, gak bisa diem banget!"

Naufal tercengang, "APA? SYAILA MAU IKET NAUFAL DALAM SEBUAH HUBUNGAN??"

Dalam sekejap seisi GOR Soemantri berubah sunyi, memusatkan perhatian pada Naufal yang berlagak kaget dan Syaila yang kesal setengah mati. "Naufal!" cecar gadis itu menahan malu.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang