21 - Tentang Dia yang Sakit

41.5K 7.7K 36.3K
                                    

Siapa yang nungguin update? Siapa yang di chapter sebelumnya paling semangat spam commenttt?🥰

Absen sesuai jam kalian baca yukk!🦋

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

Siap spam vote dan spam comment??💛

GUYS BUAT UPDATE NEXT CHAPTER RAMEIN CHAPTER AESTHETIC BOARDS & MUSIC PLAYLIST DULU YUK!!🥰 TELL ME WHAT DO YOU THINK DI CHAPTER SEBELUM INI💘

———

Hanya karena dia ramah sama kamu, belum tentu artinya suka. Hanya karena dia mendekati kamu, belum tentu artinya naksir. Kita gak pernah tahu posisi dan letak kita di hati seseorang. Jadi, jangan gampang baper — Hipotesis

———

"SYAILA's homeee!"

"Lho, sudah pulang?" Syaila cemberut mendengar balasan sang Mami. "Mami, kok, nanyanya gitu? Mau aku lama-lama di sana?" Gadis itu melangkahkan kaki menuju meja makan, ternyata kedua orang tuanya sedang makan bersama.

Raharja Razaad tersenyum sembari menggelengkan kepalanya beberapa kali. "Jangan dong, Papi udah kangen sama Syaila," ujar laki-laki yang masih tampan diusianya yang tak lagi muda itu. Syaila menghampiri Raharja yang merentangkan tangan tanda ingin memeluk, mengecup pelipis putri satu-satunya itu pelan.

"Tau nih, Mami, Pi! Emang gak kangen apa sama Syaila?" ujar Syaila, sengaja pura-pura merajuk.

"Sini-sini anak Mami sayang, siapa yang bilang Mami gak kangen, hmm?" imbuh Dyra menghampiri anak dan suaminya.

Ia melepaskan pelukan erat kedua orang tuanya. "Mami, Syaila's hungry," Mendengar aduan anaknya, Dyra segera berucap, "Kasian anak cantik Mami, pasti di sana makanannya gak enak, ya? Gak bisa kamu telen? Terus berarti kamu makan apa, Sayang? 2 hari ini kamu makan, kan?" cerocos Dyra sambil mengelus wajah Syaila khawatir.

"Tadi Mami udah buat wagyu truffle cheeseburger before you arrived. Ayo kita makan bareng-bareng sama Papi."

Syaila bertepuk tangan tak sabar, oh ia rindu memakan makanan yang bisa ia nikmati, terlebih ini adalah masakan Dyra kesukaan Syaila. Her Mommy is the best!

Burger itu sudah tersaji di depan Syaila, menggoda untuk segera disantap. Mereka makan sambil sesekali diselingi percakapan dan gurauan. Syaila menatap Raharja dan Dyra secara bergantian dengan hati yang bahagia.

Diam-diam gadis itu tersenyum senang. Keluarga Syaila memang tidak sempurna apalagi selalu harmonis seperti yang orang-orang kira. Sering kali Papi dan Maminya bertengkar dikarenakan hal sepele ataupun besar, tak jarang juga Syaila dan Dyra saling salah paham. Tapi, momen seperti inilah yang selalu ia nikmati. Melihat Raharja dan Dyra yang saling menggoda satu sama lain adalah pemandangan yang selalu Syaila syukuri.

———

"Dadah, jangan kangen. Kalo kangen sebut aja nama gue 3 kali." Syaila melambaikan tangannya pada Izora, Lanie, dan Inarah. "7 kali kalo bisa, dijamin gak bakal dateng juga," imbuh gadis itu.

Istirahat kedua telah selesai, habis ini adalah mata pelajaran terakhir, yaitu Seni. Dimana Seni dibagi menjadi 4; Seni Peran, Seni Tari, Seni Rupa, dan Seni Musik. Tebak Syaila masuk mana?

Izora, Lanie, dan Inarah, mereka bertiga masuk ke dalam Seni Peran. Sedangkan Syaila masuk Seni Rupa seorang diri, maklum tangan ketiga temannya sama sekali tidak berbakat di bidang lukis dan menggambar. Selain tak ada kemampuan di bidang seni-seni yang lain, mereka memilih masuk Seni Peran juga karena sering jam kosong. Lagi pula di Seni Peran sistemnya adalah 'kalau kamu tidak jago, ya tidak akan jadi pemeran utama. Kalau kamu tidak berani, ya tidak akan dipilih untuk tampil'.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang