38 - Kehendak-Nya

40.3K 7.1K 58.2K
                                    

SIAPA YANG SENENGG? Absen dulu dong yang udah gasabar dari kemaren!!😎

LONG CHAPTER LAGIII🫶🏻 ini mah long chapter everyday kali yaaa? HAHAH. Kalian seneng gak kalo long chapterr? Atau lebih suka singkat ajaaa?

BTW KACAU KALIAN, CEPET BGT TEMBUS COMMENTNYA🤣🫶🏻 Boooo sukaaaa & seneng bgt tp agak chill yaa guys, cicil ajaaa beberapa hari biar Boo ada waktu nulis dulu😘

Ayo share, vote, dan komen duluu. Udah belomm??🤩

Siap spam vote dan penuhin tiap paragraf dengan spam comment kamuu? Kerja sama tembusin comment yaa!🥰💛

———

Sebab ada beberapa rancangan manusia yang tidak Tuhan izinkan untuk terjadi. Barangkali belum tepat waktunya atau memang tidak sesuai dengan kehendak-Nya — Hipotesis

———

🎵Scan and play music playlist Hipotesis (Syaila's): Cry🎵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🎵Scan and play music playlist Hipotesis (Syaila's): Cry🎵

NAKA mendengarkan suara Syaila yang sesekali merintih, dengan bibirnya biru membeku seolah tak sanggup lagi menyalurkan rasa sakitnya. Dengan mata terpejam, cairan bening terus mengalir, merembes keluar dari sudut mata gadis itu.

"Sya!" panggil Naka mempertahankan kesadaran Syaila. Perwakilan dari tim medis yang terbatas itu tidak ada yang bisa ikut, mereka tidak bisa melepas tanggung jawab disana, dikhawatirkan terdapat Capaska lain yang membutuhkan pertolongan mereka.

Sungguh sial. Naka akan mengurus perihal tim medis Paskibra yang sangat tidak memadai nanti, sekarang Syaila jauh lebih penting dari apapun. Satu-satunya yang Naka inginkan adalah membawa Syaila ke rumah sakit secepat mungkin.

Gadis itu bergumam tanda masih bisa mendengar. Naka mengambil tangan Syaila yang terkepal erat, berusaha membuka kepalan tangan itu, tapi tak butuh lama secara otomatis terkepal kembali. Naka melakukan gerakan yang sama berulang kali, tapi hasilnya nihil.

Dengan warna kulit teramat pucat, kini tubuh Syaila meringkuk bagaikan udang. Badannya begitu kaku, peringatan bahwa cairan dalam tubuh Syaila terus berkurang, jika tidak segera ditangani akan sangat berbahaya, seperti kata dokter sebelumnya.

Debaran jantung Naka terus terpacu tiap detiknya. Tidak tega dan tidak tahan melihat gadis itu yang menderita. Hal yang sangat mengganggu pikirannya adalah Syaila bukanlah gadis yang mudah menangis. Bahkan saat dikasari oleh pelatih Capaska pun gadis itu hanya mengeluarkan satu tetes air mata, lalu sekarang?

"Sudah sampai, Pak!" ujar orang yang mengemudi, dengan cekatan turun dari mobil ambulans dan membuka pintu belakang.

Para suster dan bruder yang siaga bertugas segera berdatangan, mendorong brankar tempat Syaila berbaring. Melihat kondisi fisik gadis itu yang sudah hampir melayang dengan mata yang tertutup rapat, mereka langsung memutuskan tak lagi di bawa ke UGD, melainkan langsung masuk ruang IGD.

HIPOTESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang