19. What a Pitty

1.5K 249 657
                                    

~Nggak seharusnya gadis gila berada di tengah-tengah manusia normal. Dia hanya beban.~

🌹

Ketika Zetta tidak ada di kamar, Alice, Jezlyn dan Lucia sibuk bergosip seraya membawa-bawa nama Excel.

"Serius lo tadi lihat Excel sama Grace pelukan?" tanya Jezlyn pada Alice setelah mendengar ceritanya.

"Sumpah! Gue sendiri juga nggak percaya kalau Excel kayak gitu di belakang Zetta. Gue kira meskipun dia dingin-dingin gitu setia. Tapi, ternyata red flag, Anjir ...," sambung Alice lagi. Kekesalannya sampai terasa di setiap nada yang dia ucapkan. "Eh, tapi kalian jangan bilang ke Zetta dulu. Mending kita cari tahu dulu apa hubungan mereka berdua."

"Bener juga sih ... Awas aja kalau sampai si Excel main belakang. Gue bejeg-bejeg- tuh anak." Jezlyn yang paling peduli di antara mereka tidak terima kalau salah satu temannya disakiti.

Sementara itu, Lucia terlihat paling santai. Dia tengah memotong kuku kaki seraya mendengarkan cerita Alice. "Setuju gue. Nanti kalau si Honey-nya Zetta itu ternyata ada main, lo yang maju, Jez. Gue dukung dari belakang.

Bugh!

Dengan santainya Jezlyn melempar bantal tepat mengenai wajah Lucia. "Kampret lo, Lucia!"

Belum juga mereka selesai bergosip, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Zetta muncul dengan wajah masam.

"Zet ... ta ...." Alice terbelalak seraya kesulitan mengeja nama Zetta dengan benar.

Namun, Zetta tak peduli. Dia langsung saja melempar tubuhnya ke atas kasur dengan posisi tengkurap. "Huaaa ... Capek, Bestie ...."

Alice, Jezlyn dan Lucia saling lirik. Tidak paham dengan kelakuan temannya itu. "Zet ... Lo kenapa?" tegur Alice seraya menepuk pantat gadis itu.

"Nggak usah berisik! Gue mau tidur!"

Mereka bertiga tiba-tiba saja mengusap dada lega karena sepertinya Zetta tidak mendengar percakapan mereka tentang Exel dan Grace.

***

Sementara itu, Excel mendengar suara seseorang tengah menelpon di halaman belakang. Kakinya perlahan melangkah untuk memeriksanya. Dan ternyata Grace yang tengah menelpon.

Excel bersembunyi di balik tembok untuk mendengar apa yang gadis itu bicarakan lewat telepon. Dia masih penasaran siapa Grace sebenarnya.

"Ah, Papa ... Aku makin nggak tega sama Putra. Aku takut dia sakit hati kalau tahu semuanya. Bisa nggak, kita nggak bawa-bawa Putra dalam urusan ini? Dia terlalu baik, Papa ...."

Meskipun suaranya sangat lirih, Excel masih bisa mendengarnya. Keningnya berkerut menganalisa apa yang tengah Grace rencanakan. Ternyata selama ini dia hanya pura-pura menyukai Putra. Ah, Excel sudah tahu dari awal. Apa yang tengah dia rencanakan?

Tapi, tunggu dulu. Grace seperti membawa setangkai mawar hitam. Dia mengayunkan mawar itu, lantas membuangnya sembarangan.

"Udah dulu ya, Pa ... Aku tidur. Have a nice dream, Papa ... Muach!"

Ketika membalik badan, Grace melihat Excel yang berdiri menatapnya dengan santai. Gadis itu itu pun tertawa ringan. "Mau denger semua dari awal?" Dia tiba-tiba menarik tangan Excel. "Kita cari tempat yang aman. Saya bisa ceritakan semua."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Nona Boss ZettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang