Prolog

6.9K 978 301
                                    

_Mungkin raganya telah kembali. Namun, tidak dengan masa lalunya._

🌹

Malam di sepanjang jalanan kota metropolitan memang sangat menawan. Menyuguhkan gemerlap lampu temaram dengan derum kendaraan lalu lalang yang menghiasi kegelapan juga kesunyian. Di mana waktu antagonisnya dunia mengambil peran menduduki singgasana. Sebuah mobil sport berwarna putih melaju dengan kecepatan kencang mengekori sebuah mobil sport hitam yang meliuk-liuk mendominasi jalanan.

"Ah, Shit!" Dari dalam mobil sport putih itu, seorang laki-laki berusia dua puluh tahunan dengan potongan rambut curtain dan wajah angkuh mengumpati mobil hitam di depannya yang melaju semakin jauh.

"Gue yakin itu lo. Lihat aja, gue nggak bakal kehilangan lo untuk kedua kalinya!"

Laki-laki itu menambah laju kecepatannya hingga perlahan mampu mengikis jarak mereka. Sayangnya, kelincahan pengendara mobil hitam tak mampu dia imbangi sampai berhenti di sebuah garasi bawah tanah.

Terlihat sebelah kaki berbalut sepatu boot keluar dari mobil hitam itu hingga menunjukkan sosok seorang perempuan dengan jaket hitam, berambut hitam yang sedikit kecokelatan, panjang dan lurus melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari mobil yang baru saja dia kendarai. Namun, baru beberapa langkah, matanya terbelak lantaran merasa ada yang menarik tangannya dari belakang dan langsung memeluknya.

"Zetta, makasih udah kembali."

Pelukannya erat sekali, bahkan tak memberi kesempatan perempuan itu untuk bergerak barang sedikit pun. "Bertahun-tahun gue selalu nunggu momen ini, Ta... Momen pertemuan kita kembali. Gue yakin lo pasti kembali."

Perempuan dalam dekapannya mengeraskan wajah hingga terlihat kedua alis yang nyaris menyatu. "Lepasin!" Berusaha berontak, namun justru pelukannya semakin erat.

"Nggak akan! Gue nggak akan lepasin lo lagi. Gue nggak mau kehilangan lo untuk kedua kalinya, Ta."

Bugh!

Perempuan itu membenturkan lututnya pada aset pelaku dengan sangat kuat hingga membuatnya memekik kencang. "Aaaaaw!"

"Jangan sembarangan peluk-peluk gue! Lo pikir gue cewek dua ratus ribuan?" Perempuan itu menunjuknya dengan kesal. Bahkan, raut wajahnya terlihat jelas kalau dia tengah murka.

Laki-laki itu menatap perempuan di hadapannya dengan wajah memelas. "Ta...."

Dengan kesal si perempuan menepis tangannya. "Nggak usah sok kenal!"

"Ta, lo lupa sama gue? Gue Alfa. Calon tunangan lo."

Perempuan itu menutup telinganya dengan kedua telapak tangan. "Stop! Gue nggak kenal sama lo! Dan nggak mau kenal! Jangan berlagak seolah-olah kita punya kisah masa lalu yang menarik untuk diulangi. No! Gue memang Zetta. Tapi, gue nggak kenal siapa lo!"

"Ta, lo masih marah sama gue?" tanya laki-laki yang bernama Alfa itu.

Pertanyaannya membuat Zetta tertawa remeh. "Marah? Nggak ada untungnya gue marah sama orang yang bahkan nggak ada peran apa pun di hidup gue. Jangan merasa paling penting sekalipun kita pernah kenal!"

Meskipun kesakitan, Alfa berusaha mengejar Zetta yang berjalan meninggalkannya. "Ta! Zetta!" teriaknya.

Teriakannya berhenti ketika sosok laki-laki lain berpakaian formal dengan raut wajah datar berjalan ke arah mereka. Langkahnya terhenti di hadapan Zetta. "Are you okay?" Dia bertanya karena melihat bibir tertekuk dan kening berkerut Zetta yang menyeramkan. Laki-laki itu hanya berekspresi datar dengan tangan yang sembunyi di dalam saku celana.

"I'm okay, but not be fine! Gara-gara cowok gila yang ganggu mood gue malam ini!" adu Zetta.

Pandangan laki-laki berpakaian formal itu beralih menatap orang yang dimaksud. "Oh, Alfa?" tanyanya dengan santai.

Alfa terperangah melihat laki-laki berpakaian formal itu.

"Excel! Lo kenapa bisa sama Zetta? Apa lo ngilang selama ini buat nyusul dia?"

Matanya menatap kedua tangan yang saling menggenggam itu. Dan cincin di jari manis Zetta seolah menjelaskan semua.

Excel tak menghiraukannya dan kembali fokus pada Zetta. "Acaranya segera dimulai. Ayo!" ajaknya seraya menarik tangan Zetta.

"Cel! Tunggu! Jelasin dulu ke gue! Ada hubungan apa lo sama Zetta? Lo nggak hianati gue kan?" Dengan tertatih Alfa berusaha mengimbangi langkah Excel dan Zetta yang semakin menjauh.

Dia mengeraskan suaranya. "Lo bilang, nggak akan pernah hianati gue! Tapi, apa nyatanya? Lo penghianat! Lo nggak ada bedanya sama Vincent! Sama-sama bajingan! Dan ternyata benar kata orang, kalau orang terdekat berpeluang besar untuk menghancurkan. Lo mendekap gue untuk menusuk lebih dalam? Itu maksud lo?"

Ucapan Alfa akhirnya mampu membuat Excel berhenti. "Bukan gue yang hianati lo, Fa! Lo ingat, apa yang udah lo lakuin ke Zetta. Introspeksi diri dulu sebelum menghakimi orang lain!" ucap Excel tanpa membalik badannya. Tatapannya masih lurus ke depan dengan masih menggenggam tangan Zetta.

"Seorang yang sekarang gue bahagiakan, dulu pernah ngasih lo kesempatan, tapi lo sia-siakan."

Zetta menatap wajah datar Excel dan genggaman tangannya bergantian. Dia tahu, Excel tengah menahan amarahnya. Tak berlama-lama lagi, Excel kembali menarik Zetta untuk menjauh dari Alfa.

Alfa hanya bisa menatap kepergian mereka dengan nanar. Ceritanya kini telah berubah. Seorang yang paling dia percaya merebut gadis yang dia cintai sejak tiga tahun yang lalu. Alfa yang dulunya selalu berlagak menjadi ketua geng paling berkuasa, kini hanya terlihat seperti seorang pecundang.

"Zetta... Kenapa lo bisa jinak gitu kalau sama Excel? Dulu sama gue, lo selalu lebih galak."

To be continue....

23 Desember 2021

Selamat datang di cerita baruku, squel dari SAVAGE.
Cerita ini bisa dibaca terpisah tanpa membaca cerita pertama.

Eits!

⚠ Kepo tanggung sendiri.

Jangan lupa, setiap baca per part usahakan vote dan komen biar update lagi.

Bantu share juga cerita ini ke semua orang ya...

Love you, guys...

See you next part 💞


Nona Boss ZettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang