7. Meet Him

2.6K 540 106
                                    

_Tiga tahun nggak cukup untuk mengubah seseorang dan segala yang melekat padanya_

🌹

Lucia tiba-tiba keluar kamar dengan rambut singanya mengejutkan Alice yang melanjutkan menata makanan Excel tadi.

"Oh My Gosh! Lucia, lo ngagetin aja sih!"

Dan tersangkanya hanya cengar-cengir seraya mengambil air dari dalam kulkas. "Kagetan banget lo hari ini?" sindir Lucia yang terlihat seperti menggoda Alice.

"Biasa aja," jawab Alice dengan sok cuek.

"Kayaknya gue tadi denger Excel ke sini deh?"

"Nih, nganterin makanan buat kita, habis itu langsung pergi nyariin Zetta."

Dengan santainya Lucia mengambil makanan ke piringnya dan duduk di meja makan. Alice terlihat merengut ketika mengatakan Excel mencari Zetta. Membuat jiwa-jiwa jail Lucia meronta.

"Ehem, kok lo tadi salting gitu sih berduaan sama Excel?"

"Ih, apaan deh! Sok tahu banget."

"Ya tahu lah, orang gue tadi ngintip dari kamar. Hayo, lo ngaku, deh! Lo suka kan sama Excel? Gue aduin Zetta, ah!" Dengan santainya Lucia mengatakan pada Alice seraya menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Ih, Lucia! Lo jangan fitnes ya! Nggak mungkinlah gue suka sama pacar temen gue sendiri."

"Fitnah, anjir! Mampus lo kalau Zetta sampai tahu. Bisa bisa-bisa dimakan hidup-hidup lo!"

"Ih, Lucia awaslo ngadu aneh-aneh ke Zetta! Gue nggak suka ya sama Excel!"

"Tapi, Excel ganteng, kan?" goda Lucia seraya menaik-naikkan alis.

"Ya... Ya... Ganteng-- Eh, nggak! Biasa aja."

"Hilih! Ngaku aja deh! Yakin gak suka Excel?"

Tatapan menyebalkan Lucia membuat Alice geram.

"Iya iya, gue ngaku! Gue suka sama Excel. Tapi, cuma kagum doang anjir!"

Lucia tak berhenti tertawa terbahak-bahak mendengar pengakuan Alice. Dia anggap itu hanya lelucon. Alice sepertinya bukan gadis seperti itu. Mana mungkin dia merebut kekasih temannya.

***

Di pemakaman, Zetta menatap laki-laki di hadapannya dengan berkaca-kaca. Untuk mengatakan sepatah kata pun rasanya berat.

"Lo apa kabar?" sapa laki-laki itu sekali lagi dengan lembut.

Bukannya menjawab, Zetta justru menangis dan berhambur ke pelukannya.

"Putra, gue kangen sama lo. Kangen sama Marcel, sama Vano, Dave, Nichole sama yang lainnya juga."

Putra tersenyum seraya mengusap kepala belakang Zetta. "Anak-anak juga kangen lo, Ta."

Zetta terus saja terisak hingga air matanya menetes di bahu Putra dan membasahi kemeja abu-abu yang dikenakan laki-laki itu.

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now