13. Still With You

2.3K 494 244
                                    

_Bukankah baiknya dua orang yang patah hati harusnya saling mengobati, bukannya saling menyakiti? _

🌹

"Cel.... "

"Hm..."

"Hubungan kita selama ini apa?"

Excel terdiam sejenak dan menjauhkan tangannya dari wajah Zetta. Dia juga menarik napas untuk berpikir kata apa yang tepat untuk menjawab pertanyaan Zetta yang sederhana, tapi membingungkan.

"Kan 'pacar', kata lo."

Dari sekian kemungkinan jawaban yang bisa saja keluar dari mulut Excel, jawaban itu membuat Zetta mendengus dengan sebal.

"Kok kata gue sih? Serius, Excel... Lo selama ini anggep gue apa? Temen, pacar apa piaraan?"

Wajah dingin Excel menghadap Zetta semakin dekat. Netra abu-abunya tertutup dengan softlens cokelat yang terlihat lebih gelap itu menatap Zetta dengan lekat. Tatapannya datar, namun mampu membuat jantung Zetta bergetar hingga bola matanya bergerak kesana-kemari. "Lo sendiri, apa yang lo harapkan dari hubungan kita?" tanya Excel kembali.

Tapi, Zetta tak selemah itu. Dia tak mau kalah membalas tatapan Excel. "Gue tanya, Excel! Jangan balik tanya!"

Excel memalingkan wajahnya dari Zetta. Menatap gedung-gedung menjulang di depannya dengan tatapan datar. Angin di kota Jakarta berembus tenang, tapi mampu menerbangkan rambutnya membuat waktu seolah berjalan melambat.

"Lo pacar gue, Ta... Sejak tiga tahun lalu sampai detik ini. Seperti perjanjian kita dulu. Tapi, sayangnya perasaan lo belum berubah. Lo selalu menyebut namanya setiap di depan gue. Gue tahu perasaan lo nggak bisa semudah itu untuk berubah. Tapi, pernah nggak lo mikir perasaan gue? Mikirin hubungan kita? Percuma, Ta sekali pun lo bilang ke seluruh manusia di dunia ini kalau kita pacaran, tapi lo sendiri nggak nganggep gue sebagai pacar. Apa artinya hubungan yang kita jalani?"

Kata-kata singkat Excel sangat menusuk hati Zetta. Dia tidak sadar, sikapnya selama ini tak cukup adil untuk Excel.

Excel tak pernah membahas itu sebelumnya. Tapi, kali ini seolah dia mendapat keberanian untuk mengatakan. Dan mungkin saja, dia lelah dengan hubungan yang mereka jalani.

"Cel, lo marah?" tanya Zetta dengan lirih hingga membuat Excel tak tega mendengarnya dan kembali menatap Zetta.

"Gue nggak ada hak buat marah sama lo, Zetta... Harusnya kita saling mengobati, bukan menyakiti seperti ini. Kapan pun lo mau buka hati, gue tetap akan menunggu sampai takdir yang meminta gue untuk mundur. Lo yang megang kendali atas hubungan kita. Apa pun keputusan yang lo pilih, gue bakal terima."

"Kalau gue masih berharap Vincent balik, apa lo bakal ninggalin gue?"

"Gue nggak bisa semudah itu ninggalin lo. Sekalipun lo yang ngusir, gue akan tetap bertahan. Gue yang datang di hidup lo dan gue hanya akan pergi jika tujuan gue buat lo bahagia selesai. Bahkan, jika harus membuat lo lupa dengannya, gue akan lakukan."

Entah mengapa, setiap kata yang diucapkan Excel membuat matanya berkaca-kaca. "Excel... I wanna hug you."

Excel menarik Zetta dan membawanya dalam pelukan. Perlakuan Excel membuat Zetta semakin merasa bersalah. Dia yang kini selalu ada di sisinya. Tapi, hatinya belum bisa lepas dari Black Angel.

"Kasih tahu gue, gimana cara buka hati lo, Zetta...."

Zetta mendengar lirihnya suara Excel. Kata-katanya semakin menusuk hingga setetes air matanya jatuh.

"Gue jelas-jelas belum bisa lupain Vincent. Tapi, apa kabar perasaan lo sama Sere? Gue nggak mau dibohongi. Gue takut, ketika gue buka hati, tapi lo justru memendam perasaan pada Sere terlalu dalam sampai nggak ada satu orang pun yang tahu. Dan lo, hanya pura-pura mencintai gue. Gue nggak mau!"

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now