12. What Relationship?

2.1K 484 228
                                    

_Maaf yang dia buktikan untuk membalas penghianatan bukan hanya kata, bahkan terlalu nyata sampai sulit untuk terima_

🌹

Zetta membuka pesan yang mengirimkan lokasi padanya. Titik itu berjarak 25 Km dari tempatnya saat ini. Tidak terlalu jauh, tapi berisiko jika mendatanginya malam-malam.

Tapi, rasa penasaran Zetta semakin menjadi-jadi. Gerak-geriknya terlihat gelisah dengan berjalan mondar-mondar sampai lupa kalau serum wajahnya belum diratakan.

"Ini siapa sih yang ngirim? Bikin orang kepo aja! Nggak tahu apa gue orangnya kepoan? Kalau beneran Black Angel, ke ujung dunia pun gue jabanin. Kalau ternyata cuma jebakan gimana coba?"

Zetta cukup trauma dengan penyanderaan Putra tiga tahun lalu yang memakan dua korban sampai meninggal dunia. Sere dan Black Angel.

Bibir tipisnya yang tak berhenti menggerutu itu tiba-tiba berhenti ketika ponselnya kembali bergetar. Dan lagi-lagi pesan dari Excel.

"Tidur, Zetta... Malem-malem jangan kelayaban."

Alis Zetta menyatu dengan otomatis. "Nih orang cenayang apa? Tahu aja pikiran gue."

Tapi, Zetta memilih untuk tidak membalasnya. Dia justru mematikan ponselnya dan bergegas naik ke ranjang. Menarik selimutnya hingga ke ujung kepala. Rasa kantuknya sudah berat, tapi matanya tak kunjung bisa terpejam.

***

Setelah pertemuan dengan teman-temannya di acara pertunangan Putra dan Grace semalam, Zetta benar-benar dibuat pusing bagaimana cara lepas dari mereka. Dia ingin hidup di Jerman tanpa satu pun bayang-bayang tentang Indonesia. Tapi, tidak bisa. Teman-temannya pasti terus mengikutinya sampai ujung dunia.

Siang itu Zetta dan ke tiga temannya di undang Putra untuk makan siang di basecamp. Bukan lagi angkringan Putra atau rumah tua. Tapi, di studio musik milik mereka yang juga disewakan. Tidak terlalu luas, hanya berukuran sekitar 10mx10m dengan tiga lantai.

Zetta dan ketiga temannya berjalan mengikuti Putra menaiki tangga menuju lantai 3 yang khusus mereka jadikan studio pribadi dan tempat berkumpul.

Dulu mereka adalah geng yang berjumlah lebih dari seratus orang, tapi kini semua berubah. Banyak yang merantau atau sibuk dengan kehidupan masing-masing. Yang tersisa hanya sekitar tiga puluhan orang saja. Tapi, yang paling dekat hanya mereka berlima.

Perkumpulan mereka bukan lagi sebuah geng urakan, melainkan perkumpulan anak muda yang produktif. Mulai dari pebisnis hingga kreator. Mereka mendapatkan modal dari Zetta. Setiap memenangkan balap mobil, gadis itu selalu mengumpulkan uangnya untuk masa depan geng. Tidak mau gengnya hanya kumpul-kumpul tidak jelas tanpa memberi manfaat.

Di dalam studio sudah ada Nichole, Dave, Vano dan Marcel yang menungu sambil memainkan alat musik. Nichole dengan gitar akustiknya, Dave dengan drum dan Vano dengan kecrekan andalannya.

Sementara Marcel, hanya tiduran di sofa menatap layar ponsel. Dari dulu kesibukannya hanya mengurusi kos-kosan putri di ponselnya.

Ketika Putra masuk bersama Zetta dan teman-temannya, raut wajah keempat laki-laki itu mendadak sumringah menyambut kedatangan mereka.

"Welcome home, Ladies...." Nichole melentangkan tangannya lebar-lebar seolah ingin memeluk gadis-gadis itu.

Matanya tak lepas memandangi Alice yang cantik dengan rambut pirang terurai.

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now