1. Roses And The Sadness

3.9K 690 116
                                    

_Yang dirindukan dari sebuah kisah cinta bukan hanya dengan siapa-nya, tapi bagaimana kenangan-nya_

🌹

9 malam waktu Jerman

Dari balkon penthouse lantai 70 Zetta menatap gemerlap lampu gedung-gedung tinggi yang menyala dengan menawan di tengah kegelapan malam. Rambut hitam kecokelatannya yang panjang menjuntai hingga pinggang berkibar pelan seiring tiupan angin malam.

Gadis itu mendekap jas hitam seorang pria seraya menyentuh cincin yang melingkar di jari manisnya. Tatapannya kosong dengan mata berkaca-kaca. Membiarkannya hingga kering tertiup angin.

"Liar!" ucapnya dengan sangat pelan. Bahkan mungkin dia tak sadar mengatakannya.

Tak berselang lama derap langkah kaki mendekati tak membuatnya berubah posisi. Gadis itu tetap bertahan tanpa mengacuhkannya.

"Zetta."

Zetta perlahan memutar kepala dan melihat seorang laki-laki dengan raut wajah dingin berdiri di depan pintu.

"Excel?"

Laki-laki itu melepas jasnya dan menyampirkan pada bahu Zetta layaknya adegan romantis dalam film-film.

"Udah sering gue bilang, jangan lama-lama di balkon! Lo lupa tinggal di lantai berapa?" ucap laki-laki itu dengan nada datar tanpa ekspresi apa pun.

"Bawel banget sih! Lagi nyari angin juga," protes Zetta seraya merapatkan jasnya. Dia akui udara malam itu sangat dingin. Bahkan membuat bibirnya sedikit bergetar, tapi masih saja mengelak.

"Mau sampai kapan lo nggak bisa lupain dia?"

Zetta menatap Excel dengan kerutan di kening. Itu kata-kata yang paling tidak dia suka sekali pun Excel mengatakannya dengan nada biasa saja.

"Gue punya otak fungsinya untuk mengingat, bukan melupakan," jawab Zetta dengan nada sinis.

"Percuma, dia nggak akan kembali."

"Dia abang lo, Cel! Kenapa lo ngomong gitu?" Zetta menatap Excel dengan mata terbelalak, namun dengan santai Excel yang awalnya menatap langit, membalas tatapannya tanpa ekspresi apa pun. Datar, biasa saja dan tenang.

"Siapa pun dia, kalau Tuhan berkehendak, kita bisa apa?"

"Nggak! Gue yakin Vincent pasti kembali! Dia kembali, Cel! Dia janji bakal jagain gue!"

"Jangan terlalu berharap kalau nggak mau terluka."

Zetta tersungut-sungut mendengar setiap penuturan yang keluar dari mulut laki-laki tanpa ekspresi itu. "Lo kenapa sih selalu patahin harapan gue? Dan kenapa lo sekarang selalu ada di dekat gue? Harusnya Vincent yang ada sama gue, bukan lo!"

Seolah tak peduli dengan makian Zetta, Excel justru mengangkat tangannya untuk menyentuh ujung mata gadis itu dengan ibu jari. "Jangan nangis! Vincent pernah bilang, dia nggak suka lihat lo nangis."

Zetta yakin tidak ada jejak air mata di sana. Tapi, kenapa Excel bisa tahu kalau dia baru saja menangis? Spontan Zetta menepis tangan Excel dan menunjuk dada laki-laki itu. "Nggak usah sok perhatian! Lo bukan Black Angel gue!"

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now