4. Black Roses n Letters

2.5K 579 131
                                    

_Ekspetasi hanya membuka peluang luka atas penghianatan realita._

🌹

Zetta mendengar denting piano mengalun indah di sebuah rungan remang-remang. Kakinya menyusuri ruangan itu untuk mencari sumber suara sampai akhirnya melihat cahaya yang lebih terang di ujung ruangan.

Matanya terbelak ketika melihat siapa yang memainkan piano itu. "Vincent?"

Denting piano itu berhenti seiring Zetta memanggilnya. Laki-laki yang memainkan piano itu menatap Zetta dengan senyuman manis dan menepuk kursi di sebelahnya.

Perlahan Zetta pun melangkah mengikuti isyaratnya untuk duduk bersebelahan. Menemaninya memainkan piano sampai menyelesaikan sebuah lagu.

Permainan yang sungguh indah. Setiap nada yang mengalun sangat memanjakan telinga Zetta. Dia menyukainya. Bahkan, semua hal yang berhubungan dengan Vincent membuanya terkesima hingga spontan bertepuk tangan ketika permainannya usai.

"Wah... Keren banget... Lo selalu hebat, Black Angel. "

Vincent atau Black Angel menyisipkan helaian rambut Zetta ke belakang telinga. "Kamu juga selalu cantik, Mawar kecilku...."

Dari banyaknya pujian, hanya dari laki-laki itu yang membuat Zetta merasa ingin terbang menembus angkasa. Bahkan membuat pipinya bersemu kemerahan seraya menahan senyuman.

"Lo kemana aja selama ini? Lo nggak kangen sama gue?" protes Zetta dengan penuh kekecewaan.

"Bagaimana aku tidak merindukanmu, jika yang selalu aku pikirkan hanya kamu."

"Bohong! Mana buktinya kalau lo kangen sama gue? Lo ninggalin gue selama ini dan bahkan nggak ada niat buat nemuin gue!"

"Hey, Zetta...." Black Angel menarik dagu Zetta untuk membuat mereka beradu tatap. "Meskipun aku tidak ada di hadapanmu, tapi aku selalu ada di sini," ujarnya seraya menunjuk dada Zetta.

Baiklah, itu sangat klasik. Tapi, sialnya bisa membuat Zetta terpaku menatap mata laki-laki itu.

"Bisa lo lakukan sesuatu buat gue kembali yakin sama lo?"

Tiba-tiba Vincent melingkarkan tangannya di punggung Zetta dan menarik tangan Zetta  untuk memandunya memainkan piano.

Tangan kekarnya menutup jemari mungil Zetta yang menari di atas tuts dengan lincahnya.

Mereka berdua sangat dekat nyaris tak berjarak. Bahkan, helaan napas Vincent mampu dirasakan Zetta berembus di lehernya.

"Apa yang harus aku lakukan, hm? Aku yakin tanpa melakukan apa pun kamu bisa merasakannya. "

Gadis itu tersenyum dan memutar kepala menatap Vincent. Wajahnya sangat jelas terlihat. Rahang tegas dengan tatapan tajam itu mampu membiusnya.

"Cuma gue yang merasakan? Lo apa kabar?"

Vincent menyadari tatapan Zetta dan seketika menarik senyumnya. Dengan cepat dia menarik pinggang gadis itu untuk merapat padanya dan menempelkan kening mereka berdua.

"Selalu baik ketika melihatmu bahagia dan hancur ketika melihatmu terluka."

Zetta meremas gaunnya dengan gugup. Namun, tiba-tiba Vincent sedikit menjauhkan wajahnya membuat Zetta bertanya-tanya dalam hati.

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now