Namun, Excel tetap bertahan di tempatnya. Dia segera melepas tangan Grace. "Nggak perlu."

Alis Grace pun menyatu seolah mempertanyakan sesuatu. "Why? Bukannya kamu penasaran sama rencana saya?" ucapnya seraya merapikan kerah jaket Excel.

Mata mereka saling bertatapan. Excel dengan tatapan dinginnya dan Grace dengan tatapan polos dan senyum manis yang menggoda. Tapi, bagi Excel, tatapan Grace adalah tatapan yang penuh siasat.

Excel memojokkan Grace ke tembok dan menahan kepala gadis itu dengan telapak tangannya agar tidak ikut terbentur. Wajah mereka sangat dekat. Sampai akhirnya Excel membisikkan sesuatu di telinga Grace. "Gue lebih suka ngikutin teka-teki lo, Nona Gracia Zhang. Let's play the game!"

Grace menarik sebelah bibirnya. Tangannya terangkat untuk menangkup wajah Excel hingga bertatap dengannya. "Oke. Saya sarankan, kamu segera membuat kenangan manis untuk gadis berandalan itu. Karena sebentar lagi, akhir dari permainan ini membuatmu jatuh ke pelukan saya, Tuan Excel Xandeer."

"In your dream," jawab Excel seraya menurunkan tangan Grace kembali. "Jangan terlalu banyak bermimpi. Nanti lo tambah gila."

"Kamu nggak perlu khawatirkan kejiwaan saya, Excel ... Yang perlu kamu khawatirkan itu, kejiwaan gadis berandalan itu. Nggak seharusnya gadis gila berada di tengah-tengah manusia normal. Dia hanya beban. Kamu bisa lihat sendiri, gimana semua orang tertekan dengan tingkahnya? Ketika semua orang lelah dengan dia, satu persatu dari mereka akan meninggalkan dia. Ah, what a pitty ...

I know ... Alasan kamu bawa dia keluar bukan semata-mata karena cinta. Semua orang tahu, nggak ada cinta di antara kalian. Wake up, Excel ... Putri tidur dan pangeran itu hanya di dongeng. Dia bukan seorang seorang putri dan kamu bukan pangerannya."

Excel hanya membahasnya dengan seringaian. "Tapi, lo berharap gue jadi pangeran lo? Maksudnya, dongeng itu cuma berlaku buat lo, gitu?"

Grace menjentikkan jarinya di depan Excel. "Exactly! Ah, bodoh banget sih, gadis bernama Sere itu nggak lihat cowok sepintar kamu. Saya jadi pengen reinkarnasi jadi dia biar bisa mendapatkan cinta dari seorang Excel."

"Justru gue kasihan wajah Sere yang polos itu disamain sama cewek licik kayak lo!"

Tiba-tiba saja Grace menirukan senyum wajah polos Sere sampai membuat Excel terbelalak. Mereka benar-benar mirip. Sampai Excel tidak bisa membedakan. Kini, di depannya itu benar-benar seperti Sere tiga tahun yang lalu. Dia pun menangkup pipi Grace dan mengusap bawah mata gadis itu.
"Sere?"

"Woe, Alfa sekarat!"

Excel segera sadar dan memutus tatapannya pada Grace yang dia anggap sebagai Sere ketika suara Kean terdengar begitu heboh. Dia pun berlari memasuki villa dan melihat yang lain sudah mengerubungi Alfa di sofa.

Zetta yang baru bangun tidur juga ikut berlari dan membelah kerumunan itu untuk bisa lebih dekat dengan Alfa.

Dia melihat Alfa seperti menahan sakit sampai bibirnya memucat dan kulitnya sedingin es.

"Alfa, jangan mati dulu!" teriak Zetta. "Lo nggak boleh mati! Lo denger gue? Lo nggak boleh mati, bego!'

"Zetta, lo tenang dulu. Kita bawa Alfa ke rumah sakit sekarang." Melihat Zetta yang mulai panik, Putra langsung menenangkannya.

Reaksi berlebihan Zetta seperti itu membuat Excel mengerutkan kening. Ketika ingin menariknya menjauh, Zetta langsung menepis tangannya.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 15, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now