4. Black Roses n Letters

Start from the beginning
                                    

Tak disangka, laki-laki itu justru menarik dagu Zetta perlahan mendekati wajahnya. "I want you."

Ingin rasanya Zetta membebaskan kupu-kupu yang bersarang di perutnya. Kedekatan itu yang telah lama dia rindukan. Mereka sudah tak menjalani hubungan, tapi Zetta akui, dia rindu laki-laki misterius itu.

Tes!

"AAARRRGGGGHHH!!! Nggak jadi dicium!"

Tiba-tiba Zetta terbangun di ranjangnya setelah setetes air liur jatuh di atas bantal. Piamanya bahkan ikut basah oleh keringat.

Gadis itu berteriak histeris seraya menendang-nendang selimut dan mengacak-acak rambutnya.

"Zetta, lo bego! Ngapain pakai bangun segala sih! Kan belum kena!"

Bruk!

Spontan gadis itu melempar tubuhnya kembali ke kasur. Pagi yang sungguh menggalaukan untuknya.

"Padahal susah banget ketemu sama dia." Ah, Zetta yang malang.

Ketika melentangkan tangannya, tak sengaja gadis itu menyentuh sesuatu. Setangkai mawar hitam misterius tiba-tiba saja ada di ranjang dan membuatnya terbelak.

"Black rose?"

Zetta berbegas bangkit dan memperhatikan bunga itu. Terhitung dua kali ini dia menemukan mawar hitam dan seolah sengaja ditujukan untuknya. 

Kebetulan yang mencurigakan. Kenapa harus mawar hitam? Dan kenapa tiba-tiba ada di kamarnya? Tidak mungkin orang tua atau pembantunya.

Atau mungkin penyusup? Tapi, tidak mungkin. Keamanan penthouse sangat terjaga. Apa jangan-jangan hantunya Vincent?

Zetta segera mencari kotak hitam berisi barang-barang kenangannya dengan Vincent. Di sana ada beberapa lukisan dan kelopak-kelopak mawar yang sudah mengering.

Nihil. Tak ada petunjuk apa pun di dalamnya. Otak Zetta sudah mulai buntu. Tak bisa menduga maksud pengirim mawar hitam itu.

Tunggu dulu, mawar hitam itu sangat mencurigakan. Selain kedatangan yang misterius, bentuk mawar itu tak biasa. Di ujung mahkotanya ternyata ada gulungan kertas kecil.

Jika tak kau temukan bahagia, temui aku di keabadian. Terang bukan cahaya, gelap hanya ketakutan.

Begitulah tulisan di gulungan kertas itu. Itu membuat Zetta semakin bingung." Ini maksudnya ngajakin gue mati?"

Zetta tak mau gegabah menyimpulkan segala sesuatu. Dia lantas mencari mawar hitam yang dia temukan sebelumnya. Dan masih ada. Bahkan gulungan kertas itu sampai terlepas dengan sendirinya.

Merah yang membara telah terbakar hingga menyisakan angan yang menggelap. Masih bolehkah aku merindukanmu?

Entah mengapa kalimat itu membuat setetes air mata Zetta jatuh.

Tulisan itu sangat familiar baginya. Iya, Zetta baru sadar. Itu tulisan Vincent. Mirip dengan surat terakhir yang diberikan padanya sebelum dikabarkan meninggal dunia.

Zetta langsung meraba nakas untuk mengambil ponsel dan segera menghubungi Excel. "Excel, jemput gue sekarang!"

Bukannya segera mandi atau bersiap-siap, Zetta justru kembali merebahkan diri dan bergelut dengan selimut tebalnya.

Sampai tak lama Excel datang dan langsung menyibak selimutnya dengan kasar.

"Lo ngapain nyuruh gue jemput kalau masih kayak gini?"

Tanpa rasa bersalah sama sekali Zetta kembali menarik selimutnya.

"Ya nggak apa-apa. Lo tungguin gue tidur dulu. Hooam... Ngantuk banget habis ketemu pangeran."

Nona Boss ZettaWhere stories live. Discover now