2. Bad Boy to be a Sad Boy

Mulai dari awal
                                    

"Lecek amat mukalo?" sindir Kean yang tiba-tiba menyejajarkan langkah seraya merangkul bahunya. Kean adalah mantan anak buah satu-satunya yang bertahan sejak SMA.

Alfa tiba-tiba saja memutar mata dengan dengusan malas. "Cewek-cewek di sini kampret semua emang!"

Kean terbahak-bahak seraya menepuk bahu Alfa. "Jiakh! Digodain lagi lo? Makanya move on dong, move on! Mubazir tuh muka ganteng lo! Mendingan kasih ke gue."

"Gue nggak butuh cewek lain! Yang gue butuhin cuma Zetta."

"Ntar deh, gue cariin yang lebih cakep dari Zetta."

"Lo nggak bakal bisa nyari cewek yang lebih cakep dari Zetta. Kalau lo niat bantuin gue, mendingan lo cariin Zetta buat gue."

"Lo kenapa jadi sad boy gini dah! Inget, Fa... Cewek nggak cuma emaknya emprit doang. Gue tahu doi cakep, tapi dari milyaran cewek di muka bumi ini banyak yang lebih cakep."

Alfa seketika menghentikan langkah seraya menaikkan tali rasel yang dia sapirkan sebelah. "Banyak cewek yang lebih cakep dari Zetta. Tapi, gue cuma mau sama dia."

Kata-kata Alfa membuat Kean tercengang. "Anjay! Seumur-umur baru nemu mantan ketua geng gila cuma gara-gara cewek. Kecuali halunya bocil-bocil tetangga gue."

"Nggak usah bacot aja lo, Yan!

"Bukannya nggak mau nih bantuin lo nyari Zetta. Tapi, nyari anak sultan tuh susah. Ilangnya aja pakai duit, nyarinya juga butuh lah!"

"Gue bayar kalau lo emang beneran bisa menuin Zetta."

Cengiran bahagia terbit begitu saja di bibir Kean. "Oke"

****

Dulu, Alfa adalah anak emas yang semua keinginannya harus dituruti. Tapi, sekarang semua telah berubah. Orang tuanya membatasi semua fasilitas mulai dari mobil, credit card, barang-barang branded, bahkan uang sakunya hanya dapat jatah sepuluh ribu rupiah setiap hari dan itu pun hanya cukup untuk beli pertamax motor matic-nya.

Dia juga tidak kuliah di kampus elit dan berjuang sendiri untuk masuk perguruan tinggi swasta tempatnya kuliah sekarang. Sungguh, Alfa seperti anak terbuang yang benar-benar harus hidup dari nol. Seolah hanya numpang nama di KK keluarganya.

Setiap pulang sekolah dia juga harus bekerja di sebuah bengkel mobil mewah untuk menambah uang sakunya bersama Kean seperti saat ini. Mereka tengah istirahat di sebuah dofa setelah memeriksa kondisi mobil mewah milik pelanggan dengam muka cemong.

"Fa, lo lihat nih! Mirip banget sama Zetta nggak sih?"

Alfa seketika terbelalak ketika Kean menyodorkan ponsel padanya.

"Bukan mirip lagi, ini emang Zetta, Bego! Lo dapet dari mana?"

Dengan cepat Kean menjauhkan ponselnya dari Alfa. "Eits! jangan lama-lama liatinnya. Gue dapat infonya sampai nyebrang benua nih. Kalau mau informasi lebih lanjut, bayar! Nggak usah banyak-banyak. Sepuluh juta keknya cukup."

"Bangsat! Temen macam apa lo meres temen sendiri? Tahu sendiri gue lagi ditelantarin nyokap bokap. Duit dari mana coba?"

Kean mengusap-usap dagunya berlagak mikir. "Ya udah, gini aja. Berhubung gue teman yang baik hati, lo cukup bayar seminggu gaji lo buat satu informasi. gimana? Enak, kan? Itu udah paling murah. Apa lagi nyari info anak sultan tuh nggak mudah."

Sedikit mempertimbangkan tawaran Kean dan akhirnya Alfa pasrah. "Ck, ya udah buruan! Informasi pertama apa?"

'Wuis, santai, Fa... santai... bayar nyicil nggak usah belagu."

Entah definisi teman yang baik dari mana Kean itu? Sudah perhitungan dengan teman sendiri, ngelunjak lagi. Alfa spontan memelototinya.

"Hehehe," cengir Kean tanpa menunjukkan rasa bersalah.

"Nggak usah pakai nyengar-nyengir lo! buruan!"

"Jadi, gue dapet video ini dari youtuber Jerman. Namanya Lucia. Buset, cakep banget, Fa! kulitnya putih, mulus, mukanya imut, dah kek berbi-"

Dada Alfa terlihat kembang kempis menatap Kean dengan pelototan tajam dan melempar handuk yang tersampir di bahunya tepat di wajah laki-laki itu. "Bego! gue nggak nggak mau ngurusin youtuber! Bodo amat, mau cantik kek babi kek sapi, bodo amat! gue cuma butuh info tentang Zetta!"

"Anjir lo, Fa! gue tahu lo ganteng, tapi keringet lo tetep aja bau terasi!"

"Lo bisa nggak, fokus bahas Zetta aja!"

"Oke, fine... gue lanjut. Jadi, intinya Zetta ada di Jerman."

Sekali lagi Kean membuat Alfa meradang dan menendangnya hingga jatuh dari sofa.

"Anjir! Dikasih tahu malah nendang! mau lo apa sih, Fa!"

"Lo ngelunjak, Kampret! Masa gaji seminggu cuma dapat clue Negara doang! Kurang spesifik, Bego!"

"Kan perjanjiannya satu informasi seminggu gaji. Kalau mau nambah, jadi dua minggu. Gimana?"

"Ya udah, buruan! gue kasih gaji gue sebulan, tapi harus lengkap infonya!"

Kean seketika langsung semangat dan kembali duduk dengan tegak.

"Jadi... gue yakin sekarang Zetta ada di Jerman."

Untuk kedua kalinya Alfa menendang Kean hingga jatuh.

"Info yang bener, Kampret! Gue udah bayar mahal!"

Kean meringis seraya mengusap pantatnya untuk berusaha kembali duduk di sofa. "Lo kasar, Mas! pantesan Dedek Jetta kabur."

Dah, lah. Sepertinya menjadikan Kean informan bukan ide yang tepat. Eits, tapi tunggu dulu! Alfa sepertinya mulai pintar.

"Bentar-bentar! lo bilang Zetta ada di Jerman? Jadi, data penjualan Penthouse keluarganya tiga tahun lalu itu cuma rekayasa. Dan sekarang Excel ada di Jerman. Apa mungkin dia nyusul Zetta?"

"Kayaknya sih gitu. Excel kan lebih pinter dari pada lo. Bisa jadi juga dia suka sama emaknya emprit dan hidup bahagia berdua di sana."

Mendnegar ucapan Kean membuat dada Alfa terasa panas. Dia meremas kaleng minuman yang dipegang, lantas melemparnya dengan kesal.

"Lo mau manas-manasin gue! Gue lebih percaya Billie Eilish lahir di Bojong Gede dari pada dihianati Excel."

"Lo gimana sih, Fa! Lo sendiri yang nyimpulin, gue yang lo amuk. Lagian gue juga cuma lanjutin omongan lo."

Setelah itu Alfa mulai over thinking. Apa iya seora Excel, penasihatnya di masa lalu tega merebut Zetta darinya?

Tanpa pamit dia melenggang meninggalkan Kean dengan raut wajah bingung. "Mau kemana lo, Fa?"

"Ke toilet! Mau ikut?"

"Ogah!' tolak Kean dengan lantang seraya merebahkan diri di atas sofa.

Alfa membasuh wajah seraya menatap pantulannya di depan cermin toilet. Bayang-bayang Zetta berduaan dengan Excel terlihat jelas berlarian pikirannya. Sampai tiba-tiba dia sadar dan melihat darah menetes dari hidung mancungnya.

Berkali-kali mengambil tisu dan mengusapnya, namun cairan merah itu tak kunjung berhenti menetes.

"Ck, kampret! Punya idung nyusahin banget! gue copot baru tahu rasa lo!"

To be continue....

Ayo, janjinya vote dan komen yang banyak biar aku semakin semangat buat update.

jangan lupa juga rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian.

Dan yang terakhir, follow akun wattpadku Diahayu_Sn
ig daysnstory (ada di bio)
dan tik-tok sketcute

thank you...

see you next part 💞

Nona Boss ZettaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang