11

421 58 21
                                    

Naya melirik jam di layar hp nya sudah menunjukan pukul 15.35 buru buru Naya membereskan alat tulis dan buku buku nya kedalam tas untung saja tugas yang di berikan bu Rosa tadi sudah ia selesaikan tepat waktu. Mumpung bu Rosa tidak ada sebaiknya Naya segera ke ruang osis.

"Lo mau kemana?" tanya Lizzie.

"Gue harus ke ruang osis, titip tas gue ya. Entar kalo lo pulang tolong anterin tas gue ke ruang osis yah, please gue buru buru nih. Bye."

"Naya! Mau ngapain sih emangnya dia?" gumam Lizzie.

Sesampainya di ruang osis Naya bersiap untuk tugasnya sekarang, tali sepatunya ia ikat kuat kuat, cardigan yang ia pakai dilepasnya dan rambut nya juga ia ikat kuncir kuda. Oke saat nya untuk berperang.

"Oke I'm ready, pokoknya semua harus perfect."

Naya berjalan lalu diambilnya alat alat kebersihan. Di awali dengan menyapu seluruh ruangan mulai dari bawah meja, sofa, belakang lemari. Lalu dilanjutkan dengan me ngepel lantai, mengelap meja, kaca, cermin, menata buku dan barang barang yang ada disini ia rapihkan di akhiri dengan menyemprot seluruh penjuru ruangan dengan pengharum.

Ruangan ini memang tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit juga. Tapi begitu nyaman dan damai, apalagi sekarang sudah bersih memang selalu bersih tapi Naya percaya diri ruangan ini begitu bersih karna dirinya.

Lima belas menit berlalu akhirnya pekerjaanya selesai. Entah karna ia bersemangat atau mood nya sedang baik Naya jadi begitu gesit membersihkan ruangan ini sampai tersisa lima menit sebelum bell pulang berbunyi. Naya memutuskan untuk beristirahat, lalu ia duduk di sofa tubuhnya sangat capek tangan dan kakinya terasa begitu pegal dan gerah. Ia pun menyeka keringat yang membasahi keningnya dengan tisu yang tersedia di atas meja.

Badanya benar benar gerah dan panas Naya tidak nyaman dengan kondisinya saat ini ingin sekali rasanya ia melepas seragamnya sekarang juga tapi ia takut seseorang tiba tiba masuk. Tunggu, mungkin ada kunci disini. Tapi nihil tidak ada pasti Raga membawanya.

Sudahlah mau bagaimana lagi, Naya membuka kancing atas seragamnya dengan ragu. Bell pulang kan masih lima menit lagi masih ada waktu kok, setelah memantapkan hatinya ia pun membuka satu persatu kancing seragamnya sampai tersisa dua kancing. Rasanya sengat sejuk dan segar apalagi ia sedang berhadapan dengan kipas angin. Perlahan rasa penat dan gerahnya berkurang.

Ceklek.

"Aaaa!!!!" teriak Naya setelah melihat siapa yang datang ternyata itu Raga, Naya buru buru menarik seragamnya untuk menutupi tubuhnya.

Begitu pun dengan Raga matanya terbelalak melihat apa yang barusan dilihatnya, ia tak percaya akan melihat hal seperti ini selama hidupnya.

Memalukan.

"Keluar!!!" teriak Naya.

Raga buru buru menutup kembali pintunya rapat rapat. Jantungnya berdebar kencang ia menelan ludah dengan susah payah. Lalu menarik nafas dalam dalam menenangkan dirinya.

Raga tak habis pikir dengan kelakuan gadis itu, bisa bisa nya ia melepas seragam di seenaknya apalagi pintunya tidak terkunci.

Dasar cewek gila,

~~~

"Nih."

Raga menyodorkan sebotol air mineral dingin, Naya segera mengambilnya tanpa menatap wajah pria di hadapanya. Sekarang mereka berdua sedang duduk di sofa dengan suasana canggung yang menyelimuti seluruh ruangan ini.

"Bagus."

"okhok..." Naya sedikit tersedak saat meminum air nya setelah mendengar ucapan Raga barusan.

"Kerjaan lo."

Naya hanya mengangguk sambil menutup kembali botol air mineral itu.

Canggung, begitu ganggung.

"Lo berdua udah ada disini," ujar Jean sambil berjalan masuk diikuti Roy di belakangnya.

Roy tersenyum sambil menyapa Naya namun gadis itu hanya menunduk.

"Semua udah pada keluar kelas?" tanya Raga.

"Lagi pada otw," jawab Roy.

"Yaudah, kita ke meja rapat aja langsung."

Raga pun berjalan menuju meja rapat diikuti Jean dan Roy juga Naya. Tak lama beberapa anggota osis lainya datang dan langsung bergabung. Merasa semuanya sudah lengkap Raga pun memulai rapatnya. Dengan serius mereka semua menyimak dan memperhatikan Raga yang sedang menjelaskan rencana rencana untuk acara minggu depan.

Dua jam berlalu akhirnya rapat selesai, semua anggota osis pun bersiap untuk pulang. Setelah semua keluar ruangan hingga menyisakan Raga, Roy, Jean dan Naya.

"Raga ada sesuatu yang mau gue omongin sama lo," ujar Jean.

"Emm Je, sorry nanti aja."

"Oh oke, kalo gitu gue duluan yah, bye," pamit Jean lalu pergi dengan rasa kecewa dan sedih. Tapi mau bagaimana lagi ia tahu sifat Raga, karna itu ia tidak bisa memaksa.

"Lo gak pulang?" tanya Raga pada Roy.

"bentar lagi, ada sesuatu yang harus gue kerjain, duluan aja."

Raga hanya mengangguk.

"Emm, gue duluan yah," ujar Naya, Raga dan Roy pun menoleh.

"Oke, hati hati ya," jawab Roy sambil tersenyum.

"Eh iya," buru buru Naya pergi.

Raga hanya menatap kepergian gadis itu sampai tak terlihat lagi di balik pintu.

"Lo gak pulang, Ga?" tanya Roy.

Raga menoleh, lalu ia mengangkat tasnya mengisyaratkan kalau ia juga akan pulang lalu berjalan pergi meninggalkan Roy sendirian.

~~~

Raga berjalan cepat di koridor sambil mencari seseorang. Apakah Naya sudah pulang? Secepat itu kah? Tidak, itu dia. Syukurlah dia masih ada.

Naya sedang berjalan santai di pinggir lapangan menuju gerbang, Raga buru buru mengejarnya.

"Naya," panggil Raga membuat gadis itu menoleh. "Ikut gue bentar."

"Kemana?"

Mengabaikan pertanyaan Naya barusan Raga hanya berjalan santai menuju taman belakang sekolah mau tidak mau Naya harus mengikutinya.

Sesampainya di taman belakang, raga berhenti dan berbalik begitu pun Naya yang berhenti tepat di hadapan pria itu.

Tanpa mengatakan apa apa Raga memberikan pouch berwarna pink di tanganya pada Naya membuat gadis itu menutup mulitnya dengan kedua telapak tanganya.

"Make up gue."

"Cepet ambil."

Naya langsung mengambilnya dengan gerakan cepat lalu memeluk erat barang itu.

"Thanks, hehe."

Raga hanya diam sambil memasukan kembali lenganya ke dalam saku celana nya. Ia memperhatikan tingkah Naya yang kekanakan itu, sebahagia itu kah dia setelah mendapatkan barang nya kembali.

"Sorry hehe udah bikin lo kesel dan thanks udah nepatin janji lo," ujar Naya.

"Gue gak janji apapun."

"ya pokoknya, gomawo hehe."

Raga hanya menggeleng gelengkan kepalanya, tak mau berlama lama ia pun segera melangkah pergi tapi tiba tiba saja tas nya di tahan oleh Naya membuat Raga menoleh kebelakang.

"Btw gue gak sakit hati kok sama omongan kasar lo selama ini, beneran. Gue gak peduliin itu, jadi santai aja gak usah dipikirin."

"Gue gak pernah nanya lo sakit hati atau enggak," jawab Raga datar.

"Eh? Ahahahaha, iya juga sih. Hahaha," ujar Naya sambil tertawa kikuk dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Lalu Raga mengisyaratkannya untuk melepaskan tas nya.

"Sorry," ujar Naya.

~~~

Jay

SOSIOPAT BOYWhere stories live. Discover now