10

448 61 13
                                    

"Mau pesen apa?" tanya Lizzie setelah mereka berdua sampai di kantin.

"Nasgor aja."

"Oke. Mang nasgor nya dua yah pedes," ujar Lizzie pada mang penjual nasgor di kantin sekolahnya.

"oke neng."

Sementara nasgor mereka pesan sedang di buat sambil menunggu selesai Naya mengeluarkan hp nya untuk melihat siapa yang mengirim chat.

ragha1512
Keruang osis, 5 menit
Jangan telat

Naya menggerutu dalam hatinya setelah membaca pesan tersebut. Menyebalkan memang, ini waktu istirahat dan dia sedang memesan makanan tapi tiba tiba saja Raga menyuruhnya datang ke ruang osis.

Sudahlah Naya tidak memperdulikanya lebih baik ia makan saja toh dia benar benar sedang lapar. Ini pertama dan terakhirnya mengabaikan perintah Raga, hanya kali ini saja ia berjanji.

"Ini neng nasi gorengnya."

"Makasih mang."

"Sama sama,"

Akhirnya nasi goreng pesanan mereka selesai, terlihat begitu menggiurkan tak butuh waktu lama Naya segera menyantapnya namun tiba tiba saja tanganya di tahan oleh seseorang.

"Lo mengabaikan perintah gue?" ujar Raga sambil menatap tajam.

Naya berdecak kesal lalu menyimpan kembali sendoknya. Insiden itu sontak menarik perhatian orang orang yang ada di kantin karna memang semua murid yang ada di sekolah ini tau kalau Raga tidak pernah melakukan hal seperti sekarang ini. Jadi ini adalah momen yang begitu langka, seorang ketua osis SMA BIMA datang menemui seorang gadis di kantin dan menggenggam tanganya.

Lizzie, gadis itu terlihat sangat terkejut dan bingung apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa Raga bisa ada disini?

"Lo ngapain sih di sini?" tanya Naya sedikit berbisik.

"Lo ngapain masih disini?" tanya Raga balik tatapanya datar menatap ke arah Naya.

"Gue makan dulu, ini kan jam istirahat. Gue laper."

"Lo bisa makan di ruang osis."

"Gak mau."

"Lo harus nurutin perintah gue."

"Heh, lagian lo udah di sini. Jadi apa yang mau lo omongin?"

Raga menghela nafas lalu mengdarkan pandanganya ke seluruh kantin. Kini semua orang sedang memperhatikan nya tapi ia tak Peduli kemudian kembali menatap Naya yang sedang menyantap makananya. Bisa bisanya gadis itu makan di saat seperti ini, karna merasa di abaikan Raga lalu menarik paksa lengan Naya sampai gadis itu berdiri dan mengikutinya dari belakang.

"Lepasin, apa apaan sih lo," protes Naya sambil terus memberontak mencoba melepaskan lenganya dari tarikan Raga.

Semua murid yang menyaksikan momen itu begitu terkejut dengan apa yang baru saja Raga lakukan dan membuat mereka semua penasaran. Apalagi Lizzie ia hanya duduk bengong sambil menatap kepergian sahabatnya itu.

Raga terus melangkah cepat menuju ruang osis lenganya masih setia menarik paksa Naya agar mengikutinya walaupun gadis itu terus saja mengoceh dan memberontak tapi Raga mengacuhkanya.

Sesampainya di ruang osis, Raga langsung menutup pintu dan menguncinya agar Naya tidak bisa kabur dan tidak akan ada orang yang mengganggunya saat ini. Naya hanya berdiri sambil mengusap pergelangan tanganya yang di tarik Raga tadi.

"Gila ya lo," bentak Naya sambil menatap tajam pada pria di depanya.

Raga masih tetap dengan ekspresi datar nya, ia maju selangkah untuk mendekat pada Naya. Gadis itu memperhatikan gerak gerik Raga sambil terus menatap tajam padanya karna kesal.

Raga menunduk sambil mengusap wajahnya karna frustasi, kesal, semuanya bercampur aduk tapi ia mencoba untuk bersabar. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan pada gadis keras kepala ini selalu saja membuatnya kesal.

"Lo bisa gak sih sekali aja gak bikin gue emosi," ujar Raga sambil melipat kedua tanganya di atas dada.

"Ya lo yang mancing."

"Lo... " Raga tak bisa berkata kata lagi, gadis di hadapanya sekarang ini memang selalu menguji kesabaranya.

"Apa?!"

Raga tak menjawab matanya masih setia menatap manik Naya. Beberapa detik berlalu tak ada yang berubah Raga masih tetap menatapnya membuat Naya risih dan salah tingkah.

"Lo... Lo ngapain liatin gue?"

"ada cabe di gigi lo."

What! Sumpah malu gue!

Naya buru buru membekap mulutnya dengan telapat tangan kirinya, rasa malu yang menjalar di seluruh tubuhnya rasanya ingin sekali sekarang juga ia terjun di atas sekolah.

"Minggu depan disekolah ini ngadain bazar, semua anggota osis pulang sekolah nanti kumpul disini buat rapat," ujar Raga.

"Ya lo tinggal umumin lah, ngapain harus manggil gue segala."

"Khusus buat lo, datang lima belas menit sebelum bell pulang bersihin ruangan ini siapin semua kebutuhan rapat nanti."

"Udah gue duga," gumam Naya malas sambil memutar bola matanya jengah.

"Anggap aja ini persyaratan terakhir lo gabung anggota osis,"

"Hah? Beneran?" tanya Naya tak percaya.

Raga hanya mengangguk.

"SERIUS?"

Raga mengangguk untuk yang kedua kalinya.

"IYYEEY!!! AKHIRNYA GUE BISA KELUAR DARI COBAAN INI YA ALLAH, jadi gue gak perlu bersih bersih ruangan ini lagi kan?"

"hmm."

"Perjanjian kita udah selesai kan? Lo gak akan nyuruh nyuruh gue lagi kan?"

"i-itu... "

"YEEAAYY."

"Lo bisa diem gak sih, berisik!"

"Oke sir," jawab Naya sambil menghormat pada Raga seperti seorang tentara.

Tak memperdulikanya Raga berjalan menuju sofa lalu duduk sambil membaca beberapa berkas yang ada di atas meja.

Naya terus memprhatikan nya sambil tersenyum gembira, ia tak pernah sesenang ini sejak pertama masuk sekolah ini tidak tapi sejak bertemu dan berurusan dengan sosiopat yang ada di depanya ini.

"Lo ngapain masih disini?"

"Hehehe, kalo gitu gue ke kelas. Lima belas menit gak gak dua puluh menit sebelum bell pulang gue gak akan telat, hehe."

~~~

Jay




SOSIOPAT BOYWhere stories live. Discover now