2

656 85 16
                                    

"Tadi itu Raga, ketua osis. Sikapnya emang agak nyebelin tapi lo lihatkan dia ganteng banget," ujar Lizzie sambil senyum-senyum sendiri.

Naya hanya diam sambil menahan kekesalanya, siapa yang tidak marah kalau barang-barang yang kalian punya disita apalagi itu mahal. Yang pernah di razia osis pasti tahu rasanya.

"Tenang aja, barang-barang lo bisa diambil lagi kok tapi harus sama orang tua," ujar Lizzie.

"Kalo gitu, gue gak akan pernah bisa ambil kembali barang barang gue."

"Gue tahu kok, pasti mereka bakalan marah. Tapi tenang masalahnya gak buruk kok cuman ngambil barang yang disita doang bukan bolos. Yakan?"

Naya hanya diam sambil menghela nafas, beberapa detik kemudian ia menoleh menatap Lizzie.

"Terus gimana reaksi orang tua lo?" tanya Naya.

"Mereka gak mau dateng, ibu gue bilang gak usah diambil itu hukuman buat gue karna bawa make up ke sekolah," jawab Lizzie.

Mendengar jawaban itu membuat Naya tertawa.

"Lo gimana? Ini pertama kalinya lo kena razia di sekolah?" tanya Lizzie penasaran.

"Enggak, gue bahkan gak bisa hitung ini yang keberapa kalinya gue kena razia," jawab Naya enteng.

"What?! Terus gimana nasib make up lo?"

"Gue gak pernah ambil."

"Banyak duit tinggal beli lagi," ujar Lizzie sambil menyikut lengan Naya.

Sejujurnya bukan itu alasan yang tepat, hanya saja Naya tidak memiliki orang yang bisa membantunya mengambil kembali barang barangnya yang disita. Mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini. 

~~~

"Woah gila, banyak banget," ujar Roy sambil menatap beberapa kardus yang berisi hasil razia hari ini. "Simpan aja di dekat lemari."

"Iya kak," ujar orang tersebut adalah adik kelasnya.

"Kalian ke kelas aja, masih ada waktu buat istirahat. Kalian belum makankan, sana keburu bell masuk," ucap Roy sambil tersenyum.

Mereka pun langsung pergi keluar ruangan setelah mengucapkan salam dan sekarang hanya ada Roy dan Raga.

"Tadi siapa? Kayaknya murid baru," ujar Roy setelah duduk di kursi sambil menyender.

Raga hanya diam saja, fokus membaca beberapa kertas di lenganya.

"Lo gak istirahat?" tanya Raga, namun matanya masih fokus pada lembaran kertas putih itu.

"Lo?" tanya Roy balik membuat Raga menoleh padanya, beberapa detik kemudian Raga berdiri sambil memasukan kedua telapak tanganya kedalam saku celananya.

"Lo istirahat aja, gue mau ke perpus."

Kemudian Raga berjalan santai menuju pintu namun langkahnya berhenti mengingat sesuatu untuk di katakan pada Roy.

"Minggu depan bagiin formulir pendaftaraan anggota osis baru."

"Oke," jawab Roy sambil mengangguk santai.

Raga pun kembali berbalik lalu membuka pintu dan ternyata seseorang sudah berdiri di luar sana tepat didepan pintu, terlihat jelas dari wajahnya gadis itu sedikit terkejut.

"Lo?"

Raga menatap intens siapa gadis di hadapanya sekarang. Dan ternyata ia baru ingat kalau dirinya pernah bertemu di kelas XI IPA-2 saat istirahat.

"Mau ngambil barang lo? Besok dateng bareng orang tua-"

"Stop! Gue tahu," sela Naya.

"Terus?"

"Gue cuma mau pisahin make up gue yang kecampur sama barang yang lain."

Raga hanya terdiam tak mengerti dengan perkataan dan maksud Naya.

"Gue mau masukin make up nya ke sini," ujar Naya sambil menyodorkan pouch pink berukuran sedang.

Raga menatap datar pouch tersebut lalu beralih menatap Naya.

"Gue gak bakalan ngambil kok, satu pun. Beneran," ujar Naya meyakinkan pria dihadapanya ini. "Lo bisa awasin gue," lanjutnya lagi.

"Gak ada waktu," jawab Raga lalu melangkah melewati Naya.

"Tunggu," panggil Naya membuat langkah Raga terhenti. "Kalo gitu dia aja," sambil menunjuk Roy yang sedang duduk didalam sana.

Raga pun mengikuti arah tunjuk gadis itu dan menatap Roy, pria itu mengangguk sambil mengangkat jempolnya. Mengerti dengan maksudnya Raga pun kembali berjalan pergi meninggalkan Naya dan Roy berdua. Naya terlihat senang dan langsung masuk kedalam ruang osis dengan Roy di dalam sana.

Matanya langsung tertuju pada jejeran kardus yang berisikan make up dan beberapa barang lainya yang bertentangan dengan peraturan sekolah. Naya langsung menghampiri satu kotak yang di yakininya kalau make up nya ada didalam sana. Benar saja, ia bisa melihat kotak catokan miliknya. Dengan hati hati ia pun mulai mencari satu persatu make up nya dan memasukanya kedalam pouch yang ia bawa.

Sibuk dengan aktifitasnya Naya melupakan keberadaan seseorang disana yang sedari tadi Terus memperhatikanya. Roy terus memperhatikan Naya yang sibuk memisahkan make up nya.

"Banyak banget yah," celetuk Roy.

Naya langsung menoleh dan mendapati Roy sedang duduk dikursi sambil memperhatikanya. Naya tak tahu harus bersikap bagiamana, karna rasanya begitu canggung.

"Kenapa sih harus bawa bawa kayak gituan kesekolah, padahalkan udah jelas peraturanya, gak boleh bawa make up."

Naya menghela nafas, ternyata pria satu ini sama menyebalkanya dengan ketua osis itu.

"Lo ngeledek gue? Marahin gue? Nyeramahin gue?"

"Wow santai santai, gue cuman nanya."

Naya memutar jengah bola matanya, hari ini sungguh luar biasa. Ia bertemu dengan dua pria menyebalkan sekaligus.

Naya sudah beres dengan aktifitasnya, make up nya sudah terkumpul semua di dalam pouch lalu ia menarik resleting untuk menutupnya dan meletakanya di kardus kembali lalu berdiri untuk pergi.

"Tunggu," ucap Roy. Naya menghentikan langkahnya dan berbalik. "Bibir lo pucet, gue yakin lo butuh lipstick."

-Jay

Author cuma mau bilang makasih dan maaf karna masih banyak kesalahan di ceritanya. Jangan bosen ya...

SOSIOPAT BOYWhere stories live. Discover now