BAB 19 (Revisi)

1K 50 14
                                    

Happy Reading!
***

Bunyi dering ponsel milik Vala membuat Naraya yang sedang melahap es krimnya jadi melirik ke arah ponsel milik Vala. "Siapa?" tanyanya begitu Vala mengambil ponsel miliknya.

Mereka sedang berada di rumah Naraya. Singkatnya, Vala sedang ngapel. Membawa buah tangan semacam, martabak, sate, dan es krim, sesuai dengan keinginan sang pacar. Naraya senang begitu pesanannya sesuai dengan keinginannya.

Vala mengerutkan alis menatap ponselnya. Karena penasaran Naraya mendekat, lalu menjauh, ia berdecih berusaha untuk tidak membuka mulut menyuarakan cibirannya. Memilih untuk memakan martabak seraya mengganti channel tv.

"Bukan apa-apa, ga bakal aku tanggepin." kata Vala, tangannya merangkul bahu Naraya.

Naraya menepak tangannya, "Ga percaya."

"Beneran, Sayang..." Vala berusaha meraih kembali bahu Naraya yang menjauh. Karena kesal, Naraya berdiri untuk pindah tempat.

Tangannya di raih dan di tarik untuk kembali duduk di dekat Vala. Bukan duduk di sampingnya, tapi justru duduk di pangkuannya.

Naraya memberontak, kesal sekali. Oke, bilang saja Naraya ambekan, setelah melihat isi chat Vala dengan Nava yang seperti bukan seorang sahabat. cewe mana yang tak panas dan curiga?

Isi nya itu seperti meminta antar untuk pergi ke rumah sakitlah, atau minta tolong beliin makanan lah, minta berangkat bareng besok lah, terus ngajakin nonton lah, dan semuanya itu di sertai alasan yang di iya-iya in aja sama Vala. Vala tuh ga sadar atau gimana ya?

Ga harus semua Vala yang mengantar kan?

"Lepasin! Kesel banget aku sama kamu." sungut Naraya, ia memukuli Vala brutal karena tak bisa lepas dari pelukannya. "Sebel, sebel sebel bangett!! Yang kemarin aja aku belum bisa lupain sekarang di tambah lagi."

Vala menahan lengannya yang ingin memukul kembali, ia tatap mata Naraya. "Dia cuma minta anter, lagian aku ga ngeiyain. Kan sekarang aku lagi sama kamu."

"Iya sekarang kamu lagi sama aku, tapi kalo ga sama aku, kamu mau kan?!"

Mulut Vala terkatup, ingin menyanggah tapi memang benar ia akan menyiyakan jika tidak sedang bersama Naraya. Mau bagaimana lagi, Nava itu teman dekatnya, yang paling tau kondisi dia, Vala jelas harus ada untuk Nava setiap gadis itu sedang membutuhkannya. Sama seperti Nava yang selalu ada saat Vala butuh.

"Kan ga bisa jawab! Kalo gitu ngapain kamu pacarin aku? Pacarin aja tuh Nava!" cengkraman di lengannya melonggar, Naraya berdiri dengan cepat, cemberut ia menatap Vala.

Vala raih lengan Naraya, di genggamnya lengan itu. "Aku harus ngejelasin kayak gimana lagi Ray? Nava sama kamu itu beda, Raya, beda."

"Tapi sikap kamu ga ngebedain Val!" sentak Naraya.

"Emangnya gimana sikap aku sampe kamu mikir begitu?"

"Kamu," tunjuk Naraya dengan telunjuk yang lain. "Kasih Nava perhatian yang sama kayak kamu ke aku. Setelah dari aku kamu ke dia, setelah dari dia kamu ke aku. Aku sama sekali ga ngerasa spesial Val." sakitnya.

Vala menariknya hingga Naraya kembali duduk di pangkuannya. "Aku lagi berproses Raya, aku bakal buang Nava. Aku bakal jauhin dia demi kamu."

"Kamu bohong. Dari dulu ngomong gitu tapi nyatanya nggak. Gausah ngejanjiin hal yang ga mampu kamu tepatin."

"Rayaa..." panggil Vala putus asa. ia harus menjelaskan bagaimana lagi sekarang? Sekarang saja benar benar bukan sifatnya. Vala yang biasanya langsung marah begitu mendengar suara Naraya yang meninggi. Yang langsung memaki bahkan main tangan, kini tidak ia lakukan.

ValarayaWhere stories live. Discover now